Keperkasaan Blue Bird Hadapi Penyedia Jasa Transportasi Online Mulai Meredup?
Laba bersih Blue Bird kuartal I-2016 ambrol 38% dibanding periode sama tahun lalu. Voucher taksi tak lagi menolong.
Laba bersih Blue Bird kuartal I-2016 ambrol 38% dibanding periode sama tahun lalu. Voucher taksi tak lagi menolong.
Bareksa.com - Gempuran layanan aplikasi transportasi online akhirnya mempengaruhi kinerja keuangan PT Blue Bird Tbk (BIRD). Sepanjang Januari - Maret 2016, laba operator taksi terbesar di Indonesia ini susut hingga 38 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Blue Bird hanya memperoleh laba bersih Rp138 miliar dalam kuartal pertama tahun ini. Apa penyebabnya, berikut hasil penelusuran Bareksa.
Dari segi pendapatan, Blue Bird masih bisa bertahan dengan penurunan pendapatan hanya 0,7 persen menjadi Rp1,27 triliun dalam periode yang sama. Tetapi jika dibedah, pendapatan taksi reguler ambrol hingga 3 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Menelaah kinerja keuangan secara kuartal per kuartal, pada kuartal pertama tahun ini pendapatan taksi reguler menyusut 11,9 persen menjadi Rp1,08 triliun dibanding kuartal keempat tahun lalu yang menembus angka Rp1,2 triliun.
Sementara melihat dari tren pendapatan taksi reguler dari grafik di bawah ini mencerminkan dari tahun lalu pertumbuhan pendapatan taksi reguler sudah jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2014. Hal ini seiring dengan yang fenomena transportasi online yang mulai marak awal tahun 2015 oleh penyedia jasa seperti Grab, Go-Jek, Uber, dan lainnya.
(Baca juga: Laba BIRD dan TAXI Tergerus Ojek dan Taksi Online?)
Grafik: Pendapatan Blue Bird dari Segmen Taksi
Sumber: Laporan Keuangan Blue Bird
Tahun lalu, perusahaan berlogo burung biru itu masih lebih kebal dibanding pesaingnya yakni PT Express Transindo Tbk (TAXI) yang sudah terkena impak sejak awal tahun 2015. Hal ini karena dalam aktivitas operasionalnya, 99,8 persen kas Blue Bird diperoleh secara langsung dari pelanggan melalui pembelian voucher taksi.
Tetapi pada kuartal pertama tahun ini, kas yang diterima langsung dari pelanggan (voucher taksi) turun 2 persen menjadi Rp1,27 triliun dari sebelumnya Rp1,29 triliun. Mulai turunnya penjualan voucher, pada akhirnya berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Seiring dengan menurunnya penjualan voucher taksi ini, keuntungan operasional Blue Bird pun turun. Berdasarkan laporan keuangan, di kuartal I laba usaha tercatat sebesar Rp217 miliar, turun 15 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada saat yang sama, persaingan dengan taksi online juga berdampak menekan marjin laba operasional menjadi 17 persen, dari kuartal I tahun 2015 sebesar 23 persen. Padahal, di tahun 2014 --sebelum meningkatnya popularitas transportasi online -- marjin laba operasi BIRD masih di kisaran 35 persen. (np)
(Baca juga: Pendapatan Blue Bird Rp4 Triliun, Keuntungan Express Tertinggi di Asia Pasifik)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.