Kembali Bangkit, NAB Reksadana Pekan Kedua April 2020 Naik Jadi Rp480,7 Triliun
Jumlah produk reksadana dan unit penyertaan beredar juga naik
Jumlah produk reksadana dan unit penyertaan beredar juga naik
Bareksa.com - Setelah anjlok signifikan pada akhir Maret 2020 akibat gejolak pasar modal tertekan wabah corona, nilai aktiva bersih atau dana kelolaan (AUM) industri reksadana nasional kembali naik pada 9 April 2020.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, NAB reksadana pada 9 April 2020 senilai Rp480,7 triliun atau bertambah sekitar Rp8 triliun dibandingkan akhir Maret 2020 yang sebesar Rp472,7 triliun. Kenaikan NAB seiring bertambahnya jumlah produk reksadana jadi 2.213 produk pada 9 April dari 2.196 produk pada akhir Maret 2020, dan jumlah unit penyertaan beredar juga bertambah jadi 413,06 miliar dari sebelumnya 408,56 miliar.
Meski begitu NAB reksadana masih di bawah Rp500 triliun. Sejak 2018, sejatinya AUM reksadana sudah tembus Rp505 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : OJK
Berdasarkan jenisnya, untuk reksadana konvensional kenaikan NAB dibukukan oleh reksadana saham dari sebelumnya Rp90,83 triliun pada Maret 2020 jadi Rp93,44 triliun per 9 April 2020. Kemudian reksadana pasar uang juga membukukan kenaikan NAB dari sebelumnya Rp54,68 triliun per Maret 2020 jadi Rp58,04 triliun pada 9 April.
Penurunan AUM justru dicatatkan reksadana pendapatan tetap dari sebelumnya Rp108,13 triliun jadi Rp107,98 triliun, reksadana campuran dari Rp23,76 triliun jadi Rp23,68 triliun, dan reksadana indeks dari Rp108,13 triliun jadi Rp107,98 triliun.
Sementara untuk reksadana terproteksi dan ETF sama-sama membukukan kenaikan tipis.
Sumber : OJK
Untuk jenis reksadana syariah, kenaikan NAB juga dicatatkan reksadana saham dari sebelumnya Rp4,17 triliun jadi Rp4,26 triliun, pasar uang dari Rp6,13 triliun jadi Rp6,92 triliun, campuran dari Rp1,01 triliun jadi Rp1,02 triliun, indeks dari Rp0,11 triliun jadi Rp0,12 triliun, dan terproteksi dari Rp30,7 triliun jadi Rp30,74 triliun.
Adapun reksadana pendapatan tetap syariah mencatatkan NAB turun tipis dari Rp5,68 triliun pada Maret 2020 jadi Rp5,67 triliun pada 9 April 2020.
Untuk diketahui, AUM reksadana nasional Maret 2020 anjlok signifikan akibat tekanan wabah corona di pasar modal. Seiring penurunan dana kelolaan industri reksadana pada bulan lalu, pandemi COVID-19 juga memukul pasar keuangan global termasuk Indonesia, juga berdampak negatif terhadap kinerja reksadana Tanah Air.
Berdasarkan data Bareksa, tiga dari empat jenis reksadana mencatatkan kinerja negatif sepanjang bulan lalu. Indeks reksadana saham menjadi yang terburuk dengan anjlok 14,71 persen MoM, disusul oleh indeks reksadana campuran yang merosot 9,08 persen MoM, dan indeks reksadana pendapatan tetap yang terkoreksi 3,33 persen MoM.
Sumber: Bareksa
Hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu bertahan pada bulan lalu dengan penguatan 0,12 persen MoM. Hal ini menandakan jenis reksadana ini paling defensif dan stabil di tengah sentimen negatif yang ada.
Reksadana ialah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana juga diartikan, sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi.
Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.
Sebaiknya, jenis reksadana yang dipilih bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika kita kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Namun, jika kita cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Sementara jika kita cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
Selalu sesuaikan instrumen investasi dengan profil risiko dan target investasi kamu.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.