Inflasi sedang Melonjak Tinggi, Apa Hubungannya dengan Investasi?
Bersama dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi merupakan dua dari sekian banyak faktor penting yang menjadi indikator pergerakan harga saham dan obligasi
Bersama dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi merupakan dua dari sekian banyak faktor penting yang menjadi indikator pergerakan harga saham dan obligasi
Bareksa.com - Dalam beberapa waktu terakhir ini, mungkin Smart Investor sering mendengar tentang inflasi yang melonjak tinggi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Inflasi negara maju yang sebelumnya selalu berada pada satu digit atau bahkan sangat rendah mendekati nol persen, sekarang melonjak mencapai dua digit.
Inflasi yang sangat tinggi ini mendorong respons kebijakan moneter terutama di Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa di mana dengan sangat agresif bank sentral negara-negara tersebut menaikkan suku bunga yang menyebabkan gejolak di sektor keuangan dan terjadinya arus modal keluar atau capital outflow dari negara-negara emerging di seluruh dunia.
Lantas bagaimana inflasi bisa memengaruhi investasi?
Promo Terbaru di Bareksa
Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan atas harga barang dan jasa yang ada di suatu negara. Tingkat inflasi yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan kenaikan harga dari harga barang dan jasa yang telah dikumpulkan sesuai dengan metodologi perhitungan statistik.
Tentunya, akan ada barang dan jasa yang Smart Investor konsumsi dan gunakan sehari–hari yang tingkat kenaikannya mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada tingkat inflasi yang dilaporkan. Akan tetapi secara umum, tingkat inflasi yang dilaporkan oleh BPS dapat dijadikan sebagai patokan kenaikan harga secara umum yang terjadi di Indonesia.
Dampak Inflasi ke Reksadana
Yang perlu diingat oleh investor adalah kenaikan inflasi merupakan suatu hal yang lumrah dan wajar, selama tingkat inflasi tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Jika tingkat inflasi berada di level yang terlalu tinggi, maka hal ini bisa mengindikasikan bahwa perekonomian suatu negara sudah tumbuh terlalu cepat. Karena itu diperlukan kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral agar pertumbuhan tersebut bisa direm sehingga kenaikan inflasi tidak terlalu mencekik masyarakat.
Dalam kondisi suku bunga yang cenderung meningkat tersebut, secara umum harga obligasi dan harga saham akan mengalami penurunan. Hal ini tentu juga akan berimbas pada penurunan kinerja reksadana yang menjadikan kedua jenis aset tersebut sebagai underlying asset portofolionya.
Sebaliknya, tingkat inflasi yang berada di level yang terlalu rendah (bahkan negatif), hal ini bisa mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara terlalu lambat dan daya beli masyarakat sangat lemah sehingga perusahaan barang dan jasa tidak dapat menaikkan harga, atau bahkan harus menurunkan harga.
Karena itu, dalam kondisi tersebut, diperlukan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral agar terjadi stimulasi pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat menguat. Dalam kondisi suku bunga yang cenderung menurun tersebut, secara umum harga obligasi dan harga saham akan mengalami kenaikan. Hal ini tentu bisa mendorong kinerja reksadana yang terkait dengan kedua aset tersebut.
Bersama dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi merupakan dua dari sekian banyak faktor penting yang menjadi indikator pergerakan harga saham dan obligasi.
Melakukan analisis secara komprehensif terhadap pertumbuhan ekonomi dan indikator ekonomi lainnya bagi investor awam mungkin merupakan hal yang cukup menyulitkan, dalam kaitannya dengan keputusan investasi yang akan diambil selaku investor. Karena itu, reksadana bisa menjadi solusi bagi masyarakat terhadap kebutuhan investasi tersebut.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.