Pasar Tertekan Varian Covid-19 Omicron, Ini Top 10 Reksadana Cuan Tertinggi
Secara mingguan IHSG mengalami koreksi 0,35 persen ke level 6.538,5 pada pekan I November 2-21
Secara mingguan IHSG mengalami koreksi 0,35 persen ke level 6.538,5 pada pekan I November 2-21
Bareksa.com - Sepanjang pekan lalu, kinerja pasar saham Indonesia kembali tertekan seiring dengan kinerja bursa saham global yang juga mengalami kontraksi.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 29 November hingga 3 Desember 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu menguat sebanyak 2 kali, sementara 3 hari lainnya mengalami penurunan.
Alhasil secara mingguan IHSG mengalami koreksi 0,35 persen ke level 6.538,51. Kemudian di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing juga terlihat dominan mengurangi kepemilikan saham mereka dengan catatan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp2,75 triliun di pasar reguler.
Promo Terbaru di Bareksa
Meski melemah sepanjang pekan lalu, kinerja IHSG masih cukup bagus dibandingkan dengan beberapa bursa Asia, Eropa hingga Amerika Serikat (AS).
Dibandingkan bursa saham Asia lainnya, pelemahan IHSG terbilang kecil. Indeks Nikkei Jepang dan Straits Times Singapura jeblok lebih 2 persen, kemudian Hang Seng Hong Kong dan SET Thailand merosot lebih dari 1,3 persen, dan FTSE Malaysia juga turun 0,69 persen.
Sementara dari Amerika Serikat, ketiga indeks utama Wall Street kompak merosot. Nasdaq memimpin keterpurukan 2,6 persen, disusul S&P 500 terpangkas 1,22 persen dan Dow Jones turun 0,74 persen.
Aksi jual yang melanda bursa saham global utamanya dipicu penyebaran virus corona varian Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan setidaknya 40 negara sudah "disusupi".
Virus Omicron dikatakan lebih gampang menyebar ketimbang varian delta serta ada kemungkinan kebal terhadap vaksin. Alhasil, ada kekhawatiran akan ada kebijakan lockdown lagi yang bisa membuat perekonomian global melambat.
Hal itu juga diungkapkan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.
"Tentu harapannya, ini bukan sesuatu yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan," katanya soal varian yang pertama kali terdeteksi di Bostwana dan Afrika Selatan (Afsel) itu, dikutip Reuters, Jumat (3/12/2021).
"Ada banyak ketidakpastian. Itu bisa menyebabkan masalah yang signifikan. Kami masih mengevaluasi itu."
Ia berujar Covid-19 Varian Omicron bisa memperburuk hambatan rantai pasokan yang kini masih terjadi dan melambungkan inflasi. Tapi, ini juga bisa menekan permintaan dan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lambat.
Mayoritas Jenis Reksadana Ikut Melemah
Kondisi pasar saham yang mengalami tekanan pada pada pekan lalu, secara umum membuat kinerja mayoritas berbagai jenis reksadana mencatatkan penurunan, di mana yang berisiko tinggi mengalami penurunan paling dalam.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang terburuk pada pekan lalu dengan kinerja -0,41 persen, disusul indeks reksadana pendapatan tetap -0,4 persen.
Kemudian indeks reksadana campuran juga ikut koreksi -0,33 persen. Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu tumbuh positif dengan kenaikan 0,04.
Di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata masih mampu ditempati oleh reksadana dengan risiko sedang-tinggi, di mana produk reksadana saham mendominasi dengan 7 produk, sementara 3 lainnya merupakan produk reksadana campuran.
Reksadana cuan tertinggi sepanjang pekan lalu di antaranya Pinnacle Strategic Equity Fun dengan imbalan 1,85 persen, TRIM Syariah Saham dengan imbal hasil 1,47 persen, TRIN Syariah Berimbang 1,37 persen, TRIM Kombinasi 2 yang mencatatkan kenaikan 1,36 persen, serta Mega Asset Maxima dengan imbalan 1,35 persen.
Selengkapnya dalam daftar top 10 imbalan atau cuan tertinggi sebagaimana tertera dalam tabel berikut :
Sumber: Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.