Tiga Emiten Konsumer Ini Sensitif dan Tahan Banting Terhadap Pelemahan Rupiah
Tiga perusahaan konsumer yang cenderung tahan terhadap depresiasi rupiah adalah GGRM, HMSP dan MYOR
Tiga perusahaan konsumer yang cenderung tahan terhadap depresiasi rupiah adalah GGRM, HMSP dan MYOR
Bareksa.com – Terdapat tiga perusahaan konsumer yang cukup sensitif terhadap depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Porsi impor yang cukup besar menjadi beban ketiga perusahaan tersebut.
Analis Bahana Sekuritas, Deidy Wijaya, mengungkapkan terdapat lima faktor kunci yang memengaruhi perusahaan terhadap depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Lima faktor kunci itu didasarkan pada pola historis pelemahan rupiah yang cukup signifikan terjadi pada 2013 dan 2015 :
Promo Terbaru di Bareksa
Pertama, adalah eksposur valuta asing bersih terhadap pendapatan perseroan dikurangi dengan biaya beban.
Kedua, faktor kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga barang.
Ketiga, faktor selanjutnya adalah jumlah hari persediaan (inventory days),
Keempat, fleksibilitas dalam memotong operational expenditure (opex)
Kelima, eksposur utang valuta asing perseroan.
Deidy memandang ada tiga hal mendasar yang dapat menjadi dasar fleksibilitas perseroan dalam menyesuaikan harga jualnya. Ketiga faktor tersebut adalah bahan kebutuhan utama, tingkat persaingan dan tersedianya barang pengganti di pasar dan terakhir tingkat harga barang jual barang.
Hasil riset Deidy menjelaskan, tiga perusahaan konsumer yang cenderung lebih sensitif terhadap pelemahan rupiah adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ace Hardware Tbk (ACES).
Pergerakan Saham ERAA, MAPI, ACES Setahun Terakhir
Sumber : Bareksa
Masalah dari ketiga perusahaan tersebut kurang lebih sama, yakni tidak diuntungkan saat nilai tukar rupiah terdepresiasi akibat porsi impor yang cukup besar.
“Ditambah perusahaan tidak memiliki banyak ruang untuk memotong opex karena tingkat variable opex atau pendapatannya yang relatif kecil,” jelas Deidy dalam risetnya, Senin, 10 September 2018.
Dia melanjutkan, kemampuan perusahaan menaikkan harga juga cukup terbatas. Apabila perseroan menaikkan harga maka akan berpengaruh terhadap permintaan masyarakat. Sementara apabila harga tidak dinaikkan, maka margin perusahaan akan tergerus apabila rupiah terus terdepresiasi.
Tiga Emiten Lebih Tahan Banting
Di sisi lain, terdapat tiga perusahaan konsumer yang cenderung akan lebih tahan terhadap depresiasi nilai tukar rupiah.
Ketiga perusahaan itu adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Pergerakan Saham GGRM, HMSP, dan MYOR Setahun Terakhir
Sumber : Bareksa
Gudang Garam dan Sampoerna merupakan perusahaan paling tahan terhadap pelemahan rupiah karena memiliki bahan baku yang mayoritas dari dalam negeri. Di sisi lain, beban perusahaan yang paling besar adalah pembayaran cukai.
“Sehingga meskipun nilai tukar melemah, kinerja kedua perusahaan rokok ini tidak terlalu terpengaruh,” lanjutnya.
Mayora juga cenderung lebih tahan terhadap pelemahan rupiah. Sebab meskipun sebagian besar bahan baku terpengaruh depresiasi rupiah, tetapi Mayora memiliki penjualan ekspor.
Hal itu membuat beban biaya dalam dolar AS yang dikeluarkan perseroan dapat dikompensasi dengan pendapatan dolar AS yang dihasilkan. Deidy juga memandang, masyarakat lebih mementingkan kebutuhan untuk rokok dan makanan diabandingkan dengan barang lain yang bersifat diskresioner.
Pada perdagangan Jumat, 7 September 2018, rupiah ditutup menguat 0,49 persen pada level Rp14.820 per dolar AS. Penguatan itu merupakan yang terbesar bila dibanding nilai tukar negara lain seperti ringgit Malaysia menguat 0,01 persen, peso Filipina terapresiasi 0,27 persen, dan baht Thailand menguat 0,05 persen.
Secara year to date nilai tukar rupiah melemah 8,54 persen, lebih baik dibanding rupee India yang telah terdepresiasi hingga 11,31 persen.
Cepat atau lambat dampak pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah dan akan berpengaruh terhadap sejumlah perusahaan.
Depresiasi rupiah akan memaksa sebagian perusahaan menaikkan harga barang akibat ongkos untuk membeli bahan baku impor yang semakin mahal, belum lagi bagi perusahaan yang memiliki kewajiban dalam dolar AS.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.381,72 | 0,79% | 4,58% | 7,47% | 8,70% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.092,63 | 0,46% | 4,81% | 6,91% | 7,36% | 2,52% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.077,99 | 0,64% | 3,96% | 6,92% | 7,73% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.842,22 | 0,53% | 3,90% | 6,53% | 7,39% | 16,96% | 39,93% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.266,09 | 0,79% | 3,81% | 6,34% | 7,11% | 19,79% | 35,60% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.