Trump Menang Tekan Saham Bank, Putusan The Fed Bisa Kerek BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI?
Setelah tertekan akibat sentimen kemenangan Trump, saham big banks mendapatkan angin segar pasca suku bunga AS dipangkas
Setelah tertekan akibat sentimen kemenangan Trump, saham big banks mendapatkan angin segar pasca suku bunga AS dipangkas
Bareksa.com - Pasca saham bank-bank terbesar Tanah Air terguncang kemarin, akibat sentimen kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47, kini harapan cerah kembali muncul. Sebab pada Jumat dini hari WIB (8/11), Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kembali mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin atau 0,25% jadi 4,5-4,75%.
Meskipun keputusan tersebut sesuai dengan prediksi pasar, namun Tim Analis Bareksa menilai, hal ini bisa berdampak positif ke pasar saham Tanah Air, termasuk emiten yang sensitif suku bunga, seperti perbankan. Seiring pemotogan suku bunga AS yang diikuti penurunan imbal hasil (yield) Obligasi Pemerintah Negara Paman Sam dan merosotnya indeks dolar telah mengerek rupiah naik jadi Rp15.500.
Investor asing mencatatkan net sell cukup besar kemarin, Tim Analis Bareksa memprediksi pasar modal RI berpeluang rebound hari ini, karena aksi jual sepekan terakhir berpeluang mencapai level jenuh. Utamanya di saham-saham bank jumbo (big banks) yang kompak melemah pada Kamis (7/11) seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang memerah akibat sentimen kemenangan Trump.
Promo Terbaru di Bareksa
Tercatat IHSG melorot 1,9% atau berkurang 140 poin menjadi 7.243,86 pada Kamis, seiring indeks LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan merosot 1,6%. Saham bank jumbo yang memiliki bobot besar di IHSG juga memerah.
Di antaranya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,09% menjadi Rp4.550, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tertekan 2,63% meniadi Rp10.175, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,53% menjadi Rp6.450, serta saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berkurang 1,46% menjadi Rp5.050.
Saham BBCA mencatat net sell asing terbesar mencapai Rp547,2 miliar, disusul BBRI Rp370,5 miliar, BMRI Rp268,4 miliar, serta BBNI Rp79,5 miliar. Selain itu, BBRI, BBCA dan BMRI jadi top 3 saham trending kemarin.
Sumber : fitur Bareksa Saham
Kinerja Historis Saham Big Banks Saat Trump Menjabat
Meskipun secara jangka pendek saham big banks merosot kemarin, namun menurut Tim Analis Bareksa, secara historis, ketika Trump mulai menjabat sebagai Presiden AS ke-45 pada 2017 lalu, saham-saham itu berkinerja mengesankan.
Misalnya saham BBRI mencatatkan kenaikan hingga 57%, dari level Rp2.320 (per 20/1/2017) menjadi Rp3.550 (per 22/1/2018). Pada Januari 2018, saat mulai trade war (perang dagang), salah satu kebijakan kontroversial Trump, saham BBRI turun dari level tertingginya di Rp3.830 (per 23/1) ke titik terendahnya di level Rp2.650 (per 22 Mei). Namun gejolak itu hanya berlangsung sekitar 4 bulan.
Setelah itu saham sejuta umat tersebut rebound hingga menuju level tertinggi di Rp3.670 (per 3/12). Ini menyiratkan kenaikan 38% dari level terendahnya, hingga jelang akhir tahun. Kemudian pada 2019, saham BBRI ditutup di level Rp4.340 atau naik 17,61% dalam setahun. Di luar pandemi Covid-19, sejak 2017-20219, saham BBRI 86,4% secara akumulatif.
Saham big banks lain seperti BBCA, BMRI dan BBNI juga memiliki pola pergerakan serupa. Saham ketiga bank jumbo itu juga sempat mengalami tekanan aksi jual saat terjadi perang dagang. Namun aksi sell off itu juga berlangsung sekitar 4 bulan, hingga akhirnya investor menilai harganya di level bottom dan mengalami rebound.
Dalam periode 3 tahun, yakni 2017-2019 saat Trump menjabat, saham BBCA, BMRI dan BBNI masing-masing melesat 122%, 38% dan 42%. Saham BBCA naik tertinggi didukung oleh solidnya kinerja fundamental bank milik Grup Djarum itu. Keempat saham big caps juga melesat didorong aksi borong asing.
Grafik Pergerakan Saham BMRI, BBCA, BBRI dan BBNI (2017-2019)
Sumber : TradingView
Mempertimbangkan kinerja historis ini, Tim Analis Bareksa menyarankan agar investor tidak terlalu khawatir. Sebab hal ini sudah sesuai prediksi sebelumnya, siapapun kandidat yang menang di Pilpres AS disertai partai pendukungnya ikut menang, maka yield Obligasi AS bisa ikut naik. Namun saat mulai menjabat dan menjalankan kebijakannya, Trump akan memiliki tantangan membengkaknya defisit anggaran pendapatan belanja negara (APBN).
Sehingga Trump dinilai tidak akan terlalu agresif dalam memenuhi semua janji kampanyenya. Sebagai contoh, saat Trump menjabat presiden AS ke-45 lalu, reli harga minyak yang dinilai bakal melonjak, namun ternyata realisasinya tidak seperti perkiraan. Trump dikenal pro energi fosil.
Mempertimbangkan kombinasi sentimen kemenangan Trump dan pemangkasan suku bunga AS, Tim Analis Bareksa menyarankan agar investor tetap mencermati saham big banks, karena kinerja fundamentalnya hingga kuartal III 2014 tergolong baik.
Karena itu, jika ada penurunan akibat sentimen jangka pendek, justru bisa dipertimbangkan untuk beli bertahap di harga bawah. Saham big banks tetap direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing BBRI Rp6.200, BBCA Rp11.600, BMRI Rp8.250 dan BBNI Rp6.700.
Kinerja Keuangan Januari-September 2024 (Rp triliun)
Kinerja | BBRI | YOY | BBCA | YOY | BBNI | YOY | BMRI | YOY |
Total pendapatan | 148,7 | 12,8% | 80,1 | 10,4% | 48,8 | 7,3 | 110,6 | 12,9% |
Laba bersih | 45,3 | 2,6% | 41,1 | 12,8% | 16,3 | 3,5% | 42 | 7,5% |
Penyaluran kredit | 1.353,3 | 8,2% | 877 | 14,5% | 735 | 9,5% | 1.589 | 20,8% |
Sumber : BBRI, BBCA, BBNI, BBNI
Investasi Saham di Bareksa
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.