MARKET FLASH: ANTM Bangun Smelter Dengan Freeport; DNET Akan Rights Issue Rp1,3T
Pembahasan RUU Tax Amnesty Berjalan Lambat
Pembahasan RUU Tax Amnesty Berjalan Lambat
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
Pembahasan RUU Tax Amnesty
Pembahasan Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty berjalan lambat di Panitia Kerja (Panja) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hingga kemarin, 6 Juni 2016, Panja belum juga membahas pasal penting seputar tarif tebusan, mekanisme repatriasi, dan instrumen investasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Padahal jika mengacu pada agenda kegiatan Komisi XI di masa sidang kali ini, Panja RUU Tax Amnesty harus tuntas pada 16 Juni 2016. Hingga kemarin, pembahasan RUU Tax Amnesty masih berputar pada masalah ruang lingkup dan definisi. Bahkan menurut Wakil Ketua Komisi XI Achmad Hafisz Tohir, baru dua pasal yang dibahas.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
ANTM bersama dengan PT Freeport Indonesia dan PT Smelting bekerjasama membangun precious metal refinery. Ini adalah pabrik pengolahan anoda slime menjadi dore, atau bahan emas lantakan di Gresik, Jawa Timur. Proyek tiga perusahaan yang kelak memiliki kapasitas 6.000 ton anoda slime per tahun ini, berada satu komplek dengan smelter baru Freeport di gresik yang akan dibangun.
Untuk pengembangan bisnis anoda slime, manajemen ANTM akan mengalokasikan anggaran. Hanya saja, perseroan belum mau menyebut berapa nilai investasi yang akan dikeluarkan untuk membangun smelter tersebut. Sebagai gambaran, tahun ini ANTM mengalokasikan belanja modal Rp2 triliun.
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET)
DNET terus bernegosiasi dengan Tower Bridge Ventures Ltd terkait penjualan 1,1 miliar saham baru (7,1 persen) senilai Rp1,01 triliun. Sebagian dana akan digunakan untuk ekspansi kabel fiber optik senilai Rp2,7 triliun hingga 2017. Penjualan tersebut merupakan bagian dari rencana penambahan modal tanpa memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) dengan melepas hingga 1,48 miliar saham baru atau setara 10 persen modal disetor. Harga pelaksanaan ditetapkan Rp925 per saham, sehingga total dana yangdiraih mencapai Rp1,31 triliun.
Sejak tahun 2015, Indoritel memutuskan untuk masuk ke bisnis baru dengan berinvestasi pada PT Mega Akses Persada. Mega Akses adalah perusahaan yang bergerak di bidang jaringan serat optik ke rumah-rumah penduduk. Perusahaan berencana menggelar jaringan serat optik di 200 kota Indonesia dalam waktu tiga sampai lima tahun mendatang.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.