BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Animo Publik Tinggi, Cicilan Kredit Rumah Subsidi Sekitar Rp500 Ribu Disetujui

Bareksa05 Februari 2015
Tags:
Animo Publik Tinggi, Cicilan Kredit Rumah Subsidi Sekitar Rp500 Ribu Disetujui
Suasana perumahan di Manado, Sulawesi Utara (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar)

Suku bunga kredit murah dapat mendorong pertumbuhan kredit rumah subsidi

Bareksa.com – Penurunan suku bunga kredit rumah murah sehingga cicilan kredit minimal bisa Rp500 ribu dapat mendorong naiknya pertumbuhan kredit rumah subsidi.

Menteri Perumahan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadi Muldjono kemarin mengatakan sudah memperoleh persetujuan untuk menurunkan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) untuk program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 5 persen dari sebelumnya 7,5 persen.

Dalam syarat program FLPP, harga rumah untuk bisa mendapat fasilitas tersebut berkisar Rp88 juta sampai Rp145 juta untuk tenor kredit 15 sampai 20 tahun. Dengan menggunakan asumsi suku bunga kredit tetap 7,5 persen, cicilan kredit per bulan minimal Rp650 ribu untuk tenor 20 tahun dan Rp750 ribu untuk 15 tahun.

Promo Terbaru di Bareksa

“Kalau 5 persen, cicilan kredit per bulan bisa berkisar Rp500 ribu sampai Rp600 ribu,” Kata Basuki Hadi.

Terdapat 8 bank nasional dan 10 bank pembangunan daerah yang mendukung program FLPP.

8 bank nasional tersebut diantaranya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Bank BTN Syariah, Bank BRI Syariah dan Bank Mandiri Syariah.

Bank BTN tercatat sebagai penyalur terbesar, yakni BTN konvensional 84,7 persen dari total KPR-FLPP dan BTN Syariah 7,4 persen, berdasar pada data data Kementerian PUPR tahun 2013. Nilai outstanding kredit FLPP BTN di periode itu hampir mencapai Rp5 triliun.

Berdasarkan pada laporan persentasi bank BTN per September 2014 menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2009 sampai 2013, pertumbuhan kredit rumah bersubsidi hanya tumbuh 10,47 persen per tahun.

Namun per akhir September 2014, outstanding kredit rumah bersubsidi naik 16,05 persen menjadi Rp32,2 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukan animo masyarakat yang tinggi untuk rumah bersubsidi, meskipun kredit rumah bersubsidi BTN tidak hanya berasal dari program FLPP.

Grafik Outstanding Kredit Rumah Bersubsidi Bank BTN

Illustration

Sumber: Bank BTN

Menurut sejumlah analis, turunnya bunga kredit FLPP tidak banyak mengganggu keuangan BBTN karena dana pemerintah yang disimpan di BTN juga memiliki cost of fund yang rendah. (baca juga: Benarkah Turunnya Suku Bunga FLPP Bisa Hancurkan BTN? Ini Faktanya)

Yang disayangkan adalah program ini hanya bisa dilaksanakan didaerah pinggiran kota menyusul harga tanah dan properti yang sangat tinggi khususnya di pusat kota Jakarta. Lihat saja pada tahun 2013, 40,8 persen pembangunan berada pada provinsi Jawa Barat dan 10,7 persen berada di provinsi Banten. Di Jakarta hanya bisa membangun 54 unit rumah bersubsidi.

Komposisi pembangunan tertinggi selanjutnya berada di provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah masing-masing 7 persen, 6,6 persen dan 5,5 persen.

Gambar Alokasi Pembiayaan FLPP Berdasarkan Provinsi Tahun 2013

Illustration

Sumber: Kementerian PUPR

Pengembang Gembira

Kebijakan pengurangan cicilan ini disambut gembira oleh pengembang. Direktur Utama PT Perumnas (Persero), Himawan Arief, mengaku senang dengan adanya kebijakan pemerintah ini. Pasalnya animo dan kesempatan masyarakat akan semakin bertambah untuk memiliki rumah.

"Kalau beban bunga kan adanya di sisi perbankan, kalau harga rumah kan sudah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan lokasi," katanya.

Bagi pengembang hal ini tidak akan mempengaruhi cashflow perusahaan. Walaupun demikian ia berharap pemerintah melakukan dorongan lain untuk pembangunan rumah murah.

Caranya adalah dengan membantu dari supply side seperti pembangunan infrastruktur, pengadaan lahan dan juga subsidi. Untuk daerah Jakarta, Himawan mengatakan sudah tidak ada lagi lahan yang bisa dijadikan rumah FLPP.

Alasannya adalah harga tanah yang sudah terlampau tinggi sehingga harga FLPP yang ditetapkan oleh pemerintah tidak sesuai dengan harga komponen tanah. Namun, menurutnya, untuk rusunami pihaknya akan segera membangun di tiga tempat yakni Cengkareng, Kemayoran dan juga Jakarta Timur.

:Kalau untuk landed house kita hanya bermain di pinggir Jakarta seperti Parung Panjang dan juga Jonggol," ujarnya. (al)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,92

Up0,45%
Up4,28%
Up7,56%
Up8,65%
Up19,15%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,59

Up0,42%
Up4,45%
Up7,00%
Up7,43%
Up2,51%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.080,08

Up0,60%
Up4,04%
Up7,13%
Up7,77%
--

Capital Fixed Income Fund

1.845,41

Up0,53%
Up3,95%
Up6,71%
Up7,40%
Up16,95%
Up40,32%

Insight Renewable Energy Fund

2.272,15

Up0,82%
Up3,96%
Up6,62%
Up7,24%
Up20,21%
Up35,65%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua