Syailendra Pendapatan Tetap Premium Kalahkan Benchmark dan Reksadana Sejenis, Apa Rahasianya?
SPTP punya portofolio di obligasi korporasi yang stabil di tengah hiperinflasi dan suku bunga naik
SPTP punya portofolio di obligasi korporasi yang stabil di tengah hiperinflasi dan suku bunga naik
Bareksa.com - Sebelum mulai berinvestasi, smart investor sebaiknya menetapkan tujuan keuangan dan profil risiko terlebih dahulu. Ingin berinvestasi jangka menengah dengan risiko yang moderat, smart investor bisa memilih reksadana pendapatan tetap.
Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang mayoritas portofolionya berinvestasi pada obligasi atau efek surat utang. Dari banyak produk reksadana pendapatan tetap yang tersedia, salah satu yang bisa dipilih oleh smart investor adalah Syailendra Pendapatan Tetap Premium (SPTP) yang dikelola oleh Syailendra Capital.
Mengapa produk reksadana pendapatan tetap ini menjadi rekomendasi? Dari segi imbal hasil (return), reksadana ini mencatatkan kinerja cemerlang dengan mengalahkan benchmark (acuannya) dalam lima tahun terakhir.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik Kinerja SPTP Vs Benchmark Sejak Peluncuran 24 Maret 2017 - 24 Mei 2022
Sumber: Syailendra Capital
Bahkan, dengan return 2,85 persen dalam 3 bulan dan return 4,38 persen dalam 6 bulan terakhir (per 1 Juli 2022) Syailendra Pendapatan Tetap Premium bisa mengalahkan produk reksadana sejenis di marketplace Bareksa.
Tabel Reksadana Pendapatan Tetap Return Tertinggi di Bareksa*
Sumber: Bareksa.com, *per 1 Juli 2022
Head of Wholesale Distribution Syailendra Capital Aldies Sageri menjelaskan bahwa mayoritas aset dalam portofolio reksadana SPTP adalah obligasi korporasi berperingkat. Selain itu, reksadana pendapatan tetap ini memiliki sedikit porsi di saham, sebagai pendorong kinerja.
"Karena isinya corporate bond durasi pendek, sangat aman dengan alokasi konservatif di obligasi dengan single A, double A dan SUN. Uniknya, produk ini memiliki sekitar 1-15 persen di saham sebagai booster pendorong kinerja," jelas Aldies.
Grafik Alokasi Portofolio SPTP
Sumber: Syailendra Capital, per April 2022
Pemilihan obligasi korporasi dengan durasi pendek ini risikonya terbilang rendah tetapi bisa memberikan return yang cukup stabil. Selain itu, tambah Aldies, dengan dana kelolaan (asset under management/AUM) SPTP yang sekitar Rp600 miliar terbilang cukup lincah untuk melakukan alokasi aset.
"Dengan AUM Rp600 miliar, secara tactical masih mudah untuk buy and sell dibandingkan yang punya AUM besar di atas Rp5 triliun. Sebab, suplai corporate bond memang tidak sebanyak SBN," jelasnya.
Berkaitan dengan porsi saham dalam portofolio reksadana pendapatan tetap ini, Syailendra memilih emiten dengan sangat selektif untuk mengejar kinerja, seperti perusahaan yang melakukan corporate action. Contohnya, SPTP saat ini memiliki saham PT Link Net Tbk (LINK) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang baru saja melakukan tender offer, sehingga harga sahamnya konsisten naik dan ada target harganya.
Baca juga Daftar 10 Reksadana Pendapatan Tetap Terbaik Semester I 2022, Cuan 15 - 31 Persen
Tabel Porsi Saham di SPTP
Saham | Bobot (%) | Harga | TP Med. Konsen. | Upside | Kontribusi Terhadap |
LINK | 8.1% | 4,480 | 5,500 | 22.8% | 1.8% |
TBIG | 3.8% | 3,060 | 3,400 | 11.1% | 0.4% |
Others | 1.5% | ||||
Total | 13.4% |
|
|
| 2.6% |
Sumber: Syailendra Capital, per 11 Mei 2022
Risiko Hiperinflasi dan Suku Bunga Naik
Mengamati kondisi global terkini, smart investor mungkin sudah mendengar adanya risiko hiperinflasi atau kenaikan harga barang-barang yang tidak terkendali. Akibatnya, bank sentral di dunia pun perlu menaikkan suku bunga untuk mengantisipasi kondisi ini.
COO Bareksa Ni Putu Kurniasari menjelaskan pelaku pasar saat ini mengkhawatirkan resesi global. Meski dampaknya ke investasi di Indonesia tidak terlalu besar.
"Ekonomi Indonesia masih aman. Meski sempat kita merasakan kenaikan harga minyak goreng, sekarang sudah mulai stabil karena supply dijaga baik," kata Putu.
Lantas, seperti apa kondisi produk investasi Indonesia? Dengan suku bunga yang naik, beberapa aset, seperti obligasi negara dan saham-saham di negara berkembang bisa terkena dampaknya. Makanya, yield (imbal hasil) obligasi negara Indonesia juga ikut naik, yang mengindikasikan harganya turun.
"Maka untuk short term condition 1-2 bulan ke depan, saya prefer investasi yang low risk, tidak tergantung fluktuasi ini. Misalnya, produk reksadana yang berbasis deposito atau obligasi korporasi," jelas Putu.
Aldies menambahkan, dengan kondisi saat ini, reksadana pendapatan tetap memang menjadi pilihan tepat untuk mendapat keuntungan. Apalagi, reksadana pendapatan tetap SPTP memiliki mayoritas di obligasi korporasi dengan karakteristik seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
"Produk ini risikonya rendah dan cukup promising, maka banyak yang suka. Selain itu, SPTP ini sudah mendapat banyak award," imbuh Aldies.
Smart investor yang memiliki tujuan keuangan jangka menengah dan profil risiko moderat bisa mempertimbangkan untuk memilih reksadana pendapatan tetap ini.
(ADV)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksa dana. Segala keputusan investasi merupakan tanggung jawab investor.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.