BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Ekonom Bahana TCW, Budi Hikmat : Inflasi RI Stabil, Momentum Reksadana Saham

Abdul Malik11 Januari 2022
Tags:
Ekonom Bahana TCW, Budi Hikmat : Inflasi RI Stabil, Momentum Reksadana Saham
Budi Hikmat, Director for Investment Strategy PT Bahana TCW Investment Management (kiri) bersama manajer investasi sedang diskusi perkembangan terkini pasar modal. (bahanatcw.com)

BI berpotensi baru akan mulai menaikkan suku bunga di semester kedua 2022 sebanyak dua kali dengan besaran 25 basis poin

Bareksa.com – PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) menilai, tingkat inflasi Indonesia tahun ini akan bergerak stabil dan tidak akan mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi seperti yang terjadi di negara maju. Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk bisa berinvestasi di pasar saham dan juga reksadana saham.

Kepala Ekonom Bahana TCW Budi Hikmat menjelaskan, tingkat inflasi tahunan pada 2021 mencapai 1,87 persen, meski meningkat dari 1,68 persen pada 2020, namun masih jauh berada di bawah target yang ditetapkan Bank Indonesia sekitar 3 persen.

Rendahnya tingkat inflasi tahun 2021 dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum sepenuhnya pulih sebagai dampak pandemi Covid-19. Tingkat inflasi ini mayoritas didorong oleh kenaikan harga bahan pangan atau kelompok inflasi volatile food.

Promo Terbaru di Bareksa

Tahun ini, menurut Budi akan menjadi tahun inflasi global, termasuk bagi Indonesia. Berbagai negara maju mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi, bahkan ada yang masuk tahap terlalu tinggi dan mayoritas didorong oleh kenaikan harga energi serta komoditas.

“Namun, di Indonesia tidak akan terjadi hal serupa, karena Indonesia memiliki berbagai skema subsidi terkait dengan harga energi,” ujar dia dalam keterangan resmi, Selasa (11/1).

Bahkan, tren kenaikan inflasi yang masih stabil ini bisa menjadi indikator bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sedang berjalan. Sisi positif yang dapat dijadikan peluang dari tren kenaikan inflasi di 2022 adalah di pasar saham.

Meski di satu sisi, naiknya angka inflasi akan berpengaruh kepada daya beli masyarakat, namun, di sisi lain para produsen dan emiten di beberapa sektor dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki margin usaha dengan menaikan harga jual produk mereka.

Sehingga akan berpengaruh kepada pasar saham berkat kinerja emiten yang membaik seiring terkontrolnya tingkat inflasi.

“Kami perkirakan selama 2022, tingkat inflasi akan terjaga di level 3 persen. Kami melihat Bank Indonesia (BI) mampu mengendalikan inflasi dengan tools moneternya. Saat ini BI masih mempertahankan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen, yang berarti BI masih memiliki ruang yang cukup untuk melakukan kebijakan untuk mengontrol laju inflasi agar tetap berada dalam kisaran target,” ujar Budi.

Budi menambahkan bahwa sangat terbuka kemungkinan BI akan meningkatkan suku bunga acuan saat inflasi bergerak naik. Namun, dia memperkirakan BI berpotensi baru akan mulai menaikkan suku bunga di semester kedua 2022 sebanyak dua kali dengan besaran 25 basis poin (bps) untuk mengantisipasi kenaikan inflasi domestik.

Prospek Reksadana Saham

Dengan demikian, Bahana TCW memproyeksikan reksadana saham akan menjadi instrumen paling menarik selain reksadana pasar uang yang akan kembali memberikan rate yang menarik seiring kenaikan suku bunga acuan BI. Sedangkan reksadana obligasi diperkirakan akan memberikan return single digit, lebih rendah dibandingkan 2020 dan 2021.

Tingkat suku bunga acuan yang dijaga tetap rendah merupakan salah satu bentuk dukungan ekstra BI terhadap upaya pemulihan ekonomi. Jika melihat tren selama 10 tahun terakhir, di mana kisaran suku bunga acuan BI berada di angka 4 persen hingga 6 persen, tingkat suku bunga saat ini merupakan tingkat suku bunga terendah dalam sejarah.

Jikalau tahun ini suku bunga naik, maka, Bahana TCW melihat hal itu bukan sebagai pengetatan tapi lebih kepada normalisasi kebijakan moneter BI. Sekaligus menjadi tanda perekonomian kita sudah sehat dan tidak lagi membutuhkan dukungan ekstra seperti sebelumnya.

“Seiring pemulihan ekonomi pasca pandemi, level inflasi domestik akan menunjukkan peningkatan, tapi secara fundamental, BI masih memiliki ruang untuk mengontrol tingkat inflasi ke level yang lebih sehat atau healthy inflation. Dengan demikian pemulihan ekonomi pasca pandemi dapat berjalan sebagaimana ditargetkan pemerintah,” kata Budi.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.



Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,96

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,08

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,18

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.269,81

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua