Berita Hari Ini : Kekayaan Orang Indonesia US$1,8 Triliun, TINS Perbesar Capex
Laba bersih JSMR melonjak 41 persen di kuartal III 2017, proyek kereta Bandara Soekarno Hatta telan dana Rp5 triliun
Laba bersih JSMR melonjak 41 persen di kuartal III 2017, proyek kereta Bandara Soekarno Hatta telan dana Rp5 triliun
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia dan berita media hari ini, Jumat, 24 November 2017 ;
Kekayaan Rumah Tangga Indonesia
Kekayaan rumah tangga di Indonesia tumbuh 4,4 persen menjadi US$1,8 triliun. Jumlah tersebut diproyeksikan naik 8,7 persen per tahun dalam lima tahun ke depan menjadi US$2,8 triliun pada 2022.
Promo Terbaru di Bareksa
Temuan itu terungkap dalam Data Global Wealth Report 2017 yang dipublikasikan Credit Suisse Research Institute. Diukur dalam rupiah, kekayaan per orang dewasa telah naik lebih dari enam kali lipat selama periode tahun 2000-2017 menjadi US$11.000. Depresiasi nilai tukar mata uang (kurs) 32 persen sejak 2010 menyebabkan kekayaan per orang dewasa naik lebih lambat dalam ukuran dolar AS.
"Namun, kekayaan per orang dewasa dalam dolar AS telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak 2000. Di Indonesia, 88 persen aset kotor merupakan aset riil. Utang pribadi rata-rata hanya menyumbang 7 persen aset kotor di Indonesia," ungkap Urs Rohner, Kepala Credit Suisse Research Institute dan Kepala Dewan Direksi Credit Suisse Group.
Pada tingkat kekayaan yang lebih tinggi, ada sekitar 111.000 jutawan dengan harta diukur dalam dolar AS dan 868 individu berkekayaan bersih ultra tinggi (ultra high net worth individual/UNHWI). Angka ini diperkirakan akan meningkat lebih dari 10 persen setiap tahunnya dalam lima tahun ke depan menjadi 180.000 jutawan dan lebih dari 1.400 UNHWI pada 2022.
PT Timah (Persero) Tbk (TINS)
PT Timah (Persero) Tbk (TINS) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) lebih besar tahun depan dibandingkan tahun ini. Pada 2017, Timah mengalokasikan belanja modal Rp1,5-2 triliun. Presiden Direktur Timah, Riza Pahleve Tabrani, menuturkan capex perseroan tahun depan berpotensi lebih besar. Sebab perseroan akan menggunakan capex untuk mengakuisisi perusahaan tambang dan pengembangan lahan.
"Saya sekarang sedang mengincar blok tambang. Rencana akuisisi juga lagi berjalan, tapi belum matang, ada yang di Indonesia, kalau di luar negeri lagi dilihat dulu," ungkapnya.
Dia melanjutkan perseroan juga akan menggunakan capex untuk maintanance, pengembangan lahan baru dan pembelian peralatan baru. Hingga September 2017, belanja modal yang terserap sudah mencapai Rp1 triliun. Mayoritas dari dana tersebut digunakan untuk membeli peralatan kerja. Selain itu, emiten bersandi saham TINS tengah melakukan pengeboran di Bangka Belitung. Adapun nilai investasi yang dialokasikan Rp150 miliar.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) membukukan laba bersih Rp1,9 triliun hingga kuartal III 2017, atau melonjak 41 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1,34 triilun. Perseroan mencatatkan pendapatan Rp23,07 triliun, meroket 114 persen dibandingkan dengan kuartal III 2016 yang sebesar Rp10,75 triliun.
Pendapatan persreoan terdiri atas pendapatan tol dan usaha lainnya sebesar Rp6,78 triliun dan pendapatan konstruksi Rp16,28 triliun per 30 September 2017. Peningkatan pendapatan itu diikuti oleh peningkatan beban pendapatan 167 persen menjadi Rp19,28 triliun pada kuartal III 2017 dibandingkan dengan Rp7,21 triliun pada kuartal III tahun lalu.
Proyek Kereta Bandara Soekarno Hatta
Pembangunan proyek kereta Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sepanjang 36,4 kilometer bakal menelan dana investasi Rp5 triliun. Dana investasi tersebut di antaranya berasal dari Railink Rp1,7 triliun untuk pembebasan tanah, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI Rp2,5 triliun, dan PT Angkasa Pura II (Persero) Rp 800 miliar. "Pembebasan tanah Rp 1,7 triliun, dari KAI ada Rp 2,5 triliun, AP II Rp 800 miliar, jadi total Rp 5 triliun," kata Direktur Utama Railink Heru Kuswanto.
Kereta Bandara Soetta di tahap awal berangkat dari Stasiun Sudirman Baru dan berhenti di Stasiun Bandara Soetta. Naik turun penumpang dilakukan dua stasiun tersebut seiring menunggu diselesaikannya pengerjaan di tiga stasiun lainnya.
Kereta Bandara Soetta beroperasi perdana pada 1 Desember 2017 dengan tarif Rp30.000 hingga akhir tahun. Selanjutnya, akan diberlakukan tarif normal Rp100.000 per 1 Januari 2018. "Tarif promo Rp 30.000," ujar Heru.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berencana mengakuisi saham perusahaan tambang batu bara. Perseroan membidik perusahaan yang memproduksi batu bara dengan kalori 4.200 kkal/kilogram atau batu bara berkalori sedang.
Direktur Pengadaan Strategis II PLN, Supangkat Iwan Santoso, mengatakan batu bara dengan kalori menengah tersebut disesuaikan dengan jenis komponen PLTU yang banyak beroperasi di Indonesia.“Sesuai pembangkit yang eksisting saat ini, kalori (batu bara) yang akan kami akuisisi 4.200 kkal ke atas,” katanya.
Iwan mengatakan, PLN juga sudah duduk bersama dengan perusahaan pemegang lisensi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B). Namun, dia enggan menyebutkan perusahaan mana yang akan diakuisisi tersebut. Dia megaku, saat ini, sedang dalam posisi tawar menawar.
PLN mengaku telah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam upaya ini. PLN juga mendapatkan persetujuan dari pihak parlemen setelah melakukan dengar pendapat dengan DPR RI. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.