BeritaArrow iconBareksa NavigatorArrow iconArtikel

Bareksa Insight : Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif di Tengah Potensi Resesi, Ini Jurus Cuan Investasi

Abdul Malik01 November 2022
Tags:
Bareksa Insight : Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif di Tengah Potensi Resesi, Ini Jurus Cuan Investasi
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Shutterstock)

Proyeksi ekonomi yang disampaikan BI mempertimbangkan sejumlah data ekonomi dalam negeri yang masih mendukung

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) menyampaikan ekonomi Indonesia diyakini masih bisa tumbuh positif 4-5% di 2023, di tengah gelapnya proyeksi ekonomi global yang diperkirakan bisa masuk jurang resesi. Prediksi BI senada dengan perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan ekonomi RI bisa tumbuh sekitar 5% di saat banyak negara di dunia terancam resesi di 2023.

Menurut Tim Analis Bareksa, proyeksi yang disampaikan BI mempertimbangkan sejumlah data ekonomi dalam negeri yang masih mendukung. Di antaranya angka inflasi masih terkendali, nilai tukar rupiah masih terjaga dan pelemahannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak sedalam negara-negara lain di kawasan Asia. Serta Indeks Keyakinan Konsumen masih berada di level optimistis. Hal ini bisa menjadi sentimen positif untuk instrumen investasi dalam negeri seperti reksadana.

Baca juga : Bareksa Insight : Jelang Rilis Inflasi RI dan Suku Bunga AS, Cermati Reksadana Ini dan Emas

Promo Terbaru di Bareksa

Sepanjang 2022 hingga Oktober, BI telah menaikkan suku bunga acuan 1.25% jadi 4,75%. Meski hal ini berpotensi menghambat laju konsumsi masyarakat, namun BI meyakini jika kenaikan suku bunga dilakukan dengan perhitungan yang hati-hati serta hal ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri.

Meski kenaikan suku bunga berdampak pada pelemahan yield (imbal hasil) acuan Obligasi Pemerintah Indonesia, namun di sisi lain pelemahan ini dapat dijadikan peluang investasi di instrumen berbasis Surat Berbasis Negara (SBN). Pada penutupan perdagangan Senin (11/1/2022), pasar saham yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,61% jadi 7.098.

Lihat juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS di Kuartal III Membaik, Ini Dampak ke IHSG, SBN dan Reksadana

Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?

Mempertimbangkan masih positifnya proyeksi ekonomi RI di tengah ancaman resesi global, Tim Analis Bareksa, menyarankan agar Smart Investor menerapkan 3 jurus ini agar kinerja investasinya tetap maksimal :

1, Inflasi bulan Oktober 2022 yang akan dirilis hari ini diperkirakan masih berada di level 5,8% secara tahunan (YOY) dan inflasi inti bisa di level 3,4% YOY. Para pelaku pasar melihat efek dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu, sudah tercermin di kondisi pasar saat ini. Sehingga jika realisasi angka inflasi sesuai perkiraan, maka akan jadi sentimen positif untuk pasar saham maupun obligasi dalam negeri.

2. Smart Investor bisa melakukan akumulasi investasi secara bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (big caps), jika IHSG berada di bawah level 7.000. Reksadana jenis ini akan diuntungkan dengan kondisi ekonomi yang positif. Sebab kinerja keuangan emiten yang menjadi basis portofolio reksadana tersebut, berpotensi membaik dan menarik aliran dana asing masuk ke saham big caps.

3. Sementara itu, menanti rilis suku bunga acuan AS (Fed Rate) pekan ini, Smart Investor juga bisa mulai akumulasi investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis SBN pada saat yield (imbal hasil) acuan menyentuh level 7,6-7,7%, serta diversifikasi sesuai dengan profil risiko di reksadana pasar uang.

Simak juga : Bareksa Insight : Peluang Investasi Emas di Tengah Kenaikan Suku Bunga Acuan AS

Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif ialah sebagai berikut :

Imbal Hasil 3 Tahun (per 31 Oktober 2022)

Reksadana Pendapatan Tetap

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A : 16,65%
Sucorinvest Bond Fund : 21,94%

Reksadana Pasar Uang

Capital Money Market Fund : 16,89%
Syailendra Dana Kas
: 14,82%

Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 31 Oktober 2022)

Reksadana Indeks

Allianz SRI KEHATI Index Fund : 20,12%
BNP Paribas Sri Kehati
: 19,85%

Reksadana Saham

Bahana Dana Prima : 16,31%
Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A : 10,66%

Baca juga : Bareksa Insight : Investor Menanti Rilis Data Inflasi, Terapkan Jurus Cuan Investasi Ini

Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana

Investasi Sekarang

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.


​​

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua