Reksadana Saham Diprediksi Bangkit Tahun Ini, Proyeksi Cuan 10 Persen
Return reksadana saham hingga akhir Desember 2021 terkoreksi 2,25 persen, padahal IHSG meningkat 10,08 persen
Return reksadana saham hingga akhir Desember 2021 terkoreksi 2,25 persen, padahal IHSG meningkat 10,08 persen
Bareksa.com – Tingkat pengembalian (return) reksadana tahun ini diperkirakan bisa meningkat signifikan. Hal ini ditopang oleh sentimen makro ekonomi dan perkembangan Covid-19 yang lebih stabil.
Head of Investment Research PT Infovesta Utama Wawan Hendrayatna menjelaskan, keuntungan atau return reksa dana saham tahun ini bisa mencapai lebih dari 10 persen. Sementara reksa dana pendapatan tetap diprediksi bisa mencetak return 6 persen, reksa dana pasar uang sebesar 3-3,5 persen dan reksa dana campuran 7-8 persen.
Perkembangan varian baru Covid-19, yakni Omicron, menurut Wawan menjadi salah satu faktor peningkatan return tersebut. “Kebijakan pemerintah dalam menangani varian Omicron sangat baik. Walaupun sempat diterapkan PPKM, namun masih bisa dikendalikan,” ujar dia di Jakarta belum lama ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain disebabkan oleh perkembangan varian Omicron, pertumbuhan ekonomi yang mendorong perkembangan sektor rill juga menjadi faktor meningkatnya return reksadana. ”Apalagi tahun ini juga akan ada penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dari perusahaan decacorn, yakni GoTo,” papar dia.
Meski berpeluang untuk meningkat tahun ini, namun return reksadana saham hingga akhir Desember 2021 masih terkoreksi 2,25 persen. Padahal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah meningkat 10,08 persen dibandingkan akhir 2020.
Namun demikian, Infovesta mencatat masih ada 8 reksadana saham yang mencatat return di atas 40 persen. Bahkan salah satu diantaranya bisa mencetak return 106,23 persen sejak akhir 2020 hingga akhir 2021.
Adapun reksa dana tersebut adalah Reksa Dana Treasure Saham Mantap dari PT Treasure Fund Investama yang membukukan return 106,23 persen. Kemudian, Pan Arcadia Dana Saham Bertumbuh sebesar 77,78 persen, Millenium MCM Equity Sektoral 76,63 persen dan Treasure Fund Super Maxxi 73,39 persen.
Selanjutnya, Pan Arcadia Ekuitas Progresif 2 sebesar 67,11 persen, Manulife Institutional Equity Fund sebesar 55,41 persen, Pan Arcadia Ekuitas Progresif 40,87 persen dan Pacific Saham Syariah III 40,35 persen.
Momentum Reksadana Saham
Tahun ini, PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) menilai, tingkat inflasi Indonesia tahun ini akan bergerak stabil dan tidak akan mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi seperti yang terjadi di negara maju. Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk bisa berinvestasi di pasar saham dan juga reksadana saham.
Kepala Ekonom Bahana TCW Budi Hikmat menjelaskan, tingkat inflasi tahunan pada 2021 mencapai 1,87 persen, meski meningkat dari 1,68 persen pada 2020, namun masih jauh berada di bawah target yang ditetapkan Bank Indonesia sekitar 3 persen. Rendahnya tingkat inflasi tahun 2021 dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum sepenuhnya pulih sebagai dampak pandemi Covid-19. Tingkat inflasi ini mayoritas didorong oleh kenaikan harga bahan pangan atau kelompok inflasi volatile food.
Tahun ini, menurut Budi akan menjadi tahun inflasi global, termasuk bagi Indonesia. Berbagai negara maju mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi, bahkan ada yang masuk tahap terlalu tinggi dan mayoritas didorong oleh kenaikan harga energi serta komoditas. “Namun, di Indonesia tidak akan terjadi hal serupa, karena Indonesia memiliki berbagai skema subsidi terkait dengan harga energi,” ujar dia.
Bahkan, tren kenaikan inflasi yang masih stabil ini bisa menjadi indikator bahwa pemulihan ekonomi Indonesia sedang berjalan. Sisi positif yang dapat dijadikan peluang dari tren kenaikan inflasi di 2022 adalah di pasar saham. Meski di satu sisi, naiknya angka inflasi akan berpengaruh kepada daya beli masyarakat, namun, di sisi lain para produsen dan emiten di beberapa sektor dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki margin usaha dengan menaikan harga jual produk mereka. Sehingga akan berpengaruh kepada pasar saham berkat kinerja emiten yang membaik seiring terkontrolnya tingkat inflasi.
“Kami perkirakan selama 2022, tingkat inflasi akan terjaga di level 3 persen. Kami melihat Bank Indonesia (BI) mampu mengendalikan inflasi dengan tools moneter-nya. Saat ini BI masih mempertahankan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen, yang berarti BI masih memiliki ruang yang cukup untuk melakukan kebijakan untuk mengontrol laju inflasi agar tetap berada dalam kisaran target,” ujar Budi.
Budi menambahkan sangat terbuka kemungkinan BI akan meningkatkan suku bunga acuan saat inflasi bergerak naik. Namun, kami memperkirakan BI berpotensi baru akan mulai menaikkan suku bunga di semester kedua 2022 sebanyak dua kali dengan besaran 25 basis poin (bps) untuk mengantisipasi kenaikan inflasi domestik.
Dengan demikian, Bahana TCW memproyeksikan reksadana sahamakan menjadi instrumen paling menarik selain reksadana pasar uangyang akan kembali memberikan rate yang menarik seiring kenaikan suku bunga acuan BI. Sedangkan reksadana obligasi atau reksadana pendapatan tetap diperkirakan akan memberikan return single digit, lebih rendah dibandingkan 2020 dan 2021.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini}
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.