BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Pasca Tukar Guling BWPT, FGV dan Rajawali Ingin Bangun Pabrik Oleochemical

13 Juli 2015
Tags:
Pasca Tukar Guling BWPT, FGV dan Rajawali Ingin Bangun Pabrik Oleochemical
Felda Global Ventures Chief Executive Mohd Emir Mavani Abdullah speaks during a Reuters interview at the company's head offices in Kuala Lumpur, Malaysia.Felda Global Ventures Holdings Bhd said it plans to rely mostly on debt to fund its $680 million purchase of a 37 percent stake in Indonesia's PT Eagle High Plantations REUTERS/Olivia Harris

Transaksi tukar guling senilai $680 juta itu sedang dalam proses feasibility study

Bareksa.com - Perusahaan perkebunan asal Malaysia Felda Global Ventures (FGV) inginan membangun industri hilir kelapa sawit di Indonesia, setelah transaksi tunai dan tukar guling saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dengan Grup Rajawali selesai.

FGV, yang sahamnya dimiliki The Federal Land Development Authority (FELDA), sedang dalam proses akuisisi 37 persen saham BWPT senilai total $680 juta dari Rajawali Corpora, konglomerasi milik taipan Peter Sondakh. Keduanya telah meneken nota kesepahaman (MoU) pada 12 Juni 2015 dan saat ini prosesnya dalam feasibility study.

CEO dan Group President FGV Dato' Mohd Emir Mavani Abdullah mengatakan setelah bersinergi dengan Rajawali, FGV ingin membangun sebuah pusat produksi produk turunan kelapa sawit (oleochemical hub) di Indonesia. Produk dari pabrik itu, termasuk soup noodle dan fatty acid nantinya dapat diproses menjadi kosmetik hingga makanan.

Promo Terbaru di Bareksa

"Kami bicara juga dengan Rajawali untuk membuat oleochemical hub di Indonesia yang merupakan industri hilir. Di sini baru ada refinery CPO tetapi tidak ada produk turunan, padahal Presiden Joko Widodo ingin industri hilir," ujarnya saat ditemui dalam kunjungannya ke Jakarta 10 Juni 2015.

Tidak tanggung-tanggung, biayanya mencapai puluhan miliar dolar untuk mewujudkan rencana tersebut sampai komplit. Oleh sebab itu, investor global akan diajak bergabung meski FGV dan Rajawali tetap menjadi pemegang saham mayoritas. "Kami akan bawa investor kelas dunia, termasuk dari Eropa, AS, dan seluruh dunia,” ujarnya.
Meski belum tetapkan investasi, dia mengatakan, “Kami perkirakan sekitar $20 miliar dolar sampai semua komplit. Ini akan menjadi kerja sama G2G (antar negara)."

FGV merupakan operator perkebunan sawit terbesar ketiga di dunia dengan luas lahan 450.000 hektare di Malaysia dan Kalimantan, Indonesia. Total produksi mencapai 15 juta ton tandan buah segar per tahun, dan minyak sawit mentah (CPO) 3 juta ton per tahun. (Baca juga: Felda Global, Raksasa CPO Malaysia Calon Pembeli BWPT, Terkait PM Najib Razak?)

Sedangkan BWPT pada 2014 mencatat produksi TBS sebanyak 1,4 juta ton dan CPO sebanyak 329 ribu ton. Perseroan mengklaim memiliki pangsa pasar sekitar 2 persen dari total produksi nasional 31 juta ton pada 2014, menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). (Baca juga: Seberapa Menarik Saham BWPT Yang Akan Dijual Rajawali?)

Saat ini, FGV mengklaim memiliki pangsa pasar global 7 persen, dan akan bertambah seiring masuknya bagian BWPT ke dalam perusahaan asal Malaysia tersebut. "Perkiraan pangsa pasar kami bisa naik menjadi 12 persen di tingkat global setelah transaksi," ujar Dato' Emir.

Sebelumnya, Peter Sondakh sang pengendali Grup Rajawali pun sudah menyatakan keinginannya untuk mencari sinergi dengan perusahaan asal Malaysia itu. Dia ingin membangun sebuah perusahaan yang menjadi bagian dari rantai pasokan global. (Baca juga: Peter Sondakh Angkat Bicara, Harga Saham BWPT Melesat 9,3%)

Proses Uji Kelayakan

Kunjungan resmi FGV ke Jakarta, ditemani dengan Deputy Minister of Prime Minister Dato' Razali Ibrahim, merupakan rangkaian feasibility study (uji kelayakan) transaksi perusahaan pemerintah Malaysia itu dengan Rajawali. Sebelumnya, manajemen FGV juga menilik perkebunan milik BWPT di Kalimantan dan Papua.

Feasibility study ini merupakan proses krusial untuk memastikan transaksi wajar. Pasalnya, sempat ada penolakan dari parlemen Malaysia yang mengira transaksi ini dapat merugikan dengan harganya yang dianggap terlalu mahal.

"Investasi besar di Malaysia hanya bisa dicairkan kalau ada industri pendukung. Mereka harus memiliki kemampuan dan keuangan sehinga dapat diputuskan rencana ini," ujar Dato' Razali dalam bahasa Melayu kental. "Kami tidak ada agenda tersembunyi, hanya ingin berkongsi dengan Indonesia untuk mendorong sektor perkebunan."

Kini FGV masih dalam proses penyelesaian transaksi akuisisi 37 persen saham BWPT dari Rajawali Corpora dengan uang tunai dan tukar guling saham. Transaksi tersebut bernilai $680 juta atau Rp9 triliun dan segera efektif bila mendapat persetujuan pemegang saham FGV pada September.

Dalam transaksi tersebut, FGV akan membayar 30 persen saham BWPT dengan tunai senilai $632 juta kepada grup konglomerasi milik Peter Sondakh itu. Sementara sisa 7 persen saham BWPT akan ditukar dengan 95 juta saham baru FGV sehingga Rajawali akan memiliki 2,6 persen di perusahaan Malaysia itu.

Besarnya nilai transaksi tersebut, memberi harga hingga Rp765 per saham. Angka tersebut premium 1,7 kali harga saham BWPT yang terakhir diperdagangkan di level Rp407 pada 10 Juli 2015. Padahal, FGV tidak akan mendapatkan kendali mayoritas langsung terhadap BWPT karena Rajawali masih memegangnya. (Baca juga: Wajarkah Harga Penawaran Felda Global Terhadap Saham BWPT Milik Rajawali?)

Hasil feasibility study akan dilaporkan kepada regulator pasar modal Malaysia dan akan dimasukkan dalam agenda rapat umum pemegang saham FGV. "Rapat pemegang saham akan dilakukan September," kata Dato' Emir.

Sementara, Rajawali hanya tinggal menunggu dan memberi laporan kepada bursa atau pemegang saham setelah transaksi selesai. "Dari Rajawali hanya perlu melaporkan ke bursa," ujar Darjoto Setiawan, managing director Rajawali Corpora.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.385,82

Up0,21%
Up4,12%
Up7,77%
Up8,02%
Up19,27%
Up38,33%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,66

Up0,20%
Up4,14%
Up7,20%
Up7,44%
Up2,99%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.085,69

Up0,57%
Up4,03%
Up7,67%
Up7,80%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.854,58

Up0,55%
Up3,90%
Up7,24%
Up7,38%
Up17,49%
Up40,84%

Insight Renewable Energy Fund

2.289,21

Up0,81%
Up4,14%
Up7,41%
Up7,53%
Up19,89%
Up35,81%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua