Manulife IM Prediksi Pasar Saham dan Obligasi Berpotensi Tahan Banting di Semester II 2022
Dengan strategi investasi yang jeli, investor juga berpeluang meraih imbal hasil yang lebih tinggi
Dengan strategi investasi yang jeli, investor juga berpeluang meraih imbal hasil yang lebih tinggi
Bareksa.com - Manulife Investment Management memprediksi di semester II 2022, pasar obligasi dan saham memiliki potensi daya tahan yang tangguh dari dampak lonjakan inflasi. Bahkan investor bisa meraih peluang imbal hasil atau keuntungan yang lebih tinggi, jika dengan strategi investasi yang jeli, meskipun di tengah tren kenaikan suku bunga.
Menurut Manulife IM gambaran inflasi global akan tidak merata dengan negara-negara Asia tertentu memiliki posisi yang lebih baik untuk mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga pangan dan energi. Sue Trinh, Head of Global Macro Strategy, Asia, Manulife IM mengatakan beberapa sentimen pasar global di antaranya tekanan kenaikan suku bunga yang sedang berlangsung, perkembangan perang Rusia - Ukraina dan distorsi rantai pasokan terkait pandemi.
Narasi seputar inflasi telah mengambil alih berita utama pada paruh pertama tahun ini. Dalam jangka pendek, kata dia, hal ini akan terus menjadi perhatian utama bagi investor. Sebab bisa menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan menambah risiko lingkungan stagflasi.
Promo Terbaru di Bareksa
“Ketika perlambatan pertumbuhan memburuk, diharapkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan fokus pada kekhawatiran pertumbuhan atas inflasi dalam keputusan suku bunga di masa depan,” ungkap Sue Trinh dalam paparannya pada acara 2022 Mid-Year Investment Outlook Media Briefing (12/7/2022).
Menurut dia, berdasarkan pertemuan The Fed bulan Juni, Manulife IM telah merevisi pandangannya terkait kebijakan pengetatan moneter Federal Reserve di masa depan.
“Kami terus percaya bahwa panggilan 'Resesi' atau 'Bukan-Resesi' jauh kurang relevan dibandingkan durasi momentum melemahnya pertumbuhan ekonomi. Kami juga melihat gambaran inflasi yang tidak merata karena lonjakan harga makanan dan energi kemungkinan akan tetap tinggi, dengan metrik lainnya menurun,” dia menjelaskan.
“Sementara itu, kami memperkirakan The Fed akan memulai siklus pelonggaran pada tahun 2023. Risiko bagi pandangan kami adalah dinamika stagflasi lebih lama, terutama ketika kami mempertimbangkan pola historis untuk berinvestasi di bawah rezim yang berbeda,” dia memaparkan.
Sue Trinh menyatakan Manulife IM mempertahankan pandangan bahwa ekonomi global dapat mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan pada 2022. Dengan produk domestik bruto (PDB) global turun lebih rendah di bawah tren dan leverage yang meningkat. Dengan kondisi itu, dia menyarankan agar investor harus lebih selektif untuk menemukan investasi di negara yang paling tidak rentan terhadap potensi permintaan dan guncangan pasokan.
“Kami pikir Malaysia, Vietnam, Taiwan, Australia dan Selandia Baru kemungkinan akan menjadi penerima manfaat terbesar di kawasan ini, baik dari goncangan pangan dan energi serta potensi goncangan likuiditas,” dia menjelaskan.
Prediksi Pasar Obligasi
Murray Collis, Chief Investment Officer, Fixed Income, Asia ex-Jepang, Manulife IM menyoroti beberapa negara di Asia yang mungkin menawarkan peluang bagi investor di instrumen pendapatan tetap atau obligasi. Terutama setelah imbal hasil acuan Obligasi Negara AS (US Treasury) kembali naik ke level yang lebih tinggi dari posisi terendah saat pandemi.
“Kami memperkirakan risiko sampai tingkat tertentu tetap ada di pasar Asia untuk paruh kedua tahun 2022, namun investor lebih dikompensasi dengan obligasi Asia yang menawarkan valuasi yang relatif menarik pasca pergerakan imbal hasil Treasury AS dari tahun ke tahun. Misalnya beberapa emiten korporasi Asia menawarkan imbal hasil rata-rata sekitar 5,5 persen, sementara beberapa emiten lainnya menawarkan imbal hasil rata-rata sekitar 12 persen,” kata dia.
Untuk kawasan Asia Tenggara, dia menjelaskan memiliki titik terang potensial di tengah meningkatnya ketakutan stagflasi dari investor global. Sebab beberapa negara telah mencatat pertumbuhan PDB lebih cepat dari perkiraan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan sektor pariwisata, pembukaan kembali ekonomi dan ekspor komoditas yang kuat.
“Pertumbuhan yang lebih cepat mendorong konsumsi di beberapa negara Asia Tenggara, yang laju pertumbuhannya berpotensi melampaui inflasi. Ekspektasi tersebut kontras dengan beberapa pasar negara maju yang menghadapi risiko stagflasi dan resesi yang meningkat,” ujarnya.
Seiring dengan tren revolusi keuangan hijau yang terjadi di Asia, Murray Collis menilai meningkatnya penerbitan obligasi bertema lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik (ESG) regional menunjukkan peluang yang menarik.
“Pada tahun 2022, sekitar US$2 dari setiap US$5 penerbitan baru obligasi Asia adalah obligasi ESG, yang mencerminkan kekuatan permintaan khusus untuk obligasi ESG meskipun lingkungan pasar bergejolak. Beberapa pemerintah daerah juga memiliki rencana cepat untuk menerbitkan obligasi hijau pertama mereka. Salah satu contohnya adalah obligasi untuk energi terbarukan India, di mana negara tersebut berusaha untuk meningkatkan swasembada energi dan memenuhi tujuan emisi nol pada 2070,” dia mengungkapkan.
Prediksi Pasar Saham
Kinerja pasar saham di Asia selama paruh pertama di 2022 berada di bawah tekanan oleh kombinasi faktor-faktor seperti kebijakan moneter yang lebih ketat, prospek pertumbuhan global yang lebih lambat, peristiwa geopolitik dan intervensi peraturan yang merugikan di Tiongkok.
Marco Giubin, Manajer Portofolio Senior, Ekuitas, Manulife IM menganalisis faktor-faktor yang akan terus memengaruhi pasar saham di Asia dan peluang investasi potensial yang mungkin muncul di tengah tekanan tersebut.
“Dengan penurunan peringkat di antara ekuitas Asia, penilaian pasar Asia sekarang mendekati level terendah. Kami percaya sebagian besar penurunan peringkat di ekuitas Asia telah terjadi, dan kami melihat ruang lingkup untuk penurunan lebih lanjut akan terbatas,” kata dia.
Prospek Reksadana Saham dan Obligasi
Seiring dengan prediksi Manulife IM yang memperkirakan pasar saham dan obligasi memiliki daya tahan cukup tangguh di semester II dari beragam sentimen global, maka hal itu bisa jadi peluang menarik bagi reksadana berbasis saham dan obligasi.
Di super app investasi Bareksa, tersedia 12 produk reksadana Manulife Aset Manajemen Indonesia berbasis saham dan obligasi, yakni 5 produk reksadana saham, 5 produk reksadana pendapatan tetap dan 2 reksadana campuran. Reksadana tersebut di antaranya Manulife Saham Sektoral Amanah Kelas A,Manulife Saham SMC Plus, Manulife Saham Andalan, dan Manulife Greater Indonesia Fund.
Daftar selengkapnya sebagaimana tertera dalam tabel berikut :
Sumber : Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.