CEO Danareksa IM, Marsangap Tamba: Ini Tantangan dan Potensi Industri Reksadana
Ada potensi reksadana berbasis saham yang akan cukup menarik karena Indonesia sedang dalam early business cycle
Ada potensi reksadana berbasis saham yang akan cukup menarik karena Indonesia sedang dalam early business cycle
Bareksa.com - Bagaimana perkembangan industri reksadana nasional sepanjang enam bulan pertama tahun ini, serta seperti apa potensinya? Lalu reksadana jenis apa yang sebaiknya dimiliki investor pada saat ini?
Berikut pandangan Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Marsangap P. Tamba mengenai perkembangan industri reksadana nasional dan juga saran kepada industri mengenai pemilihan jenis reksadana.
Marsangap mengatakan Danareksa IM melihat perkembangan reksadana di industri pada semester pertama ini penuh tantangan. Di satu sisi, Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif dan berada pada early business cycle, dan di sisi lain perkembangan kondisi ekonomi global khususnya Amerika Serikat menunjukkan potensi resesi.
Promo Terbaru di Bareksa
Baca juga Dana Kelolaan Reksadana Awal Juni 2022 Masih Tertekan, Bagaimana Prediksinya?
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), lanjut Marsangap, terlihat tengah berupaya untuk menangani inflasi yang menyentuh di atas level 8 persen dengan secara agresif menaikkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) sebesar 75 bps pada pertemuan Juni lalu.
"Angka ini di luar konsensus namun kami yakini The Fed akan bertindak ekstra hati-hati agar tidak terjadi lonjakan pengangguran," kata Marsangap dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/7/2022).
Di sisi lain, ia melanjutkan pihaknya berpandangan ekonomi China mulai menunjukkan potensi keluar dari resesi. Beberapa pelonggaran telah dilakukan dan perekonomian China mulai menunjukkan perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh indikator China’s Industrial Output dan Retail Sales.
Potensi perbaikan perekonomian China akan menjadi penyeimbang di tengah potensi perekonomian Amerika Serikat yang menurun. Lebih lanjut ia mengatakan saat ini ekonomi Indonesia juga dibayangi oleh inflasi.
Meskipun tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan Juni lalu, menurutnya Bank Indonesia telah mulai melakukan normalisasi dengan menaikkan giro wajib minimum.
"Dalam menyikapi kebijakan The Fed tersebut, Bank Indonesia ada kemungkinan akan turut menaikkan suku bunga yang dalam perkiraan kami sekitar 50 bps-75 bps pada semester ke-2 ini," kata Marsangap.
Baca juga Inflasi Mengancam, Apa Saran Investasi buat Investor?
Reksadana Yang Potensial
Ia mengatakan tingginya tekanan pada pergerakan suku bunga ini menekan laju pertumbuhan reksa dana pendapatan tetap karena yield meningkat dan harga obligasi tertekan. Meskipun demikian, peningkatan yield ini berpotensi meningkatkan minat investor untuk reksadana pasar uang di masa depan.
"Dengan peningkatan yield ini, kami berpandangan ada potensi reksadana berbasis saham yang akan cukup menarik karena Indonesia sedang dalam early business cycle," kata Marsangap.
Namun demikian, ia mengatakan hal tersebut akan bergantung pada pemilihan underlying asset yang berkualitas secara fundamental yang kami harap dapat meminimalisir pengaruh kondisi global serta berprospek bisnis positif.
Baca juga Bareksa Insight : Harga Kebutuhan Pokok Meroket, Cuan Reksadana Ini Tembus 10 - 30 Persen
Rencana Danareksa IM
Di sisi lain, Marsangap menjelaskan bahwa hingga triwulan II ini, Danareksa IM atau DIM, telah menerbitkan 3 produk, yakni 1 produk kerja sama dengan BP Tapera, 1 produk reksadana terproteksi berbasis surat utang negara, dan 1 produk reksadana penyertaan terbatas.
"Sampai dengan akhir tahun 2022, kami berharap dapat meluncurkan beberapa produk yang salah satunya adalah reksadana indeks berbasis ESG," ujar Marsangap.
Ia menjelaskan selain pertumbuhan dana kelolaan dari produk baru, Danareksa IM berharap pertumbuhan dari open end existing baik yang berbasis saham maupun berbasis suku bunga seperti reksadana pasar uang.
"Menurut pandangan kami, khususnya reksadana pasar uang sebaiknya senantiasa dimiliki oleh investor karena paling likuid dan berisiko paling rendah yang akan cocok untuk segala kondisi makro," kata Marsangap seraya memberikan saran kepada investor.
Baca juga Investasi Pakai Robo Advisor Bareksa, Raih Reksadana Hingga Rp50 Ribu
(Martina Priyanti/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.