Saham-saham Pilihan Tahun 2025: ACES, AMRT, BRMS, ERAA, DSNG, ICBP, MYOR hingga TINS
Sektor konsumsi, ritel, perkebunan, dan barang baku menjadi andalan Tim Analis Bareksa pada 2025
Sektor konsumsi, ritel, perkebunan, dan barang baku menjadi andalan Tim Analis Bareksa pada 2025
Bareksa.com - Memasuki tahun 2025 pasar modal Tanah Air dihadapkan beragam tantangan. Setelah berkinerja kurang menggembirakan sepanjang 2024, tahun ini diharapkan bisa menorehkan kinerja cemerlang. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang 2024 Indeks Harga Saham Gabungan melemah 2,65% ditutup di 7.079,91, namun Indeks Obligasi RI (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) naik 4,82% jadi 392,66 dan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksadana turun 0,92% jadi Rp496,84 triliun.
Kinerja Pasar Modal RI 2024
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Promo Terbaru di Bareksa
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyatakan meskipun pasar turun pada 2024, namun nilai kapitalisasi pasar tercatat Rp12.336 triliun atau naik 5,74%. Investor asing tercatat jual bersih (net sell) Rp5,03 triliun pada Desember 2024, namun sepanjang 2024 masih beli bersih (net buy) Rp16,53 triliun.
“Pada Desember 2024, secara sektoral saham hampir semua melemah, dengan pelemahan di sektor transportation and logistics dan financials. Rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp12,85 triliun pada 2024,” ujar Inarno dalam konferensi pers hasil Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulanan Desember 2024 secara daring (7/1/2025).
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil (yield) rata-rata naik 12,42 basis poin (bps) pada Desember dan naik 38,76 bps pada 2024. Investor asing mencatatkan net buy Rp4,15 triliun di pasar SBN pada Desember 2024 dan net buy Rp34,59 triliun sepanjang tahun lalu. Untuk pasar obligasi korporasi, investor asing net sell Rp2,91 triliun pada Desember dan net sell Rp5,53 triliun sepanjang 2024.
Tim Analis Bareksa memprediksi IHSG pada 2025 bisa menembus 8.100 atau punya potensi kenaikan 14,35% dibandingkan penutupan 2024, dengan mempertimbangkan 3 faktor berikut:
1. Gejolak Politik dan Ekonomi Masih Membayangi
Tahun 2025, pasar saham global dihadapkan pada tekanan akibat gejolak politik dan ekonomi, termasuk kebijakan proteksionisme Donald Trump yang kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) saat pelantikan pada 20 Januari, sehingga bisa mempengaruhi perdagangan Negara Paman Sam. Langkah bisa mengerek meningkatkan biaya barang konsumen dan menyulitkan pencapaian target inflasi oleh Bank Sentral The Fed di level 2%. Sementara itu, pasar tenaga kerja AS yang kuat menambah kompleksitas, dan The Fed diperkirakan memperlambat pemangkasan suku bunga dari 1% menjadi hanya 0,5%. Seteru perdagangan antara China dan AS tetap menjadi perhatian utama dalam dinamika ini.
Pada 2025, China diperkirakan melanjutkan kebijakan stimulus jumbo untuk mendorong ekonomi Negara Panda, termasuk meningkatkan likuiditas melalui operasi pasar terbuka, terutama menjelang Perayaan Hari Raya Imlek. Langkah ini juga bertujuan mengantisipasi perang tarif baru dengan AS. Sementara itu, negara-negara BRICS fokus melakukan dedolarisasi untuk mengurangi dampak penguatan dolar. Sebagai anggota baru BRICS, Indonesia diharapkan mendapatkan manfaat dari perdagangan antar anggota dan harga minyak yang lebih kompetitif, mengingat mayoritas produksi minyak dunia berasal dari negara BRICS.
2. Fokus terhadap kebijakan domestik
Pada 2025, kebijakan domestik tetap menjadi perhatian utama karena 50% roda ekonomi Indonesia digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, sehingga kebijakan yang bisa berdampak ke daya beli masyarakat akan disorot pasar. Pemerintah memprioritaskan realokasi anggaran untuk program penting, seperti makan bergizi gratis, pendidikan dan kesehatan. Pajak pertambahan nilai (PPn) yang tetap bertahan di 11% menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat. Program-program ini diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Pemerintah fokus memperkuat ketahanan pangan untuk mengatasi dampak buruk tahun 2024, seperti kredit macet petani, gagal panen, dan deflasi akibat menurunnya daya beli masyarakat. Program seperti makan bergizi gratis dan subsidi pupuk diharapkan mendukung stabilitas inflasi, meningkatkan pendapatan petani, dan menjaga harga dasar tetap kompetitif. Penyerapan sisa hasil produksi pangan juga bertujuan memperkuat ekonomi daerah dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
3. Sektor Konsumsi, Ritel, Perkebunan dan Barang Baku Jadi Pilihan Utama
Sektor konsumsi, ritel, perkebunan, dan barang baku menjadi andalan pada 2025, didukung peningkatan uang beredar, disposable income (pendapatan yang siap dibelanjakan) dan konsumsi masyarakat. Kebijakan penghapusan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Persetujuan Bangun Gedung (PBG) dan PPN untuk rumah dengan harga di bawah Rp2 miliar diharapkan berdampak positif ke sektor properti yang memiliki efek ganda tinggi.
Saham rekomendasi untuk sektor ritel dan konsumsi meliputi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang diperkirakan mendapatkan manfaat dari tren positif ini.
Saham terkait program ketahanan pangan seperti PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) diprediksi prospektif pada 2025, didukung oleh keterbatasan penambahan produksi, penerapan program biodiesel B40 dan stabilitas harga minyak sawit mentah (CPO) yang minim pengaruh dari tarif AS.
Dari sektor bahan baku, saham PT Timah Tbk (TINS) tetap menarik karena posisi Indonesia sebagai produsen timah utama. Sementara PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menunjukkan potensi pertumbuhan, setelah penemuan cadangan emas baru di Paboya, Palu, Sulawesi Tengah yang dapat mendorong peningkatan penjualan di masa depan.
Secara teknikal, menurut Tim Analis Bareksa, saham-saham tersebut masih punya potensi kenaikan 19-53% dengan rasio harga saham terhadap laba (PER) di kisaran 5 hingga 183 kali, serta rasio harga saham terhadap nilai buku (PBV) di kisaran 0,8 hingga 7,7 kali.
Berikut rekomendasi saham pilihan tahun 2025 oleh Tim Analis Bareksa:
Saham | Harga Terakhir (Rp) | Target Harga (Rp) | Potensi kenaikan (%) | Rasio PBV (x) | Rasio PE (x) | EV/EBITDA (x) | Return on Assets (%) | Return on Equity (%) |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
ACES | 720 | 1.100 | 52,78 | 1,97 | 14,17 | 8,81 | 11,1 | 14 |
AMRT | 2.890 | 3.545 | 22,66 | 7,71 | 33,11 | 18,74 | 10,6 | 24,1 |
BRMS | 410 | 490 | 19,51 | 2,94 | 183,33 | 73,34 | 1,8 | 2 |
DSNG | 935 | 1.140 | 21.93 | 1,08 | 8,45 | 5,01 | 7,2 | 13,4 |
ERAA | 410 | 600 | 46,34 | 0,82 | 5,79 | 5,28 | 5,4 | 14,6 |
ICBP | 11.075 | 14.000 | 26,41 | 2,8 | 16,02 | 9,25 | 8 | 15 |
MAPA | 1.020 | 1.250 | 22,55 | 4,38 | 19,73 | 12,35 | 13,5 | 23,7 |
MYOR | 2.740 | 3.175 | 15,88 | 3,89 | 19,32 | 11,59 | 12,1 | 21,5 |
TAPG | 760 | 1.030 | 35,53 | 1,42 | 7,16 | 4,54 | 15,9 | 20 |
TINS | 1.010 | 1.550 | 53,47 | 1,04 | 13,7 | 3,71 | 4,3 | 7,9 |
Sumber : Tim Analis Bareksa, harga terakhir per 8/1/2025
Investasi Saham di Bareksa
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/Sigma Kinasih CTA, CFP/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.391,38 | 0,53% | 4,03% | 0,25% | 7,97% | 19,81% | 37,85% |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.089,39 | 0,53% | 4,03% | 0,24% | 7,81% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.861,52 | 0,55% | 3,89% | 0,25% | 7,37% | 18,11% | 39,29% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.099,33 | 0,40% | 3,84% | 0,22% | 7,29% | 6,14% | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.296,9 | 0,59% | 4,10% | 0,24% | 7,49% | 19,63% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.