Sangat Agresif, Ini Rencana dan Target Intikeramik Alamasri dalam Dua Tahun
Perseroan punya target agresif atas pendapatan dan laba tahun 2018 dan 2019
Perseroan punya target agresif atas pendapatan dan laba tahun 2018 dan 2019
Bareksa.com – Manajemen PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) punya target sangat agresif untuk kinerja keuangannya dalam dua tahun ke depan. Terutama setelah perseroan berhasil melakukan restrukturisasi utang dan memiliki tiga anak usaha di bidang properti.
Lihat saja bagaimana target pendapatan dan laba perseroan untuk periode 2018 dan 2019. Apalagi jika dibandingkan dengan perolehan pendapatan dan laba di 2017. Pada periode tahun lalu, Intikeramik hanya membukukan pendapatan Rp13,33 miliar dengan catatan rugi Rp52,9 miliar.
“Tahun ini kami targetkan pendapatan Rp140 miliar dengan laba Rp24 miliar. Sementara tahun 2019 target pendapatan dan laba masing-masing Rp180 miliar dan Rp36 miliar,” ujar Presiden Direktur Intikeramik, Yohas Raffli, dalam paparan publik insidentil di Jakarta, Senin, 5 Maret 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Namun Yohas memberi catatan, kontribusi anak usaha bidang properti belum akan tercatat pada tahun ini. Sehingga, kinerja keuangan perseroan masih akan berasal dari bisnis keramik melalui PT Internusa Keramik Alamsri (Inka).
Pada bisnis inti ini, Intikeramik akan melakukan diversifikasi dengan melakukan impor dari beberapa negara dengan tetap menjaga penjualan keramik hasil produksi sendiri. Langkah ini, kata Yohas, dilakukan untuk menjaga persaingan karena keramik hasil impor punya harga cenderung murah dengan kualitas terjaga.
“Perseroan telah memulai melakukan impor secara selektif dengan pengawasan kualitas yang ketat. Hal ini telah disambut baik oleh pasar dengan diserapnya produk-produk tersebut melalui kanal distribusi retail dan proyek. Impor berikutnya akan dilaksanakan pada kuartal kedua tahun 2018. Perusahaan diuntungkan juga dari struktur pajak impor yang lebih rendah sejak awal tahun 2018,” ujar Yohas.
Target Jangka Menengah
Dalam jangka menengah, perseroan berencana menjalankan pabrik secara minimal disamping tetap mengimpor produk yang bersifat umum. Yohas menuturkan, produksi di pabrik direncanakan untuk produk unpolished yang biaya produksinya lebih rendah tapi memiliki margin cukup tinggi. Diharapkan dengan strategi ini, gross margin bisa mencapai 30 persen dengan target volume penjualan 1 juta meter persegi.
Dengan tetap berjalannya lini bisnis inti, perseroan berharap lini bisnis properti akan memberikan kontribusi mulai kuartal I 2020. Lini bisnis properti ini dilakukan melalui PT Mahkota Artha Mas (MAM), PT Realindo Sapta Optima (RSO) dan PT Mahkota Properti Indo Medan (MPIM).
“Ketiga Perusahaan ini melakukan aktivitas dalam pembangunan hotel di Ubud Bali dan Medan. RSO dan MAM merupakan pemilik dari masing-masing 6,9 hektar dan 2,3 hektar lahan di Desa Buahan Kaja, Gianyar, Bali, yang direncanakan akan dikembangkan untuk hotel dan fasilitas pendukungnya. Selain itu perseroan juga akan mengakuisisi MPIM yang memiliki 599 meter persegi tanah di Jalan Iskandar Muda, kota Medan yang masih dalam tahap perencanaan untuk dibangun budget hotel,” imbuh Yohas.
Saham IKAI
Asal tahu saja, gelaran papan publik oleh manajemen Intikeramik ini sejalan dengan permintaan Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah saham perseroan dengan kode IKAI mendapat status suspensi pada 27 Februari 2018. Suspensi itu dilakukan BEI karena saham IKAI naik 348,98 persen dalam periode 29 Desember 2017 sampai 26 Februari 2018.
Suspensi itu efektif menghentikan volatilitas tinggi saham IKAI. Hingga pada perdagangan hari ini, saham IKAI masih bertahan di Rp440 setelah beberapa hari perdagangan sebelumya sempat menyentuh level tertingginya Rp484.
Pergerakkan Intraday Saham IKAI Perdagangan Senin, 5 Maret 2018
Sumber: Bareksa.com
Pada perdagangan hari ini, saham IKAI bergerak pada kisaran Rp424 sampai Rp452. Pantauan Bareksa, transaksi saham IKAI mencapai volume 879.074 lot dengan frekuensi 3.337 kali bernilai Rp39,18 miliar.
Dari transaksi yang ada, saham IKAI banyak ditransaksikan beli melalui broker OSO Sekuritas Indonesia dengan volume 116.691 saham. Sementara, broker Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjadi penjual terbesar dengan volume 114.094 saham. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.