Budi Hikmat : Ekonomi Mulai Pulih, Waktunya Investasi Reksadana Saham
Recovery story is equity friendly, sehingga Bahana TCW menyiapkan reksadana saham
Recovery story is equity friendly, sehingga Bahana TCW menyiapkan reksadana saham
Bareksa.com - Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW IM), Budi Hikmat menyatakan potensi aliran dana asing di pasar negara berkemnbang akan terus naik di era suku bunga rendah saat ini. Hal itu ditopang optimisme kemenangan Joe Biden dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat.
"Dengan kemenangan Biden apakah nantinya akan ada perpajakan yang lebih adil. Karena sejauh Presiden Dondal Trump lebih banyak berpihak kepada kelompok kaya, dan ini akan mengakibatkan rotasi ke negara berkembang," ujar Budi dilansir CNBC Indonesia TV baru-baru ini.
Untuk itu, kata Budi, sudah bisa melihat investor asing melakukan antisipasi, dengan masuk ke aset yang paling aman dulu, yaitu Surat Berharga Negara. Kemudian, nantinya asing akan masu ke saham. "Jadi kita harus hati-hati dalam bentuk alokasi aset, Seperti disampaikan Ray Dalio bahwa cash is trash, karena cash seperti obligasi negara AS terlalu mahal. bond yield 0,8 persen tapi inflasi 1,2 persen, yang sebetulnya tidak sehat," Budi mengungkapkan.
Promo Terbaru di Bareksa
Nantinya dengan yield yang rendah itu, menurut Budi, yield hunter akan datang ke negara berkembang termasuk Indonesia. Apalagi baru-baru ini Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi ekonomi Indonesia tahun ini terbaik kedua di negara G20 setelah China. Dana asing yang masuk dan keluar, merupakan volatilitas pasar. Sebab sebenarnya dana asing yang besar tidak di saham, melainkan bisa dilihat di Surat Berharga Negara (SBN).
"Saham memang lebih complicated, 4 tahun terakhir investor asing sebenarnya keluar dari saham. Sangat disayangkan masyarakat tahunya hanya saham. Padahal sebenarnya indeks acuan SBN Bahana Asian Bond Fund Index 10 tahun terakhir kinerjanya mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," Budi menjelaskan.
Sehingga budi menyatakan the second king adalah investor asing masuk di SBN. Ketika asing masuk SBN, maka yieldnya akan rendah maka secara valuasi akan naik. "Jadi kita jangan lihat riak, tapi lihatlah ombak, ombaknya akan datang dan mulai datang sebagian," katanya.
The Next Battle adalah Saham
Budi menambahkan Bahana TCW terus melakukan edukasi kepada investor yang sebenarnya bisa menargetkan imbal hasil (return) yang diharapkan dan bagaimana cara mengelola volatilitas. "Ini tergantung jenis investornya juga. Ada aturan growing asset rule, yaitu 100 dikurangi umur. Jika kita berusia 54 tahun, maka aset kita 46 persennya ditempatkan di growing asset seperti saham dan properti," ungkapnya.
Namun ada juga investor milenial, yang bisa mulai dengan rumus 100 dikurangi umur tersebut. Menurut Budi, yang terpenting adalah target atau proyeksi return yang ingin dicapai berapa. "Kalau misalnya kita proyeksikan IHSG bisa naik 12 persen tahun depan, itu lumayan jauh lebih besar dari inflasi dan yield SBN. Ke depan kami melihat the next battle adalah di saham," ujar Budi.
Dia menjelaskan saat ini seluruh dunia menggelar stimulus besar-besaran. Ciri-ciri stimulus adalah statistik M1 atau uang beredar tumbuh pesat. Di Amerika pertumbuhannya 42 persen, Turki 92 persen, Indonesia 17,6 persen dan Korea 25 persen. Nantinya akan kelihatan, jika pandemi Covid-19 bisa diatasi. maka sebetulnya masyarakat memiliki daya beli yang cukup besar. Hal itu akan kembali menggairahkan dunia bisnis.
"Jadi recovery story is equity friendly, sehingga yang kami siapkan adalah reksadana saham," Budi menambahkan.
Sumber : Bareksa
Menurut catatan Bareksa, sejak market crash pada 24 Maret lalu hingga 25 November atau sekitar hampir 8 bulan, IHSG telah melesat 44,23 persen. Sejalan dengan IHSG, indeks reksadana saham juga melesat 35,07 persen dan indeks reksadana saham syariah melonjak 25,21 persen.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.