Bareksa.com - Harga saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) pada perdagangan Jumat, 19 Januari 2018 ditutup stagnan dilevel Rp1.905 per saham. Saham MIKA ditransaksikan sebanyak 1.409 kali dengan nilai transaksi Rp11,3 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer saham MIKA antara lain J.P. Morgan Sekuritas (BK) dengan nilai pembelian Rp2,27 miliar, kemudian Mandiri Sekuritas (CC) Rp1,73 miliar, dan SamuelSekuritas (IF) Rp933,78 juta. (Baca : Pasca Anjlok Akibat Kasus Debora, MIKA Naik 4,5 Persen Diborong Asing Rp 1,3 M)

Analisis Teknikal MIKA

Sumber : Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal, candle saham MIKA pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle disertai lower shadow. Kondisi tersebut menggambarkan saham ini cukup tertekan namun masih ada aksi perlawanan beli yang mampu menahan penurunannya sehingga tidak berakhir di zona merah. (Lihat : Terseret Kasus Bayi Debora, Ini Positif - Negatif Berinvestasi di Saham MIKA)

Pergerakan saham MIKA juga terlihat membentuk pola reversal double bottom yang mengindikasikan sinyal pembalikan arah cukup kuat. Dalam tiga hari terakhir, saham ini cenderung terkonsolidasi setelah sebelumnya telah naik cukup tinggi. (Baca : MIKA Tersangkut Kasus Bayi Debora, Ini Analisis Arus Kas RS Mitra Keluarga)

Indikator volume terlihat mengalami penurunan menggambarkan tidak ada tekanan jual yang besar pada saham ini. Di sisi lain, investor asing tercatat masih melakukan net buy pada Jumat kemarin senilai Rp3,91 miliar. (Lihat :MIKA Terseret Kasus Bayi Debora, Ini Efeknya ke Prospek Bisnis RS Mitra Keluarga)

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terlihat masih bergerak datar dan saat ini berada di level 64 menandakan peluang penurunan saham ini mulai terbatas. (Baca : RS Mitra Keluarga Terseret Kasus Bayi Debora, Ini Analisis Fundamental MIKA)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut