Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (16/1/2023) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia di Desember 2022 mencatatkan surplus US$3,89 miliar. Surplus itu diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas yang sebenarnya lebih tinggi, yakni US$5,61 miliar, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas US$1,72 miliar.
Secara kumulatif periode Januari–Desember 2022, meskipun sektor migas defisit US$24,39 miliar, namun masih terjadi surplus di sektor nonmigas US$78,85 miliar, sehingga secara total mengalami surplus US$54,46 miliar pada 2022.
Dengan catatan Desember 2022, maka perdagangan RI ini sudah membukukan surplus dalam 32 bulan secara beruntun. Meski begitu surplus neraca dagang pada Desember menurun, jika dibandingkan November 2022 yang surplus US$5,13 miliar.
Sumber : BPS
Nilai surplus Desember 2022 yang senilai US$3,8 miliar juga sesuai dengan ekspektasi Tim Analis Bareksa yang sebelumnya memprediksi surplus US$3 miliar hingga US$4 miliar.
Neraca perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dalam suatu periode tertentu. Ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impor disebut sebagai surplus perdagangan. Ketika nilai impor lebih besar dari nilai ekspor, maka disebut defisit perdagangan.
Tim Analis Bareksa memproyeksi neraca dagang Indonesia ke depannya masih akan surplus, namun nilai surplusnya diprediksi tidak akan sebesar di 2022. Hal ini karena normalisasi harga komoditas dan permintaan dalam negeri yang akan mendorong impor konsumsi lebih tinggi.
Positifnya neraca dagang bisa mendorong penguatan kurs rupiah tahun ini dan mendorong ekspektasi imbal hasil (yield) Obligasi Negara menguat ke level 6,4-6,5%. Dengan sentimen ini, kinerja reksadana pendapatan berbasis Obligasi Negara diperkirakan akan menguat di awal semester I 2023.
Selain itu, dengan menguatnya Obligasi Negara, nantinya akan membuat reksadana saham semakin atraktif di semester II 2023.
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 13 Januari 2023)
Produk Unggulan :
- Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A : 18%
- Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas A : 17,21%
(Sensitivitas pergerakan reksadana berbasis Obligasi Negara tersebut terhadap penurunan yield Obligasi Negara cukup atraktif, sehingga bisa dipertimbangkan Smart Investor)
Imbal Hasil 1 Tahun (per 13 Januari 2023)
Produk unggulan :
- Mandiri Investa Atraktif Syariah : 9,36%
(Kinerja reksadana mencatatkan kinerja cukup positif dan stabil di tengah fluktuasi dan tekanan pasar)
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.