Setelah Sentuh Level Terendah Sejak 2010, Saham MPPA Meroket 54 Persen, Kenapa?
Perusahaan masih mencatatkan rugi pada semester I 2017 Rp 186 miliar
Perusahaan masih mencatatkan rugi pada semester I 2017 Rp 186 miliar
Bareksa.com- Saham PT Matahari Putera Prima Tbk (MPPA) pada perdagangan 14 Agustus 2017 lalu sempat menyentuh level terendah pada 2010, yakni di level Rp 545 per saham. Namun dalam tiga hari terakhir saham unit usaha Grup Lippo tersebut meroket hingga 54 persen ke level Rpp 840 per saham pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat, 18 Agustus 2017. Melambungnya harga saham MPPA karena banyak diborong oleh broker dan investor asing.
Berdasarkan pantauan Bareksa, dari empat broker yang melakukan pembelian bersih terbesar saham MPPA, semuanya merupakan broker asing, serta investornya yang melakukan aksi beli saham MPPA seluruhnya merupakan investor asing.
Sejak 15 Agustus 2017, saham MPPA banyak diborong broker JP Morgan Securities (BK) sebanyak 50 ribu lot pada harga rata-rata Rp 794,7 per saham senilai Rp 4 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara pembeli terbesar berikutnya adalah DBS Vickers Securities (DP) yang membeli 47 ribu lot saham pada harga rata-rata 622 per saham senilai Rp 2,9 miliar.
Lalu di beli juga oleh Morgan Stanley (MS) dan Merrill Lynch (ML) yang masing-masing membeli 20 ribu lot saham senilai Rp 1,5 miliar dan 18 ribu lot saham senilai Rp 1,1 miliar.
Grafik: Pergerakaan Harga Saham MPPA Sejak 2010
Sumber: Bareksa.com
Menurut Analis Senior dari Bina Artha Sekuritas, Reza Priyambada, Naiknya harga saham MPPA kemungkinan karena pelaku pasar memanfaatkan rendahnya harga sahamnya untuk kembali masuk dan bukan dari imbas kinerja keuangannya. Apalagi pelaku pasar melihat harga saham MPPA sudah banyak terdiskon selama beberapa periode
Karena dari sisi kinerja, emiten ini masih membukukan penurunan pendapatan di paruh pertama tahun ini sebesar 3 persen menjadi Rp 6,7 triliun, dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 6,92 triliun. Sedangkan tingkat pertumbuhan rata-rata penjualan tiap toko Same Store Sales Growth (SSSG) masih negatif.
Selain itu hingga semester I-2017 perusahaan masih mengalami rugi usaha sebesar Rp 186,3 miliar, berbanding terbalik dari sebelumnya memperoleh laba usaha sebesar Rp 48,1 miliar.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.