BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Jokowi Jadi Presiden Rupiah Terus Melemah, Kenapa Tak Sesuai Prediksi?

Bareksa05 Desember 2014
Tags:
Jokowi Jadi Presiden Rupiah Terus Melemah, Kenapa Tak Sesuai Prediksi?
Indonesia's President Joko Widodo walks after Friday prayers at the Presidential palace in Jakarta, October 24, 2014. (REUTERS/Beawiharta)

Rupiah mendekati nilai penutupan terburuk dalam enam tahun terakhir, sudah di level Rp12.316/dolar AS.

Bareksa.com - Rupiah kembali melemah 15 poin ke level Rp12.316 per dolar Amerika pada hari ini, Kamis 4 Desember 2014. Angka ini semakin mendekati nilai penutupan terburuk dalam enam tahun terakhir, pada 20 November 2008 lalu, yaitu Rp12.600 per dolar Amerika.

Pada masa pemilihan umum, sejumlah investor memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat jika Joko Widodo terpilih menjadi presiden; didorong arus masuk dana investor asing ke Indonesia. Bahkan, survei Nomura menyebutkan nilai tukar rupiah dapat menguat ke level Rp11.600 per dolar. (Baca juga: Jokowi Menang Rupiah Menguat ke Level Rp11.600; Survei Nomura)

Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, menilai pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan enam tahun lalu. Pelemahan yang terjadi saat ini lebih diakibatkan faktor eksternal, yakni penguatan mata uang dolar. Secara fundamental, tekanan pada rupiah tidak sebesar yang terjadi pada negara lain.

Promo Terbaru di Bareksa

Penguatan mata uang dolar Amerika terjadi seiring dengan perbaikan ekonomi Paman Sam. Hal itu tercermin dari rencana normalisasi suku bunga The Fed tahun depan, serta pelemahan mata uang kawasan Eropa dan Yen Jepang.

Harga minyak dunia juga turun akibat meningkatnya suplai energi setelah Amerika berhasil mengembangkan teknologi untuk memproduksi shale gas, selain faktor permintaan global yang merosot.

Penguatan dolar ini membuat para spekulan beralih ke pasar mata uang (forex) dari pasar komoditas. Mata uang dolar Amerika pun semakin kokoh.

Grafik 1: Perbandingan Nilai Tukar Rupiah dengan Harga Minyak Brent

Illustration

Sumber: Bloomberg, Samuel Sekuritas

Dolar Amerika tidak hanya menguat terhadap rupiah tapi juga terhadap mata uang lainnya. Berdasarkan data Bareksa.com, tingkat pelemahan rupiah relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan mata uang lain secara year-to-date 2014.

Grafik 2: Pergerakan Mata Uang terhadap Dolar Amerika (YTD 2014)

Illustration

Sumber: Bareksa.com

"Secara fundamental sebetulnya pergerakan nilai tukar rupiah lebih baik," kata Rangga kepada Bareksa.com.

Perlu dicatat, jika kita amati data Bareksa tentang pergerakan nilai tukar rupiah di tahun ini, rupiah merespons positif kemenangan dan pelantikan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla serta pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi -- walaupun untuk dalam kurun waktu yang pendek.

Grafik 3: Pergerakan Nilai Tukar rupiah (YTD 2014)

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Arus Dana Asing

Di luar soal rupiah yang melemah, arus dana asing sejatinya deras masuk sejak Presiden Jokowi terpilih serta kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Ini indikasi bahwa keparcayaan investor asing pada Indonesia kembali meningkat.

Data Bareksa.com menunjukkan dalam sebulan terakhir saja arus dana asing yang masuk ke pasar saham mencapai Rp5,21 triliun. Artinya, total dana asing yang masuk secara year-to-date mencapai Rp42,25 triliun.

Begitu juga ke pasar obligasi. Dana asing di obligasi pemerintah meningkat Rp21,98 triliun selama sebulan. Secara year-to-date, total dana asing di obligasi pemerintah mencapai 159,92 triliun.

"Tingginya dana asing ini yang membuat tekanan pada nilai tukar rupiah berkurang," Rangga menambahkan.

Grafik 4: Arus Dana Investor Asing ke Pasar Saham & Pasar Obligasi

Illustration

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Jika kita bandingkan dengan tahun 2008 lalu, dari pasar saham Indonesia justru terjadi arus keluar dana investor asing sebanyak Rp26 triliun. Sedangkan pada obligasi pemerintah, dana masuk investor asing hanya Rp11,36 triliun.

Pada tahun 2008 itu, rupiah pernah terperosok ke level Rp12.600 per dolar Amerika saat penutupan tanggal 20 November. Rupiah bahkan sempat ambrol ke Rp13.150 pada perdagangan intraday 21 November 2008. Pelemahan itu merupakan dampak resesi ekonomi global yang dipicu krisis kredit-perumahan Amerika.

Rangga memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat tahun depan seiring dengan menurunnya defisit perdagangan.

Senada dengan pendapat tersebut, Ariawan analis obligasi PT Sucorinvest Gani, memprediksi hingga akhir tahun nilai tukar rupiah akan kembali menguat menjadi Rp12.100-12.200 per dolar AS.

"Tidak ada revisi target. Fundamental ekonomi Indonesia membaik," kata Ari, dengan nada optimistis, kepada Bareksa.com. (kd)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua