Meskipun Larangan Ekspor Direvisi, Harga Bahan Tambang Tahun Ini Belum Pulih
Macquarie memperkirakan harga batu bara dan nikel dunia masih akan turun di atas 15 persen tahun ini
Macquarie memperkirakan harga batu bara dan nikel dunia masih akan turun di atas 15 persen tahun ini
Bareksa.com – Pada perdagangan saham hari ini i (Jumat, 26 Februari 2016) indeks sektor pertambangan melonjak 3 persen. Ada lima saham pertambangan dengan kenaikan tertinggi, yaitu PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 20 persen, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) 15,85 persen, PT Harum Energy Tbk (HRUM)8,4 persen, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 7 persen dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 5,4 persen.
Grafik: Pergerakan Indeks Pertambangan Secara Intraday
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Berita yang beredar menyebutkan kenaikan harga saham sektor tambang dipicu oleh rencana revisi larangan ekspor mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dikabarkan berencana merevisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 yang berisi pelarangan ekspor bahan mineral mentah. Ada 14 jenis bahan tambang yang dilarang diekspor semenjak Januari 2014 termasuk diantaranya tembaga, timah, bauksit, bijih besi dan nikel.
Namun demikian, ITMG yang mengalami kenaikan tertinggi di sektor tambang merupakan produsen batu bara di mana tidak termasuk komoditas yang dilarang. Dua saham dari sektor tambang dengan kenaikan tertinggi, yaitu ITMG dan MEDC beberapa waktu lalu mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) sehingga mengerek harga sahamnya. (Baca juga: Rencana Buyback Jauh Di Atas Harga Pasar, Saham ITMG Terbang 20%)
Tabel: Rencana Buyback Saham
*perpanjangan periode buyback
Sumber: IDX, Bareksa.com
Terlepas rencana revisi larangan tambang tersebut, harga komoditas pertambangan tahun ini diperkirakan masih tertekan. Macquarie Securities dalam laporan risetnya pada Desember 2015 lalu memproyeksikan harga batu bara tahun ini akan turun 17 persen menjadi US$49 per ton.
Sementara itu bahan tambang jenis nikel -- diproduksi oleh INCO -- yang masuk dalam rencana revisi Kementerian ESDM tahun ini juga diperkirakan mengalami penurunan harga. Harga nikel dunia diproyeksikan turun 15,4 persen menjadi US$10.000 per ton dari US$11.827 per ton, tapi dalam jangka menengah, terdapat potensi pemulihan harga nikel.
Grafik: Permintaan dan Harga Batu bara
Sumber: Macquarie Research, Bareksa.com
Grafik: Permintaan dan Harga Nikel
Sumber: Macquarie Research, Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.