Sepanjang 2016, Saham-Saham Gocap Ini Sudah Beri Cuan Lebih Dari 100%
Bahkan ada saham yang naik lebih dari 10 kali lipat terdorong oleh sentimen dan spekulasi
Bahkan ada saham yang naik lebih dari 10 kali lipat terdorong oleh sentimen dan spekulasi
Bareksa.com - Sejumlah saham yang sudah berada di batas terendah perdagangan di pasar reguler Bursa Efek Indonesia pada tahun ini bangkit. Setelah sempat mati suri di level Rp50, saham-saham tersebut bahkan ada yang naik lebih dari 10 kali lipat terdorong oleh sentimen dan spekulasi pasar, terlepas dari kinerja fundamental mereka.
Terdapat empat saham “gocap” yang meroket pada tahun ini, yakni PT Plat Timah Nusantara Tbk (NIKL) naik lebih dari 1.000 persen menjadi Rp630, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) naik 553 persen menjadi Rp476, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang naik 132 persen menjadi Rp121, dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM) naik 90 persen menjadi Rp95.
Bareksa memantau faktor apa saja yang mendorong menggeliatnya saham-saham tersebut. Sejumlah saham memang mendapat dorongan positif dari aksi korporasi meski kebanyakan bangkit hanya terdorong sentimen belaka. Berikut ulasannya.
Promo Terbaru di Bareksa
PT Plat Timah Nusantara Tbk (NIKL)
Naiknya harga saham NIKL terjadi sejak awal bulan Maret 2016. Bila dilihat dari kacamata sentimen global, naiknya harga saham NIKL seiring dengan penguatan harga baja global. Harga komoditas ini mengalami kenaikan 42 persen sejak awal tahun menjadi US$42,15 per metrik ton per 20 Oktober 2016.
Grafik: Pergerakan Harga Baja Global 1 Januari- 20 Oktober 2016
Sumber: Trading Economics
Sementara itu, menurut keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat perubahan kepemilikan saham di atas 5 persen untuk saham emiten yang terafiliasi dengan produsen baja PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) ini. Berdasarkan laporan registrasi kepemilikan saham NIKL per Agustus 2016, PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri masuk ke jajaran pemegang saham dengan kepemilikan di atas 5 persen.
Per Agustus hingga laporan bulan terkahir September 2016, Asabri memiliki 203,4 juta lembar saham atau setara 8,61 persen dari seluruh saham NIKL yang beredar di Bursa. Padahal, dalam laporan bulan sebelumnya, Asabri belum masuk ke daftar pemegang saham di atas 5 persen. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa entitas milik negara ini menjadi pembeli terbesar saham NIKL pada Agustus. Berdasarkan data tersebut, kepemilikan pemegang saham yang berubah hanya dari pemegang saham publik lainnya menjadi 16,84 persen dari sebelumnya 24,94 persen.
Daftar Pemegang Saham NIKL di atas 5 persen Juli-Agustus 2016
Sumber: Bursa Efek Indonesia
PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID)
Emiten-emiten terkait tambang batu bara sedang dilanda euphoria seiring dengan tren kenaikan harga batu bara global. Salah satunya adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), yang menyediakan jasa pertambangan bagi produsen komoditas hitam tersebut. Saham DOID telah melonjak 833 persen per 21 Oktober 2016 dibandingkan Rp51 pada awal tahun ini.
Harga batu bara dunia telah menguat signifikan sepanjang tahun ini. Harga batu bara global di pelabuhan Newcastle, Australia sudah mencapai US$78,11 per metrik ton pada September 2016, naik 39,9 persen sepanjang tahun. Pada periode yang sama, HBA yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) naik 19,5 persen menjadi US$63,93 per metrik ton. Bahkan, HBA Oktober 2016 sudah mencapai US$69,07 per metrik ton.
Grafik: Pergerakan Harga Batu Bara Acuan dan FOB Newcastle (US$/metrik ton)
Sumber: Bareksa.com
Meskipun pendapatan perseroan cenderung menurun pada semester pertama tahun ini, DOID bisa membukukan untung dan membalikkan kerugian tahun lalu. Laba neto DOID yang distribusikan ke pemilik induk US$8 juta sepanjang Januari-Juni 2016 dibandingkan periode sama tahun lalu yang mengalami rugi bersih US$10 juta. Laba yang positif ini ternyata dikontribusikan dari laba selisih kurs yang mencapai US$4,6 juta. Risiko kurs kerap menyeret kinerja perusahaan sejak 2011. Hal ini mengindikasikan bisnis batu bara belum bisa menyumbang keuntungan yang signifikan.
Meskipun secara keseluruhan kinerja keuangan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, harga saham DOID terus melonjak. Sepanjang 2016, DOID telah mengalami kenaikan 463 persen dan setahun terakhir meningkat 305,88 persen. Return ini jauh di atas IHSG yang hanya 20,55 persen dan melebihi indeks tambang yang naik 25,62 persen setahunnya.
Naiknya harga saham DOID sejak awal tahun juga tidak terlepas dari tingginya transaksi jual-beli. Menurut pantauan Bareksa, terdapat 5 broker pembeli sekaligus penjual terbesar saham batu bara tersebut (Baca juga: Saham DOID Naik 7 Kali Lipat, 5 Broker Ini Pembeli Sekaligus Penjual Terbesar)
Kenaikan fantastis saham ini sepanjang 2016 membuat DOID pernah masuk kategori perdagangan tidak biasa alias unusual market activity (UMA) pada Februari lalu dan selang sebulan kemudian pada 22 Maret 2016, saham ini dihentikan sementara perdagangannya selama satu hari.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Karena jumlah saham beredarnya yang cukup besar, saham emiten tambang batu bara ini bisa dibilang sebagai saham sejuta umat -- meski total investornya per Mei 2016 hanya sebanyak 31.836 pihak. Total kepemilikan publik di saham ini sebesar 70,52 persen modal disetornya.
BUMI sempat menjadi primadona di pasar modal dan mencapai puncak di kisaran harga Rp8.000 pada tahun 2008 ketika komoditas batu bara sedang booming. Akan tetapi, seiring dengan turunnya popularitas komoditas tersebut dan berbagai skandal yang muncul hingga menekan kinerja keuangannya, saham BUMI pun resmi masuk klub gocap pada 27 Juni 2015.
Pergerakan BUMI melangkah dari level Rp50 terjadi sejak Juni 2016 karena sentimen masih belum selesainya verifikasi tagihan beberapa kreditur, sehingga BUMI memilih untuk memperpanjang masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) selama 21 hari. Dua hari naik signifikan hingga menyentuh level Rp82, regulator terpaksa menetapkan saham ini bergerak tidak wajar (unusual market activity) dan BUMI pun merosot 7,32 persen pada 14 Juni 2016.
Pada Kamis 16 Juni 2016, saham BUMI kembali tersungkur 6,9 persen ke Rp79 setelah sehari sebelumnya naik 10,53 persen hingga menyentuh Rp84. Memang saham BUMI tidak pernah diprediksi, tetapi setiap ada pergerakan jumlah antrean jual selalu lebih besar dibandingkan antrean beli.
Lalu pada tanggal 19 dan 20 Oktober harga saham BUMI melesat 53 persen. Naiknya harga saham BUMI pada tangal 20 Oktober bahkan membuat nilai transaksi BUMI mencapai Rp488,6 miliar, mengalahkan seluruh transaksi saham lainnya di Bursa Efek dengan volume transaksi mencapai 38,5 juta lot saham. Meskipun demikian, total transaksi seluruh saham di Bursa pada 20 Oktober sebesar Rp5,96 triliun, turun dibandingkan dengan Rp6,5 triliun pada perdagangan hari sebelumnya, 19 Oktober 2016.
Seiring dengan tingginya volume dan nilai transaksi, harga saham BUMI naik 13,9 persen menjadi Rp123 pada 20 Oktober 2016, melanjutkan penguatan sejak hari sebelumnya yang ditutup di Rp108. Sayangnya pada perdagangan 21 Oktober 2016, harga saham BUMI telah koreksi sebesar 1,6 persen dan ditutup pada level Rp121 per saham.
PT Trada Maritime Tbk (TRAM)
TRAM resmi menyentuh level Rp50 pada 28 April 2015. Sempat naik ke Rp57 pada 17 Mei 2015 dan berfluktuasi selama sebulan kemudian, harga saham TRAM pun kembali mentok di level gocap.
Pada tanggal 7 Oktober 2016 saham TRAM mulai menggeliat hingga tanggal 13 Oktober saham ini telah naik 100 persen. Setelah itu harga saham TRAM mulai koreksi, tetapi per 21 Oktober 2016 kembali naik 8 persen ke level Rp95 per saham.
Terlepas dari peningkatan harga saham yang signifikan, kinerja perusahaan perkapalan ini masih dihantui awan gelap. Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2016, pendapatan usaha untuk enam bulan pertama tahun ini turun 14,79 persen menjadi US$14,34 juta dibandingkan perolehan pada periode sama tahun lalu.
Meskipun demikian, perseroan pada paruh pertama 2016 bisa membukukan laba usaha US$1,93 juta dibandingkan rugi usaha US$57,94 juta pada periode sama tahun lalu. Hal ini dikarenakan tidak ada penurunan aset tetap pada 2016, tidak seperti yang terjadi pada tahun lalu.
TRAM membukukan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$1,21 juta pada Jan-Jun 2016, menyusut signifikan dibandingkan rugi US$54,9 juta sebelumnya.
Saham emiten perkapalan ini terus dirundung musibah. Setelah salah satu kapalnya terbakar, kapal lainnya terlibat penyelundupan minyak sehingga klien besarnya memutus kontrak. Masalah tidak sampai di situ, beredar kabar di pasar yang mengatakan saham TRAM menjadi obyek gadai saham (repo).(hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.