BeritaArrow iconSBNArrow iconArtikel

Pemerintah Kaji Penerbitan Kembali Savings Bond Ritel Denominasi Dolar AS

Bareksa12 Maret 2019
Tags:
Pemerintah Kaji Penerbitan Kembali Savings Bond Ritel Denominasi Dolar AS
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (kedua kanan) bersama jajaran direksi Bank OCBC NISP memperkenalkan kehadiran layanan Private Banking di Jakarta, 22 Mei 2017. (Sumber : www.ocbcnisp.com)

Perbankan menyambut baik rencana pemerintah, diharapkan dapat menjadi alternatif penempatan dana tax amnesty

Bareksa.com - Perbankan menyambut baik rencana pemerintah yang tengah mengkaji penerbitan kembali Savings Bond Ritel atau SBR dalam denominasi dolar Amerika Serikat yang kali ini diharapkan dapat menjadi alternatif penempatan dana hasil pajak amnesti yang segera mengakhiri masa tahan dana.

Selama ini dana repatriasi dari program pengampunan pajak tersebut dinilai cukup membantu perbankan dalam menghadapi isu ketatnya likuiditas belakangan ini.

Mengutip Bisnis, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), Parwati Surjaudaja menilai rencana pemerintah tersebut sangat positif. Sebab saat ini sebagian besar dana repatriasi pajak amnesti oleh investor ditempatkan dalam US$ global bond.

Promo Terbaru di Bareksa

Alhasil, dengan semakin beragamnya alternatif investasi di dalam negeri yang memberikan potensial imbal balik yang bersaing, seperti dolar SBR, tentunya akan menarik minat investor. "Khususnya dalam melakukan alokasi investasinya, termasuk diversifikasi portofolionya. Jadi akan bagus,".

Di sisi lain, menurut Parwati, saat ini tak perlu memperdalam persoalan perebutan dana kendati kondisi likuiditas diproyeksi masih akan melanjutkan trennya mengetat.

Dia berharap seluruh pihak mampu menyikapi kondisi saat ini secara positif. Pasalnya, dengan derasnya instrumen keuangan pemerintah yang diluncurkan saat ini justru akan memperkuat pendanaan negara yang bisa digunakan untuk hal-hal yang tentu bersifat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

"Pada akhirnya jika pertumbuhan ekonomi baik maka baik juga untuk semua. Kita tidak perlu melihat sebagai perebutan, karena rasio total deposit perbankan terhadap GDP saat ini juga masih kisaran 40 persen, sehingga masih cukup ruang untuk semua tumbuh bersama," katanya.

Parwati menilai rasio deposit terhadap GDP di Indonesia tersebut masih sangat rendah dibanding sejumlah negara tetangga yang sudah di atas 100 persen. Alhasil, menurutnya justru dengan kondisi ini perbankan harus bisa lebih kreatif lagi dalam memberikan solusi kepada nasabah.

Direktur Keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), Thilagavathy Nadason sepakat sampai saat ini fungsi perbankan di Indonesia salah satunya tentu mendukung pemerintah. Ketika akan dilakukan program pajak amnesti dulu perbankan juga diminta menyiapkan produk.

"Kami yakin nanti akan didiskusikan juga pada kami jika ingin merilis SBR dollar tapi sampai sekarang belum mungkin masih dimatangkan pemerintah," ujarnya.

(KA02/AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua