Sektor Manufaktur Terus Ekspansif, Peluang Cuan Reksadana Berbasis Saham
Reksadana pendapatan tetap masih prospektif dalam beberapa bulan ke depan, seiring rencana tapering The Fed
Reksadana pendapatan tetap masih prospektif dalam beberapa bulan ke depan, seiring rencana tapering The Fed
Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi masih tertekan pada perdagangan hari ini akibat minimnya sentimen positif dari dalam negeri dan luar negeri.
Potensi pelemahan itu berlanjut setelah indeks saham Tanah Air kemarin (30/11/2021) turun 1,13 persen ke level 6.533,93.
Hari ini akan ada pengumuman PMI Indonesia (indeks manufaktur) dan pengumuman inflasi untuk bulan November. Menurut analisis Bareksa, inflasi pada bulan ini masih akan tetap meningkat secara bulanan dan tahunan.
Promo Terbaru di Bareksa
Hal tersebut didorong oleh kenaikan harga pangan seperti minyak goreng, cabai dan harga daging ayam yang meningkat sebulan terakhir.
Sementara dari pasar surat utang, pasar obligasi dalam negeri kemungkinan akan melemah pada perdagangan hari ini, setelah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengatakan akan mempercepat kebijakan tapering (pengurangan pembelian kembali obligasi).
Percepatan tapering mempertimbangkan tingginya inflasi dan The Fed kemungkinan akan menaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Analisis Bareksa melihat kebijakan yang diambil oleh The Fed ini akan mulai terealisasi paling cepat pada Desember Pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berikutnya.
Kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan akan bergerak terbatas pada perdagangan hari ini. Meski begitu, dalam beberapa bulan ke depan, reksadana pendapatan tetap diprediksi masih prospektif.
Di tengah potensi pelemahan pasar saham dan surat utang, investor dengan profil risiko agresif dan moderat bisa mempertimbangkan produk reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana pendapatan tetap yang sudah terbukti berkinerja andal dan tahan banting.
Beberapa reksadana yang bisa dipertimbangkan investor adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 30 November 2021)
Reksadana Saham
Schroders Dana Istimewa : 13,27 persen
Manulife Saham SMC Plus : 11,58 persen
Reksadana Campuran
Syailendra Balanced Opportunity Fund : 29,95 persen
Sucorinvest Flexi Fund : 28,46 persen
Imbal Hasil 3 Tahun (per 30 November 2021)
Reksadana Pendapatan Tetap
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 32,96 persen
BNP Paribas Omega : 24,87 persen
Baca juga : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Fresh From The Press
Beberapa peristiwa penting yang diperhatikan investor hari ini dan diperkirakan mempengaruhi pergerakan pasar adalah sebagai berikut :
- Penerimaan Cukai Tembakau
Pemerintah menyebut industri pengolahan tembakau mempunyai peran penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, karena memiliki multiplier effect (efek berantai) yang luas. Saat ini, kinerja industri hasil tembakau di Indonesia mencatatkan kontribusi terhadap APBN pada tahun 2020 mencapai 10,11 persen.
Penerimaan cukai sepanjang 2020 mencapai Rp205,68 triliun dengan proporsi terbesar dari cukai hasil tembakau (CHT) mencapai Rp170,24 triliun atau naik 3,24 persen. Pada periode Januari - September 2021, industri rokok berdasarkan jenisnya mengalami total kenaikan produksi secara tahunan mencapai 4,3 persen di angka 235,9 miliar batang.
Industri hasil tembakau berkontribusi terhadap peningkatan ekspor. Namun, di masa pandemi ini, kinerja ekspor industri hasil tembakau pada 2020 sedikit menurun 3,96 persen dari periode sebelumnya. (Bisnis.com)
- Indeks PMI Manufaktur
PMI Indonesia (indeks manufaktur) tercatat menurun pada November 2021 di level 53.9 dibandingkan Oktober 2021 di angka 57.2. Meski menurun, namun angka indeks tersebut masih menunjukan sektor manufaktur di Indonesia terus membaik atau dalam mode ekspansi.
Indeks manufaktur tercatat terus ekspansif dalam tiga bulan berturut-turut. Hal itu diikuti oleh output permintaan yang membaik dari dalam negeri, di tengah menurunnya permintaan dari luar negeri selama 5 bulan terakhir.
Analisis Bareksa melihat indeks PMI manufaktur sejalan dengan prediksi, di mana sektor manufaktur Indonesia akan terus ekspansif hingga akhir tahun. Kondisi itu akan mendorong kinerja reksadana berbasis saham ke depannya.
Perlu diingat, apapun produk investasi pilihan kamu, agar selalu disesuaikan dengan profil risiko, janga waktu dan tujuan investasi kamu ya!
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.