BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

BI : Likuiditas Perbankan akan Tetap Longgar Hingga Akhir 2017

Bareksa20 November 2017
Tags:
BI : Likuiditas Perbankan akan Tetap Longgar Hingga Akhir 2017
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur Perry Warjiyo (kanan) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (22/8). BI akhirnya menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate ke level 4,5 persen. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pada akhir tahun ini, pertumbuhan DPK diperkirakan 10 persen dan kredit akan tumbuh 10 persen

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan likuiditas perbankan akan tetap longgar sampai akhir tahun. Indikator likuiditas, yakni rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) diprediksi akan berada di bawah 90 persen pada akhir 2017.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D.W Martowardojo, menjelaskan tingginya likuiditas ini dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit yang pada akhir tahun akan lebih rendah dibandingkan dana pihak ketiga (DPK). Pada akhir 2017, pertumbuhan DPK akan berada di angka 10 persen, sementara kredit di angka 8 persen.

"Likuiditas perbankan pada akhir 2017 ini diperkirakan lebih longgar dibandingkan akhir 2015 dan 2016,"ungkap dia di Jakarta akhir pekan lalu. (Baca : LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan)

Promo Terbaru di Bareksa

Longgarnya likuiditas perbankan juga terjadi karena korporasi juga mencoba alternatif lain sebagai pendanaan.

Agus menjelaskan, pendanaan dari pasar modal melalui penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), obligasi dan medium term notes (MTN) cukup diminati oleh korporasi.

Tercatat pada Januari - Oktober 2017, pendanaan dari opsi-opsi tersebut sudah mencapai Rp256 triliun dengan Rp180 triliun diantaranya berasal dari obligasi dan IPO.

Dengan banyaknya likuiditas perbankan, BI berharap bisa menjadi sarana untuk bisa menyalurkan kredit. BI pun sudah mengeluarkan kebijakan makro prudensial, yakni counter cyclical buffer (CCB) 0 persen agar kredit lebih ekspansif.

Hingga September 2017, Agus mengungkapkan, pertumbuhan kredit memang menunjukkan perlambatan, yakni mencapai 7,9 persen (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8,3 persen (yoy).

“Secara year to date kami amati, kredit bertumbuh sekitar 8 persen,”ungkap dia. (Lihat : Likuiditas Melimpah, Bank Tempatkan Dana di Instrumen BI dan Surat Berharga)

Permintaan Kredit Masih Lemah

Rendahnya pertumbuhan kredit tersebut karena permintaan kredit masih melemah. Ditambah pula korporasi dan bank masih melakukan konsolidasi. Dari sisi korporasi, para pelaku sedang menunggu neraca keuangan benar-benar sehat sebelum bisa mengajukan permintaan.

“Mereka juga mengkaji perekonomian dunia dan perkembangan harga komoditas sebelum ekspansi,” ungkap Agus.

Kemudian dari sisi bank, pihaknya juga masih melakukan konsolidasi. Menurut Agus, bank masih mewaspadai meningkatnya rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sehingga menahan penyaluran kredit.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto melanjutkan, secara sektoral, pertumbuhan kredit sudah mulai menunjukkan perbaikan, namun memang belum merata. Salah satu yang menunjukkan pertumbuhan negatif adalah kredit pada sektor pertambangan.

“Sektor lain di luar tambang sudah tumbuh, meskipun tidak sebaik periode sebelumnya,” ungkap dia. (Baca : DPK Valas Bank Tumbuh 6,14 Persen pada Agustus 2017, Apa Penyebabnya?)

NPL Gross Menurun

Sementara mengenai NPL, Erwin menyebutkan, pada September 2017, NPL gross perbankan tercatat sebesar 2,93 persen, menurun dibandingkan Juni 2017 yang mencapai 2,96 persen. Penurunan juga terjadi pada loan at risk yang menurun ke angka 10,97 persen.

“Perbankan masih wait and see dalam menyalurkan kredit, namun bank sudah melihat sektor kredit yang akan dibidik seperti infrastruktur, consumer goods dan lainnya,” ucap dia.

Operasi Pasar Terbuka

Di sisi lain, Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto menyebutkan, posisi Operasi Pasar Terbuka (OPT) pada akhir Oktober 2017 mencapai Rp374,5 triliun, turun dari posisi di bulan sebelumnya yang mencapai Rp391,9 triliun.

Penurunan ini disebabkan menurunnya penempatan pada reverse repo SBN menjadi Rp131,3 triliun dari Rp145 triliun pada akhir September 2017.

"Sementara posisi Sertifikat Deposit Bank Indonesia (SDBI) mencatat kenaikan sebesar Rp6,3 triliun menjadi Rp182,2 triliun dan deposit facility mencatat kenaikan sebesar Rp2,9 triliun menjadi Rp72,2 triliun," terang dia. (Baca : Transmisi BI 7 Days Reverse Repo Rate ke Suku Bunga Kredit Terus Berlanjut)

Ke depan, meskipun terdapat kecenderungan penurunan terbatas pada instrumen OPT namun secara umum rendahnya permintaan kredit mendorong bank untuk tetap menempatkan kelebihan likuiditas pada SDBI dan deposit facility di tengah imbal hasil yang mengalami penurunan.

"Membaiknya pertumbuhan dana di sisi lain menjadikan likuiditas perbankan akan tetap berada pada level yang memadai hingga akhir tahun. Potensi siklus akselerasi pengeluaran pemerintah di akhir tahun akan memberikan efek positif bagi tambahan bagi ketersediaan likuiditas perbankan," papar dia.

Lebih lanjut, pertumbuhan DPK yang positif memberikan sinyal bahwa DPK akan kembali memasuki zona positif hingga akhir tahun meskipun diperkirakan lebih rendah di bawah kinerja rata-ratanya.

Sebaliknya pertumbuhan kredit yang melambat masih akan terus terjadi sebagai dampak dari kebijakan bank yang selektif memberikan kredit baru dan lebih fokus pada perbaikan portfolio existing. (LIhat : Suku Bunga Simpanan Terus Turun, Dana Bisa Beralih ke Luar Bank)

"Di sisi lain pelaku usaha juga memilih menunggu dan cenderung menahan ekspansi yang terindikasi dengan meningkatnya penempatan di produk deposito," ungkap dia. (K09/AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua