Direktur Bahana TCW, Budi Hikmat : Dua Faktor Bisa Dongkrak IHSG Tembus 7.300
Sentimen yang mempengaruhi di antaranya meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia yang akan berlanjut tahun ini
Sentimen yang mempengaruhi di antaranya meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia yang akan berlanjut tahun ini
Bareksa.com – PT Bahana TCW Investment Management memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun ini bisa mencapai level 7.300. Sentimen yang mempengaruhinya adalah meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia yang akan berlanjut tahun ini.
Kepala Ekonom Bahana TCW Budi Hikmat menjelaskan, di tengah situasi global yang masih dipenuhi oleh sentimen kurang baik, IHSG masih menunjukkan tren positif dan nilai tukar rupiah yang mampu bertahan di tengah tekanan eksternal. Pada penutupan transaksi Jumat (18/2), IHSG ditutup naik 0,84 persen ke 6.892,81 yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
“Kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia semakin membaik di awal tahun ini. Terlihat dari selama periode 50 hari pertama 2022, IHSG sudah mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88 persen. Ini merupakan awalan yang bagus dan kami proyeksikan masih akan berlanjut mengingat sejumlah capaian positif dari domestik masih akan terus bermunculan. Capaian positif ini yang akan mendorong kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan nasional. Kami memproyeksikan IHSG di akhir 2022 terus naik hingga mencapai level 7.300,” ujar Budi dalam keterangannya, Kamis (24/2).
Promo Terbaru di Bareksa
Dua Faktor Penopang IHSG
Setidaknya ada dua hal utama yang mendorong penguatan kinerja IHSG ke depan. Pertama, Budi menyampaikan, perbaikan ekonomi pasca Pandemi Covid-19 terus berlanjut. Perbaikan fundamental ini merupakan hasil dari stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), berbagai insentif pajak, serta kebijakan akomodatif oleh BI yang telah berjalan sejak awal pandemi.
Pemulihan ekonomi domestik yang kuat tercermin dari kembalinya daya beli masyarakat. Per Desember 2021, pertumbuhan uang beredar sebesar 22,98 persen secara tahunan. Pemulihan yang terus berlanjut turut didukung oleh neraca perdagangan yang membaik. Bank Indonesia (BI) menyampaikan neraca transaksi berjalan berhasil mencetak surplus pada 2021 lalu US$3,3 miliar atau setara Rp47 triliun. Ini merupakan surplus pertama setelah mencatatkan defisit beruntun selama sembilan tahun terakhir.
Naiknya harga komoditas sejak 2021 lalu diproyeksi akan berdampak pula pada kinerja emiten yang akan mendorong earnings levels. Secara rata-rata di tahun ini akan ada peningkatan earnings sebesar 17,19 persen yang akan mendorong IHSG ke level 7.300 atau tumbuh 11 persen dari akhir 2021 lalu.
Kemudian, kedua, kepercayaan investor asing yang mulai terjaga yang membawa dana asing masuk ke pasar keuangan nasional sejak kuartal IV-2021. Perbaikan fundamental dipersepsikan positif oleh investor asing meski posisi dana masuk asing belum seperti saat masa commodity boom. Namun, momentum ini bisa diartikan sebagai titik awal kembalinya kepercayaan investor asing ke pasar saham Indonesia.
Tahun Harvesting
Budi mengatakan, investor asing melihat ekonomi tahun ini dan tahun-tahun mendatang sebagai tahun harvesting dari apa yang dilakukan pemerintah sejak 2014 lalu. Sejak 2014 lalu, pemerintah telah memulai berbagai proyek infrastruktur strategis nasional secara masif dan mulai 2019 lalu pemerintah secara serius memperbaiki regulasi guna mendukung kemudahan investasi di dalam negeri, salah satunya melalui omnibus law.
Saat ini, pasar melihat bahwa apa yang sudah dilakukan pemerintah sejak 2014 tersebut sudah mulai menunjukkan hasilnya.
“Saat ini pelaku pasar utamanya asing melihat Indonesia mulai terlihat memiliki karakter ekonomi yang jelas. Saat ini terlihat Indonesia sebagai negara manufaktur dengan kebijakan peningkatan nilai tambah sejumlah komoditas alam dan tidak hanya berorientasi menjual bahan mentah, contohnya produksi nikel, baja dan lain-lain. Jadi, masuknya asing ke pasar saham Indonesia lebih disebabkan oleh tingkat kepercayaan pasar kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Dengan kata lain, kepercayaan pelaku pasar asing kembali tumbuh karena mereka mengapresiasi arah pembangunan ekonomi Indonesia,” tutup Budi.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.