Terkena Efek Brexit Jangka Panjang, Ekonomi Indonesia Bisa Ikut Melambat?
Brexit dapat menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia sama seperti di China dan Filipina
Brexit dapat menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia sama seperti di China dan Filipina
Bareksa.com - Referendum yang diselenggarakan pada sebulan lalu sudah memutuskan keinginan rakyat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, atau biasa disebut dengan Brexit. Pada saat itu, pasar saham Indonesia sempat bereaksi negatif dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun terdepresiasi. Lantas, bagaimanakah efek Brexit ini terhadap Indonesia dalam jangka panjang?
Dari sisi perdagangan, nilai ekspor dan impor dengan Inggris memang tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan total perdagangan luar negeri Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia dengan Inggris pada 2015 mencapai US$2,35 miliar, hanya sekitar 0,8 persen perdagangan luar negeri Indonesia.
Dalam periode Januari-Mei 2016, total perdagangan dengan Inggris sebesar US$966 juta dengan kontribusi 0,71 persen total perdagangan luar negeri Indonesia. Selama lima tahun terakhir, kontribusi perdagangan dengan Inggris tidak sampai 1 persen dari total perdagangan Indonesia, dengan kisaran hanya 0,7-0,8 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik: Nilai Perdagangan dengan Inggris & Kontribusinya Terhadap Perdagangan Luar Negeri Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdagangan
Meskipun dampak Brexit secara langsung tidak terlalu besar bagi Indonesia, ada kemungkinan efeknya dalam jangka panjang. Hal tersebut diutarakan oleh Riset Nomura yang telah dibagikan kepada nasabah.
"Kami mengingatkan untuk tidak menyepelekan kedalaman, keterlambatan dan jangkauan dari penularan efek Brexit ke Asia. Pahamilah bahwa ini adalah goncangan yang tahan lama," tulis riset tersebut.
Riset itu juga menilai pentingnya menghitung efek ekonomi yang mungkin terjadi kepada negara Uni Eropa lain, terutama yang berkaitan dengan jasa keuangan. Meski kontribusi Inggris terhadap ekonomi global kurang dari 4 persen, negara Uni Eropa lain masih memberikan kontribusi 18 persen, sehingga efek lanjutan terhadap Eropa sangat penting bagi Asia.
Nomura pun memperkirakan ada sedikit perubahan pada pertumbuhan negara-negara Asia. Dampak terbesar akan terasa pada Hong Kong dengan penurunan sekitar 1 persentase poin. Sementara itu, Brexit dapat menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 0,2 persentase poin, sama seperti yang diperkirakan terjadi di China dan Filipina.
Grafik: Perkiraan Dampak Brexit terhadap Pertumbuhan PDB Riil Asia 2016 (persentase poin)
Sumber: Riset Nomura
Meskipun demikian, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menilai event yang terjadi di benua Eropa tersebut juga dapat memberikan dampak positif kepada Indonesia. Hal ini mungkin terjadi bila Bank of England (BoE) menurunkan suku bunga pada Agustus.
"The Fed dijadwalkan bertemu kembali minggu ini dan diperkirakan belum akan menaikkan suku bunga. Jika pernyataan Yellen (Gubernur Federal Reserve) menjadi pesimis akibat dampak Brexit, maka dampaknya bisa positif ke pasar negara berkembang. Ini bisa berarti aliran dana asing akan lebih deras masuk ke negara berkembang termasuk ke Indonesia," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.
Aliran dana asing yang masuk ke Indonesia dapat mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah biasanya menjadi faktor utama keputusan Bank Indonesia dalam menentukan suku bunga acuan BI Rate. "Jadi, ke depan seharusnya masih ada ruang BI Rate untuk kembali dipangkas, menurut saya, walaupun tidak terlalu banyak," tambah Rangga.
Sepanjang tahun ini, bank sentral sudah empat kali memangkas suku bunga acuan, seiring dengan upaya untuk mendorong ekonomi dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. BI Rate per 21 Juli 2016 ditahan di level 6,5 persen, sudah turun 100 basis poin dibandingkan 7,5 persen pada Desember 2015.
Grafik: Pergerakan BI Rate Desember 2015-Juli 2016
Sumber: Bank Indonesia, diolah Bareksa
Meskipun efek jangka panjang dari Brexit ini belum dapat diukur, turunnya suku bunga ini bisa menjadi pertanda baik bagi ekonomi Indonesia, sehingga penyaluran kredit untuk pembangunan menjadi lebih besar. Seiring dengan semakin besarnya kredit, roda ekonomi pun bergerak yang akhirnya mendorong pertumbuhan Indonesia. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.