Obligasi Terancam Default, Gajah Tunggal Masih Milik Taipan Nursalim?
Forbes menyebut kekayaan Sjamsul Nursalim susut $360 juta dan pada 2015 berada di urutan ke-46 orang terkaya Indonesia.
Forbes menyebut kekayaan Sjamsul Nursalim susut $360 juta dan pada 2015 berada di urutan ke-46 orang terkaya Indonesia.
Bareksa.com - Di daftar 50 orang terkaya Indonesia yang dirilis Majalah Forbes pada 2015, nama taipan Sjamsul Nursalim masih tertera. Dia tercatat di urutan ke-46. Total kekayaannya ditaksir mencapai $470 juta atau setara Rp6,6 triliun dengan kurs Rp14.000 per dolar AS. Posisi tersebut melorot dari tahun sebelumnya, di nomor 38, dengan nilai kekayaan $830 juta.
Sjamsul pernah tersangkut kasus dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) saat krisis ekonomi mendera Indonesia pada 1997-98. Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI) miliknya menerima suntikan dana BLBI sekitar Rp28,41 triliun. BDNI akhirnya dilikuidasi, dan Sjamsul diwajibkan mengembalikan dana BLBI itu kepada negara.
Sjamsul lalu membayar Rp1 triliun secara tunai dan menyerahkan tiga perusahaan miliknya, yaitu Dipasena, GT Petrochem, dan GT Tire. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada tahun 2002 menerbitkan Surat Keterangan Lunas (SKL) kepada Sjamsul.
Promo Terbaru di Bareksa
Situs Forbes masih mencatat Sjamsul sebagai pemilik PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). GJTL merupakan produsen ban, sedangkan MAPI adalah perusahaan ritel pengelola department store SOGO dan Plaza Indonesia.
Forbes juga menyebutkan bahwa susutnya kekayaan Sjamsul adalah akibat saham GJTL yang anjlok 50 persen sepanjang 2015, ditambah dengan saham MAPI yang juga amblas sekitar 40 persen. (Baca juga: Kekayaan Taipan Indonesia Menyusut $9 Miliar Akibat Lemahnya Harga Komoditas).
Melemahnya perekonomian global dan Indonesia tampaknya cukup memengaruhi GJTL. Bahkan, harga obligasi GJTL di Singapore Stock Exchange anjlok tajam. Per 14 Desember 2015 harga obligasi GJTL di Bloomberg tercatat hanya 60,5 persen atau telah tergerus 39 persen. Imbal hasilnya (yield) terus naik menjadi 36 persen sehingga meningkatkan risiko gagal bayar alias defaut. (Baca: Yield Obligasi GJTL Capai 36%, Risiko Gagal Bayar Meningkat)
Namun demikian, Catharina Widjaja, Direktur GJTL, dalam email-nya kepada Bareksa menyatakan sampai saat ini perusahaan masih dapat melaksanakan kewajibannya dalam membayar bunga bank dan juga bunga obligasi. "Harga obligasi perusahaan menurun juga disebabkan dari faktor pasar obligasi global saat ini," katanya.
Pertanyaan lanjutannya, apakah Sjamsul Nursalim sebetulnya masih memiliki saham di kedua emiten tersebut?
Klik selengkapnya...
((pba))
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2015 yang diunduh dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nama Sjamsul Nursalim tidak tertera sebagai pemilik secara langsung saham kedua perusahaan tersebut.
Tabel: Pemegang Saham GJTL dan MAPI
Sumber: BEI
Pemegang saham mayoritas GJTL saat ini adalah Denham Pte. Ltd. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini menguasai 49 persen saham GJTL. Didirikan pada 1997, Denham diketahui beroperasi sebagai anak usaha Giti Tire Pte. Ltd. yang juga berlokasi di Singapura. Giti Tire secara tidak langsung memiliki 49,7 persen di GJTL sebagai pemegang saham mayoritas Denham. Adapun di MAPI, PT Satya Mulia Gema Gemilang tercatat merupakan pemegang saham mayoritas.
Tabel: Perusahaan Afiliasi Gajah Tunggal
Sumber: BEI
Meskipun namanya tidak tertera sebagai pemegang saham langsung, Sjamsul dikabarkan masih menguasai kepemilikan GITI Group, yang memiliki pabrik ban di China. Usaha ban milik Sjamsul Nursalim disebut sebagai salah satu yang terbesar di dunia, selain GJTL yang beroperasi di Indonesia. Pada laporan keuangan GJTL, tercatat ada 15 perusahaan yang terafiliasi dengan Gajah Tunggal termasuk perusahaan-perusahaan GITI Group. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.