Tanda-tanda Resesi Ekonomi AS Menguat, Tetap Investasi Reksadana Secara Bertahap
Terutama mengingat valuasi saham dan obligasi yang tidak mahal
Terutama mengingat valuasi saham dan obligasi yang tidak mahal
Bareksa.com – Desas-desus resesi Amerika Serikat (AS) yang dikabarkan akan terjadi membuat investor panik dan sempat menyebabkan indeks turun.
Merosotnya sejumlah indikator ekonomi Amerika memperlebar peluang terjadinya resesi global. Indikator utama pasar obligasi Amerika misalnya untuk pertama kalinya sejak 2007 menunjukkan hasil negatif.
Sayangnya, hal itu justru diciptakan sendiri oleh Amerika, terutama akibat aksi-aksi kontroversial yang dilakukan Presiden AS Donald Trump. Utamanya akibat tindakannya yang memicu perang dagang dengan Cina.
Promo Terbaru di Bareksa
Bagi sebagian kalangan, isu resesi ekonomi AS bakal berdampak ke pasar domestik. Alhasil, ekonomi Indonesia pun terkena dampaknya.
Seperti disampaikan Kepala Bidang Investasi Avrist Asset Management Tubagus Farash Akbar Farich kepada Bareksa, Senin, 19 Agustus 2019. “Kalau resesi benar-benar terjadi, maka akan memperlambat ekspor,” ujar Farash.
Namun Farash menyebut, data-data Amerika Serikat belum menunjukkan resesi. “Baru tanda-tanda perlembatan pertumbuhan ekonominya,” imbuh dia.
Imbal Hasil Saham, SUN, Emas & Deposito 13 Agustus 2019
Sumber: Avrist AM
Dengan kondisi seperti itu, Farash merekomendasikan investor reksadana untuk tetap berinvestasi secara bertahap. Apalagi, katanya, mengingat valuasi saham dan obligasi yang tidak mahal.
“Keduanya (saham dan obligasi) masih baik. Terutama saham yang relatif kinerja tahun ini kembali flat dan tetap bagus untuk long term,” jelasnya.
Farash menegaskan, dalam jangka panjang saham tetap paling tinggi return tahunannya.
Untuk diketahui, pada 2018 sebenarnya Amerika memulai pertumbuhan ekonomi yang mumpuni dengan mencapai level pertumbuhan 2,9 persen. Angka itu tertinggi sejak tiga tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan ikut menikmati dengan meraup laba besar akibat pemotongan pajak. Angka pengangguran pun jatuh ke level terendahnya sepanjang setengah abad terakhir.
Di sisi lain, tindakan The Federeal Reserve yang mengerek bunga acuan pada Desember sejatinya memang mendapat respons negatif dari sejumlah negara. Sejak aksi The Fed tersebut Trump telah dua kali menyatakan kenaikan tarif atas impor Cina senilai total US$500 miliar.
Sayangnya, ulah Trump tersebut bikin pasar keuangan Amerika oleng. Sebagai hasilnya imbal hasil obligasi AS 10 tahun anjlok ke level 1,59 persen pada Rabu (14/8).
Sedangkan imbal hasil obligasi di bawah 10 tahun pada Kamis (15/8) jatuh lebih dalam sebesar 91 bps dibandingkan Rabu. Sementara imbal hasil treasury AS 30 tahun juga telah mencapai ttiik terendahnya sejak Mei 2012 di level 1,98 persen, setelah anjlok 27 bps sepanjang pekan ini.
Penurunan ini tercatat lebih parah dibandingkan lima resesi yang menghantam AS sebelumnya. Ini sesuai dengan menurunnya optimisme bisnis Amerika secara jangka panjang yang ikut merosot.
Karena itu, pemangkasan bunga acuan oleh The Fed sejatinya tak terhindarkan. Dengan suku bunga berjangka di kisaran 81 persen, The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga 25 bps pada September.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.