BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Untung Rugi Bank Asing Caplok Bank Nasional

Bareksa15 Februari 2018
Tags:
Untung Rugi Bank Asing Caplok Bank Nasional
Komisaris Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Ng Kee Choe (kiri) dan Direktur Utama Sng Seow Wah, saat rapat umum pemegang saham, di Jakarta, 12 April 2017. (Sumber : akun Facebook @DanamonIndonesia)

Bank Danamon akan gelar RUPS terkait penambahan saham oleh BTMU menjadi 40 persen, BTPN berencana merger dengan SMBC

Bareksa.com - Belakangan santer terdengar perbankan asing mulai marak masuk ke Indonesia dengan mengakuisi atau melakukan merger ke perbankan dalam negri. Pengamat menilai hal ini memiliki sisi positif dan negatif bagi industri nasional.

Analis Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan penambahan modal dan akuisisi perbankan asing ke bank nasional punya dua sisi. Sisi positifnya menandakan bahwa prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup prospektif khususnya untuk pembiayaan proyek konstruksi, konsumsi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

"Pasar terbesar di Asean ada di Indonesia apalagi bicara soal tren perbankan yang masuk ke ranah digital. Jumlah pengguna internet aktif mencapai 132 juta orang dan pertumbuhannya lima kali lebih cepat dari rata-rata penetrasi internet di dunia," kata Bhima di Jakarta, Rabu, 14 Febuari 2018.

Promo Terbaru di Bareksa

Contoh kasus, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) yang sedang transisi dari bank pensiunan ke (financial technology/fintech) butuh modal besar. Oleh karena itu, konsolidasi dengan konglomerasi PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia atau Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) akan memberi suntikan modal yang besar untuk ekspansi digital. (Baca juga Saham BTPN Ditarget Rp5.700 Pasca Merger Dengan Bank Sumitomo, Apa Alasannya?)

Namun, di sisi lain, porsi kepemilikan asing yang terlalu besar sebenarnya kurang menguntungkan ekonomi Indonesia. Ia menganggap model regulasi perbankan di indonesia dianggapnya terlalu liberal karena kurangnya pembatasan pemain asing.

"Implikasi dari liberalnya sistem perbankan maka potensi gangguan stabilitas sektor keuangan menjadi lebih beresiko. Jika terjadi krisis misalnya, modal asing bisa keluar dengan cepat," jelasnya. (Lihat Lepas Saham Bank Danamon, Temasek Bakal Raup Untung Rp18,6 Triliun)

Melihat hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) punya ranah untuk mengatur porsi asing agar stabilitas keuangan bisa lebih terjaga. Karena dampak negatif lainnya yakni ke persaingan dengan lembaga keuangan dalam negeri khususnya yang bermain disektor mikro makin ketat.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dinilai Bhima cukup berpengalaman di sektor mikro, ditambah suntikan modal bisa menggerus pasar Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi misalnya. Sehingga dari sisi persaingan pun perlu diperhatikan.

Seperti diketahui, Bank Danamon rencananya masih bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), untuk membahas permintaan persetujuan pemegang saham, ‎terkait penambahan kepemilikan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd (MUFG) di BDMN menjadi 40 persen.

Posisi saat ini, MUFG baru meraih 19,9 persen saham di Danamon. Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, rencananya MUFG bakal mengajukan izin ke pihak otoritas untuk menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP). ‎(Baca juga Apa Rencana BCA dan BNI Terkait Merger BTPN dan Bank Sumitomo?)

Sementara untuk BTPN, sejauh ini masih berencana memulai proses penggabungan (merger) dengan SMBC pada tahun ini. Pihak BTPN sampai saat ini masih melakukan kajian lebih dalam dengan pihak SMBC mengenai kapan dan akan seperti apa proses merger yang akan dilaksanakan. (K20)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua