Survei Analis: Reshuffle, Analis Inginkan Menteri Keuangan Diganti Kenapa?
Berdasarkan polling Bareksa terhadap 10 analis, diperoleh hasil hampir 50% menganggap menteri keuangan perlu diganti
Berdasarkan polling Bareksa terhadap 10 analis, diperoleh hasil hampir 50% menganggap menteri keuangan perlu diganti
Bareksa.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat pada kuartal kedua tahun ini, hingga menyentuh level terendah dalam enam tahun. Hal ini tidak lepas dari kinerja para pembantu Presiden Joko Widodo atau para menteri dalam Kabinet Kerja.
Memasuki satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berhembus kabar akan ada perombakan kabinet (reshuffle), sekaligus perubahan susunan para menteri. Perombakan kabinet ini diduga karena Presiden merasa ada kinerja beberapa menteri kurang memuaskan.
Sepanjang Januari hingga Juni 2015, pemerintahan Presiden Joko Widodo hanya merealisasikan 10 persen anggaran untuk investasi. Belanja pemerintah juga baru keluar 40 persen dari yang ditargetkan dalam APBN-P 2015. Angka perdagangan juga terlihat kurang memuaskan, karena ekspor dan impor turun selama delapan bulan berturut-turut hingga Juni.
Promo Terbaru di Bareksa
Sebelumnya, seluruh jajaran kementerian Jokowi juga telah diminta memberi laporan kinerja berupa capaian program dalam waktu enam bulan belakangan dan rencana program untuk enam bulan ke depan. Permintaan Jokowi tersebut membuat isu reshuffle kabinet semakin kuat.
Berdasarkan polling Bareksa terhadap 10 analis (setiap analis boleh menjawab lebih dari 1 menteri), diperoleh hasil hampir setengahnya menganggap Menteri Keuangan perlu diganti. Selain itu Menko Bidang Ekonomi juga dirasakan minim kontribusi dalam menjaga stabilitas ekonomi saat ini.
Grafik Hasil Survei Bareksa Terhadap 10 Analis
Sumber: Bareksa.com
Alasannya kedua Menteri tersebut disoroti sebagian besar analis karena menganggap permasalahan terbesar yang sedang dihadapi pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah dalam mengatasi masalah perekonomian.
Target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,7 persen tetapi realiasinya kinerja perekonomian kuartal I 2015 tercatat hanya bertumbuh menjadi 4,71 persen. Angka pencapaian ini terendah semenjak 2009. Nilai tukar rupiah tercatat terus melorot ke level Rp13.500 per dolar, sementara inflasi tahunan per Juli naik hingga berada pada level 7,26 persen. Praktis, daya beli masyarakat pun dipastikan mengalami penurunan.
Selain itu, nilai ekspor dalam neraca perdagangan juga menunjukkan tren negatif. Hingga Mei, secara akumulatif, nilai ekspor Indonesia hanya mencapai US$11,19 miliar atau turun 11,84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Imbasnya, tingkat pengangguran meningkat 300 ribu menjadi 7,45 juta orang.
Walhasil banyak analis menyoroti kinerja kementerian bidang ekonomi yang dianggap masih minim dalam memberi terobosan untuk mendukung platform perekonomian Presiden Jokowi. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.