Yakin 2015 Bank Mutiara Peroleh Laba, J Trust Akan Suntik Modal Hingga Rp1,3 T
Bank Mutiara menargetkan laba tahun depan Rp48 miliar diperoleh dari pemulihan aset.
Bank Mutiara menargetkan laba tahun depan Rp48 miliar diperoleh dari pemulihan aset.
Bareksa.com - Pemilik baru PT Bank Mutiara Tbk (BCIC), J Trust Co. Ltd, berniat untuk terus menambah modal secara bertahap dengan total Rp1,3 triliun hingga tahun 2018 untuk memperkuat bisnis bank yang dulu dikenal sebagai Bank Century tersebut.
J Trust, yang rela membayar Rp4,41 triliun untuk mengambil alih 99 persen saham Bank Mutiara dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bulan lalu, baru saja mengumumkan rencana penambahan modal (private placement) senilai Rp300 miliar.
Direktur Utama Bank Mutiara Ahmad Fajar mengatakan pemegang saham baru yang berbasis di Jepang ini sangat berorientasi pada keuntungan sehingga ingin segera berekspansi, yaitu dengan cara menyuntik modal
Promo Terbaru di Bareksa
"J Trust ingin tiap tahun tambah modal (di Bank Mutiara). Tambahan modal tahun ini Rp300 miliar, tahun depan Rp350 miliar pada kuartal pertama. Tahun 2016, tambah lagi Rp200 miliar hingga totalnya Rp1,3 triliun pada 2018," ujarnya dalam paparan publik 30 Desember 2014.
Menurutnya, J Trust bahkan berkomitmen untuk membuat bank yang dulu hampir bangkrut ini kembali meraup untung meski masih ada sejumlah kredit macet akibat kasus dari manajemen yang lalu. Dia pun menjelaskan sebagian besar keuntungan datang dari pemulihan aset (asset recovery).
"Jepang maunya laba di target 2015 sekitar Rp48 miliar setelah pajak. Sumber utamanya ada dua yaitu asset recovery dari nasabah macet, juga pendapatan bunga dan non bunga. Sekitar 60 persen laba dari asset recovery," ungkapnya.
Dia mengakui masih ada peninggalan aset berupa surat berharga senilai Rp2 triliun dari pemilik lama, yaitu Hesyam Al Waraq, Rafat Ali Risvi, dan Robert Tantular. Namun, angka tersebut sudah disisihkan menjadi provisi oleh LPS dan masih akan berdampak kepada rugi tahun ini.
Bank yang dulu dikenal sebagai Bank Century ini mendapat dana talangan Rp6,7 triliun dari Pemerintah Indonesia pada saat krisis finansial global tahun 2008 dan diambil alih oleh LPS. LPS sudah menyelesaikan pemindahan kepemilikan pada bulan lalu untuk mematuhi batasan masa pemegangan saham maksimal 6 tahun.
Hingga saat ini, perdagangan saham BCIC masih mengalami suspensi karena permintaan manajemen untuk memberi waktu investor selama konsolidasi pemindahan kepemilikan. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.381,72 | 0,79% | 4,58% | 7,47% | 8,70% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.092,63 | 0,46% | 4,81% | 6,91% | 7,36% | 2,52% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.077,99 | 0,64% | 3,96% | 6,92% | 7,73% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.842,22 | 0,53% | 3,90% | 6,53% | 7,39% | 16,96% | 39,93% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.266,09 | 0,79% | 3,81% | 6,34% | 7,11% | 19,79% | 35,60% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.