Belajar Dari Krisis 1998, Pemerintah Terus Kurangi Porsi Utang Luar Negeri
Penerbitan SBN terus ditingkatkan karena lebih memberikan posisi tawar yang lebih baik bagi pemerintah
Penerbitan SBN terus ditingkatkan karena lebih memberikan posisi tawar yang lebih baik bagi pemerintah
Bareksa.com – Pernah punya pengalaman tidak mengenakan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) membuat isu persoalan utang dari lembaga keuangan tersebut menjadi bola panas.
Apalagi Presiden Joko Widodo sempat keseleo lidah menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki utang kepada IMF, meski Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro telah mengklarifikasi dan meluruskannya.
Isu utang IMF memang sensitif bagi negara ini karena Indonesia perlu waktu hampir 10 tahun untuk melunasi seluruh utang dari lembaga keuangan terbesar di dunia tersebut.
Pinjaman kepada IMF berawal ketika Indonesia diterpa krisis Asia pada 1997. Saat itu, Indonesia membutuhkan dana talangan IMF untuk menahan agar krisis tidak jatuh lebih dalam.
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk mendapatkan pinjaman dari IMF, Pemerintah harus mematuhi beberapa persyaratan dari lembaga donor itu, seperti melakukan berbagai perbaikan di bidang ekonomi, misalnya merekapitalisasi perbankan, melikuidasi beberapa bank bermasalah, merekonstruksi perekonomian Indonesia, serta mengimplementasikan program-program reformasi ekonomi.
Saat itu, pemerintah terpaksa mengikuti kemauan IMF untuk menahan gejolak nilai rupiah agar kembali ke posisi Rp14.850 per dolar AS.
Bahkan, negara ini sempat dinyatakan bangkrut oleh Paris Club karena kondisi semakin memburuknya perekonomian dan defisit keuangan yang terus membengkak setelah IMF pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid mengurungkan niatnya berinvestasi di Indonesia.
Imbasnya, pemerintah diperkirakan tidak sanggup membayar utang yang akan jatuh tempo pada 2002. (Baca juga: Pergolakan Rupiah dari Rezim Soeharto hingga SBY)
Akhirnya utang kepada IMF berakhir juga. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah melunasinya pada 2006, lebih cepat dari jatuh temponya pada 2010. Saat itu SBY menilai perekonomian Indonesia terus membaik dan cadangan devisa pun terus meningkat.
*****
Belajar dari pengalaman atas utang IMF, pemerintah terus berusaha mengurangi porsi utang luar negeri dan meningkatkan porsi pembiayaan melalui penerbitan Surat Berharga Nasional (SBN). Porsi pembiayaan melalui SBN terus meningkat sejak 1999. Sementara itu, porsi dari pinjaman, seperti pinjaman luar negeri, dalam negeri maupun multilateral porsinya terus dikurangi pemerintah.
Grafik Perbandingan Rasio Utang Luar Negeri dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah
Sumber: DJPRR, diolah Bareksa
Besarnya porsi pendanaan melalui penerbitan SBN ini, tidak lepas dari kelebihan yang ditawarkan oleh penerbitan SBN dibanding pinjaman utang luar negeri. Salah satunya memberi nilai tawar lebih tinggi kepada pemerintah dalam menentukan term and condition-nya.
Rasio utang pemerintah terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pun terus menurun seiring perbaikan ekonomi Indonesia meski pembiayaan pemerintah terus meningkat. Dengan demikian, bunga utang yang ditawarkan pun bisa terus diperkecil angkanya.
Grafik Perbandingan Rasio Total Utang Pemerintah Terhadap PDB Indonesia
Sumber: DJPRR, diolah Bareksa
Kondisi ini juga tercermin dari rendahnya rasio pembayaran bunga yang harus dibayarkan setiap tahun terhadap pendapatan dan belanja pemerintah. Bahkan, nilainya terus di bawah 10 persen sejak 2010, sekaligus menunjukkan kondisi yang lebih sehat. Selain itu, total kewajiban terhadap cadangan devisa juga nilainya terus mengecil. (pi)
Grafik Perbandingan Rasio Pembayaran Bunga Terhadap Pendapatan dan Belanja Pemerintah
Sumber: DJPRR, diolah Bareksa
Grafik Rasio Kewajiban terhadap Cadangan Devisa Indonesia
Sumber: DJPRR, diolah Bareksa
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.