BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Melambat, Kredit Perbankan Tumbuh 7,6 Persen Pada Juni 2017

Bareksa01 Agustus 2017
Tags:
Melambat, Kredit Perbankan Tumbuh 7,6 Persen Pada Juni 2017
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Maryono (ketiga kiri) bersama jajaran Direksi (dari kiri) Nixon Napitupulu, Handayani, Iman Nugroho Soeko, Oni Febriarto dan Mahelan Prabantarikso disela Paparan Kinerja Bank BTN Kuartal II/2017 di Jakarta, Senin, 24 Juli 2017. (ANTARA FOTO/HO/Suryo)

Kredit modal kerja dan investasi melambat, namun kredit konsumsi tumbuh mengencang

Bareksa.com - Penyaluran kredit pada Juni 2017 tercatat sebesar Rp 4.518,1 triliun, bertumbuh 7,6 persen secara tahunan (year on year/yoy). Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang bertumbuh 8,6 persen (yoy).

Berdasarkan data uang beredar yang dirilis oleh Bank Indonesia pada Senin, 31 Juli 2017, perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada segmen kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI).

Kredit modal kerja tercatat sebesar Rp 2.097,8 triliun, tumbuh 6,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang bertumbuh 8,5 persen (yoy). Sejalan dengan hal itu, kredit investasi juga melambat dari 7,9 persen (yoy) pada Mei 2017 menjadi tumbuh 6,1 persen (yoy) pada Juni 2017.

Promo Terbaru di Bareksa

Perlambatan kredit modal kerja disebabkan oleh kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang melambat dari 6,7 persen (yoy) pada Mei 2017 menjadi 4,3 persen (yoy) pada Juni 2017.

Begitu pula untuk kredit yang disalurkan untuk sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang melambat menjadi 17,1 persen (yoy), dari bulan sebelumnya yang mencapai 18,5 persen (yoy).

Perlambatan pertumbuhan kredit investasi terjadi pada sektor industri pengolahan yang bertumbuh dari 4,7 persen (yoy) pada Mei 2017 menjadi 3,5 persen (yoy) pada Juni 2017. Sedangkan kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh melambat menjadi 6,7 persen (yoy), dari sebelumnya yang mencapai 8,2 persen (yoy).

Kredit Konsumsi Tumbuh Mengencang

Berbeda dengan perlambatan pada kredit modal kerja dan investasi, kredit konsumsi (KK) justru tumbuh mengencang. Pada akhir Juni 2017, kredit konsumsi tercatat mencapai Rp 1.306,2 triliun atau bertumbuh 9,9 persen (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 9,5 persen (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi bersamaan dengan periode perayaan Hari Raya Idul Fitri 2017.

Meski begitu, kredit properti justru melambat, yakni menjadi Rp 746,8 triliun atau bertumbuh 12,1 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 13,7 persen (yoy). Perlambatan tersebut bersumber dari kredit yang disalurkan untuk sektor konstruksi dan real estate, meskipun tertahan oleh peningkatan pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA).

Kredit konstruksi melambat dari 24,1 persen (yoy) menjadi 20,8 persen (yoy) pada Juni 2017. Demikian juga dengan pertumbuhan kredit real estate melambat menjadi 10,4 persen (yoy), dari 15,9 persen (yoy). Kondisi sebaliknya terjadi pada KPR dan KPA yang bertumbuh dari 7,7 persen (yoy) menjadi 7,9 persen (yoy) pada Juni 2017.

Kinerja Perbankan

Beberapa bank memang menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit di segmen konsumsi, KPR ataupun KPA. Seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) yang pada semester I 2017 mencatat pertumbuhan kredit sebesar 18,81 persen ke angka Rp 177,4 triliun. Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan, sebagian besar atau 90,04 persen dari kredit tersebut disalurkan untuk kredit perumahan atau mencapai Rp 159,74 triliun.

"Sedangkan kredit non perumahan bertumbuh 30,15 persen ke angka Rp 13,57 triliun," ungkap dia di Jakarta belum lama ini.

Begitu juga dengan PT Bank Central Asia (BCA) Tbk (BBCA) yang mencatat pertumbuhan signifikan pada kredit konsumsi. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, hingga Juni 2017, BCA mencatat pertumbuhan sebesar 12 persen ke angka Rp 433,6 triliun.

Jahja menyebutkan, pertumbuhan kredit terbesar berasal dari sektor korporasi yang mencapai Rp 160,74 triliun atau bertumbuh 18,7 persen (yoy). Sektor lainnya yang bertumbuh cukup signifikan adalah sektor konsumsi yang mencapai 18,4 persen ke angka Rp 124,54 triliun. Sementara sektor komersial dan usaha kecil menengah (UKM)hanya bertumbuh 1,2 persen ke angka Rp 148,31 triliun.

"Kami memang tidak terlalu berkompetisi di sektor komersial dan UKM karena kami tidak mau mengambil risiko,"kata dia.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga menunjukkan pertumbuhan di segmen konsumsi. Direktur BNI Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan, sektor konsumsi BNI mencapai Rp 67,05 triliun atau bertumbuh 10 persen (yoy) pada Juni 2017. Anggoro menyebutkan, pertumbuhan pada segmen tersebut berasal dari BNIFlexi atau pinjaman kepada individu yang telah menggunakan BNI.

Sementara untuk penyaluran KPR, menurut Anggoro pertumbuhannya memang hanya 1 persen. Hal tersebut terjadi karena daya beli masyarakat di kuartal pertama dan kedua tidak terlalu bagus. Peningkatan daya beli ini diharapkan bisa meningkat pada kuartal ketiga dan keempat. "Akhir tahun kami perkirakan bisa meningkat ke angka dua digit,"ujar dia.(K09)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua