Mandiri Investasi Proyeksi IHSG 7.200, Tiga Sektor Saham Jadi Pilihan
Mandiri Investasi memperkirakan laba bersih per saham emiten di Bursa Efek Indonesia pada 2018 tumbuh 13 persen
Mandiri Investasi memperkirakan laba bersih per saham emiten di Bursa Efek Indonesia pada 2018 tumbuh 13 persen
Bareksa.com – PT Mandiri Manajemen Investasi memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) bakal mencapai kisaran 7.200 tahun ini. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi global diperkirakan bakal juga mendongkrak ekonomi dalam negeri sehingga menjadi sentimen positif untuk pasar saham.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi, Alvin Pattisahusiwa mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini masih akan baik karena ditopang oleh pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sementara, pertumbuhan ekonomi China juga sudah mulai berbalik positif dari sebelumnya menurun.
“Aktivitas perdagangan dari membaiknya ekonomi global akan berdampak ke Indonesia,” katanya di Jakarta, Kamis, 25 Januari 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Dia melanjutkan, meningkatnya aktivitas ekonomi global bakal mendorong pertumbuhan permintaan produk-produk ekspor Indonesia. Membaiknya indeks manufaktur bakal meningkatkan permintaan bahan mentah, hal itu akan menjadi salah satu sumber perekonomian domestik yang lebih bagus. (Baca juga Indonesia Catat Surplus Perdagangan 2017, BI Optimis Neraca Terus Membaik)
Sementara itu dari sisi domestik, Mandiri Investasi memperkirakan inflasi dan tingkat suku bunga tahun ini masih akan rendah. Selain itu, membaiknya perekonomian Indonesia akan ditopang pula oleh membaiknya angka parameter ekonomi Indonesia, seperti cadangan devisa (Cadev). (Baca juga Cadangan Devisa Tertinggi dalam 17 Tahun Terakhir Bakal Jaga Rupiah di 2018)
Dia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di kisaran 5,2 persen, lebih baik dibandingkan dengan capaian tahun lalu. Hal tersebut membuat Mandiri Investasi memperkirakan pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini lebih baik.
Mandiri Investasi memperkirakan pertumbuhan laba bersih per saham (earning per share/ EPS) emiten di Bursa Efek Indonesia pada 2018 mencapai 13 persen. Proyeksi EPS growth tersebut masih belum memperhitungkan pertumbuhan laba emiten-emiten saham di sektor komoditas.
Alvin menuturkan bahwa perseroan tidak memperhitungkan EPS growth emiten sektor komoditas karena harga komoditas yang fluktuatif. Namun, apabila ternyata harga komoditas tahun ini masih tetap tinggi, maka Mandiri Investasi dapat mengubah proyeksi EPS growth emiten saham 2018.
(Lihat Indeks Tambang Meroket, Reksa Dana Saham Ini Beri Cuan Tertinggi)
Menurut Alvin, sulit untuk memperkirakan pergerakan harga komoditas. Bahkan, saat ini harga minyak mentah dunia sempat menyentuh harga US$70 per barel. Harga tersebut di atas asumsi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebear US$44-48 per barel.
Perkiraaan EPS growth emiten saham tahun ini juga karena memperkirakan harga minyak yang konservatif pada harga US$50-60 per barel. Apabila harga komoditas dapat mengubah kinerja keuangan emiten, maka hal tersebut dapat mengubah asumsi EPS growth Mandiri Investasi. (Baca Harga Minyak Dunia Melaju ke Titik Tertinggi, IHSG Kembali Sentuh 6.400)
Menurut dia, apabila harga komoditas tetap tinggi maka EPS growth tahun ini dapat mencapai 17-18 persen. Maka, bull case Mandiri Investasi terkait tingginya harga komoditas memperkirakan IHSG dapat mencapai 7.500-7.600.
Dari sisi risiko, Alvin memandang masih ada risiko global terkait dengan tingkat suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Apabila suku bunga The Fed naik 2-3 kali, atau lebih tinggi dari proyeksi, maka hal tersebut akan memicu Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga.
Sementara dari domestik, risikonya adalah apabila penyelenggaraan pesta politik tahun ini tidak kondusif. Pada 2018 bakal ada pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) serentak dan sudah ada persiapan menjelang pemilihan umum presiden (Pilpres) 2019.
Tiga Sektor Pilihan
Alvin memperkirakan bakal ada tiga sektor yang bakal berkinerja baik tahun ini. Ketiga sektor tersebut adalah perbankan, konsumsi dan komoditas.
Untuk sektor bank, saat ini loan to deposit ratio perbankan sudah di bawah 90 persen. Hal itu membuat perbankan memiliki ruang untuk menyalurkan pinjaman lebih tinggi.
“Tetapi itu harus dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” kata dia.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan membuat pengusaha perlu menyiapkan barang jualannya lebih banyak untuk mengantisipasi permintaan (demand) yang lebih banyak. Oleh sebab itu, bank harus menyiapkan loan growth untuk menopang kebutuhan industri.
Pertumbuhan penyaluran pinjaman tersebut akan membuat laba bersih perbankan 2018 bakal lebih baik. Di samping itu, kredit bermasalah (non-performing loan/ NPL) perbankan juga sudah banyak diselesaikan pada 2017. (Lihat Saham BUMN di Tiga Sektor Berpotensi Bukukan Kinerja Positif Tahun Ini)
Sektor kedua adalah konsumsi. Tingkat konsumsi masyarakat pada tahun politik diperkirakan lebih tinggi. Selain tahun politik, pada 2018 bakal ada sejumlah peristiwa (event) yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, di antaranya adalah pagelaran Asian Games, pertemuan International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia.
“Event itu akan meningkatkan serapan tenaga kerja sehingga meningkatkan konsumsi masyarakat,” terangnya. Dana desa dan subsidi pemerintah juga akan turut mendongkrak daya beli masyarakat.
Sektor ketiga adalah komoditas. Sektor tersebut sangat bergantung pada harga komoditas. Dia memperkirakan harga komoditas tahun ini bakal meningkat karena ada pertumbuhan ekonomi global. (Lihat Ulasan Harga Nikel Global yang Mendorong Saham ANTM dan INCO) (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.