Aturan DMO Efektif, PTBA Perkirakan Harga Jual Rata-Rata Batu Bara 2018 Naik
Penjualan DMO itu 25 persen dari produksi, 75 persen lainnya dijual dengan harga lebih tinggi dari lima tahun terakhir
Penjualan DMO itu 25 persen dari produksi, 75 persen lainnya dijual dengan harga lebih tinggi dari lima tahun terakhir
Bareksa.com – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan efek peraturan baru tentang harga batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam negeri bakal sedikit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perseroan tahun ini. Perseroan optimistis kinerja keuangan tahun ini masih dapat lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan, ada dua hal yang membuat pengaruh kebijakan pemerintah tentang batas harga atas penjualan batu bara ke PLTU sebesar US$70 per ton. Pertama, kebijakan domestic market obligation (DMO) tersebut akan terkompensasi oleh penjualan batu bara yang menggunakan harga pasar.
“Penjualan DMO itu 25 persen dari produksi, 75 persen lainnya dijual dengan harga lebih tinggi dari lima tahun terakhir,” ujar Arviyan di Jakarta, Senin, 12 Maret 2018.
Lebih dari separuh produksi Bukit Asam dijual untuk pasar domestik, sementara sekitar 25 persen dari pasar domestik itu harus mengikuti aturan DMO.
Dia melanjutkan, apabila harga batu bara saat ini bertahan hingga akhir tahun, maka harga rata-rata penjualan (average selling price/ ASP) batu bara perseroan pada 2018 masih akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Bahkan, ASP perseroan diprediksi masih akan lebih tinggi dibandingkan dengan catatan sejak tiga tahun lalu. Sebagai ilustrasi, dengan asumsi harga batu bara global US$100 per ton, ASP Bukit Asam di kisaran US$92,5 per ton.
Pada tahun 2017, Bukit Asam mencatat ASP sebesar Rp814.216 per ton. Harga tersebut bila dijadikan dolar AS setara dengan US$60,96 per ton (kurs US$1=Rp13.357). Maka dari itu, dengan asumsi harga batu bara global mencapai US$100 per ton tersebut, ASP Bukit Asam tahun ini bisa naik 51,7 persen dari harga tahun lalu.
Selanjutnya, Bukit Asam juga melakukan strategi untuk menjual batu bara berkalori tinggi. Menurut dia, harga batu bara berkalori tinggi tentunya lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara kalor rendah-menengah.
“Strategi itu untuk mengantispasi pengaturan harga DMO,” terangnya.
Dia mengklaim bahwa perseroan sudah memiliki pangsa pasar untuk batu bara berkalori tinggi dengan kisaran kandungan kalori 6.400-7.200 kilo calori (kcal). Permintaan global terhadap batu bara berkalori tinggi cukup besar, bahkan sudah ada pelanggan dari beberapa negara yang memesan meskipun perseroan belum memproduksi.
Tiga pasar utama perseroan untuk batu bara berkalori tinggi di antaranya adalah Jepang, Taiwan dan India. Sementara, permintaan domestik untuk batu bara kalor tinggi masih rendah.
Bukit Asam menargetkan produksi batu bara kalori tinggi tahun ini mencapai 2-3 juta ton. Cadangan batu bara kalori tinggi perseroan masih cukup besar, tetapi Bukit Asam akan mengatur produksinya secara bertahap.
Bukit Asam akan kembali memproduksi batu bara kalori tinggi sejak dua tahun lalu berfokus pada kalori rendah dan menengah. Sebelumnya, perseroan dikenal sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi batu bara berkalori tinggi.
Dalam dua tahun terakhir, Bukit Asam lebih memilih untuk melakukan penetrasi pasar batu bara kalori rendah-menengah. Hal itu dilakukan sebagai strategi di tengah membaiknya harga batu bara dunia.
Di sisi lain, Bukit Asam tahun ini juga diperkirakan bakal mengalami peningkatan stripping ratio menjadi 4,27 kali dibandingkan tahun lalu sebanyak 3,55 kali. Hal itu terjadi karena produksi batu bara berkalori tinggi memerlukan pengupasan tanah yang lebih banyak.
Tetapi dia meminta investor tidak perlu khawatir, karena meningkatnya stripping rasio tahun ini akan terkompensasi oleh produksi batu bara kalori tinggi yang harganya juga lebih tinggi.
“Berdasarkan hitungan kita, angkanya masih positif,” ujar dia. Perseroan memperkirakan laba bersih tahun ini masih dapat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Tingkatkan Ekspor
Tahun ini Bukit Asam menargetkan penjualan batu bara sebanyak 25,88 juta ton, meningkat 18 persen dari realisasi penjualan tahun lalu sebanyak 21,97 juta ton. Meningkatnya penjualan batu bara perseroan didorong oleh rencana penjualan batu bara medium to high calorie ke premium market.
Sementara, komposisi penjualan ekspor perseroan tahun ini meningkat menjadi 12,15 juta ton dari tahun lalu sebanyak 9,21 juta ton.
Semakin membaiknya harga batu bara sejalan dengan permintaan batu bara yang menunjukkan pertumbuhan, khususnya di wilayah Asia tenggara karena telah beroperasinya sejumlah PLTU.
Dari total target penjualan, 53 persen atau 13,74 juta ton di antaranya akan dijual di pasar domestik dan 12,15 juta ton atau 47 persen lainnya untuk pasar ekspor. Menurut Arviyan, penjualan ekspor perseroan tahun ini meningkat 62 persen dibandingkan tahun lalu sementara penjualan domestik turun sekitar 5 persen.
Sepanjang 2017, Bukit Asam memperoleh pendapatan sebesar Rp19,47 triliun, meningkat 38 persen dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp14,05 triliun. Seentara laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp4,47 triliun, meningkat 121 persen dari 2016 sebesar Rp2 triliun. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.