Bareksa.com - Menutup perdagangan pekan keempat November 2021, kinerja pasar saham Indonesia mengalami tekanan cukup hebat hingga harus terlempar dari level psikologis di bawah 6.600.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 22 hingga 26 November 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya mampu menguat sebanyak 3 kali, namun 2 hari lainnya khususnya pada Jumat mengalami penurunan tajam hingga 2,06 persen.
Alhasil secara mingguan IHSG harus rela merosot 2,36 persen ke level 6.561,55. Kemudian di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing juga terlihat mengurangi kepemilikan saham mereka dengan catatan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp602,60 miliar di pasar reguler.
Mengawali pekan, IHSG menguat tipis hanya 3 poin pada Senin. Kenaikan terjadi mengikuti tre positif di bursa global mengenai konfirmasi Jerome Powell untuk melanjutkan tugasnya memimpin Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Terpilihnya Powell dinilai memberikan kepastian mengenai kelangsungan rencana kebijakan moneter AS, terutama komitmennya untuk mempertahankan kebijakan moneter longgar meski mulai mengurangi pembelian surat utang di pasar sekunder (tapering off) tahun ini.
Selanjutnya, IHSG bergerak volatil mengikuti arah perkembangan inflasi di AS dan kenaikan kasus Covid-19 di Eropa Barat, termasuk di Singapura. Kekhawatiran mengenai temuan varian virus yang lebih mudah menular dan bisa mementahkan vaksinasi baru muncul pada Jumat yang memicu koreksi besar di berbagai bursa dunia, termasuk Indonesia yang anjlok hingga 2 persen lebih.
Kondisi pasar saham yang mengalami tekanan cukup hebat pada pada pekan lalu, secara umum membuat kinerja mayoritas jenis reksadana mencatatkan penurunan, di mana reksadana yang berisiko tinggi mengalami penurunan paling dalam.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang terburuk pada pekan lalu dengan kinerja -2,05 persen, disusul indeks reksadana campuran -1,11 persen.
Kemudian indeks reksadana pendapatan tetap mengalami koreksi tipis -0,03 persen. Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu tumbuh positif dengan kenaikan 0,05 positif.
Di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu juga cenderung ditempati oleh reksadana dengan risiko rendah-sedang, di mana produk reksadana pendapatan tetap mendominasi dengan 8 produk, kemudian 3 produk sisanya masing-masing produk reksadana campuran dan reksadana saham.
Sumber: Bareksa
Reksadana campuran Sucorinvest Flexi Fund di peringkat pertama dengan imbalan 0,51 persen sepekan.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.