Manulife Investment Prediksi Dampak Virus Corona Masih Bersifat Jangka Pendek
Dampak penyebaran virus corona belum berdampak pada outlook ekonomi jangka panjang
Dampak penyebaran virus corona belum berdampak pada outlook ekonomi jangka panjang
Bareksa.com - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai penyebaran virus COVID-19 atau virus corona, berpotensi untuk memberi dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global dalam jangka pendek. Dengan adanya pabrik tutup, karantina dan berbagai usaha pencegahan penyebaran virus lain, menjadikan aktivitas ekonomi menjadi lebih terbatas.
Andrian Tanuwijaya, Portofolio Manager – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyatakan salah satu sektor utama yang terdampak adalah sektor pariwisata dan turunannya yang terpukul oleh menurunnya jumlah turis. Namun, kekhawatiran terbesar terhadap perekonomian global adalah dari disrupsi terhadap supply chain dengan ditutupnya pabrik-pabrik di China yang berperan penting dalam sistem supply chain global.
Ia menyatakan, Manulife AM berekspektasi dengan meredanya penyebaran virus maka aktivitas ekonomi akan kembali normal. Di sisi lain, ekonomi domestik juga diperkirakan dapat terkena imbas negatif secara jangka pendek dari efek penyebaran virus ini, walaupun dampaknya akan lebih minim.
Promo Terbaru di Bareksa
"Perekonomian Indonesia sangat berorientasi domestik, sehingga dampak terhadap Indonesia akan relatif terbatas dibandingkan dengan negara–negara lain yang jauh lebih tergantung terhadap ekspor dan pariwisata," kata Andrian dalam keterangan tertulis yang diterima Bareksa, Senin (9/2/2020).
Untuk Indonesia, ia melanjutkan, kontribusi net ekspor hanya sekitar 1 persen dari total produk domestik bruto (PDB) dan pariwisata menyumbang kurang dari 2 persen dari total PDB, jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Selain dari sektor pariwisata, sejauh ini aktivitas ekonomi di Indonesia masih berjalan normal, belum ada penutupan pabrik atau karantina besar-besaran yang membatasi aktivitas ekonomi.
Ia berpendapat, sektor manufaktur Indonesia memang membutuhkan pasokan barang setengah jadi dari China, namun secara keseluruhan hanya 27 persen sumber impor barang setengah jadi Indonesia berasal dari China dan perusahaan juga masih memiliki persediaan untuk menjalankan aktivitas produksi.
"Dalam pandangan kami dampak dari penyebaran virus ini masih bersifat jangka pendek dan belum berdampak pada outlook ekonomi jangka panjang. Selain dari sektor pariwisata, disrupsi pada sektor lain di ekonomi berpotensi untuk membaik ketika penyebaran virus sudah mereda," kata Andrian.
Lebih lanjut ia menyampaikan rencana pembelian atau investasi yang tertunda karena adanya penyebaran virus, akan dapat direalisasikan setelah penyebaran virus mereda. "Sehingga ada potensi ekonomi rebound setelah penyebaran virus tuntas," imbuhnya. Ia melanjutkan, hal inilah yang terjadi pada epidemik SARS di 2003, di mana aktivitas ekonomi rebound setelah penyebaran SARS mereda di bulan April 2003.
"Karena itu kami berpendapat bahwa dampak negatif dari virus COVID-19 terhadap ekonomi bersifat sementara, atau short-term disruption, not destruction," ucap Andrian.
Sejauh ini, ia melanjutkan, Manulife AM optimistis penyebaran virus ini dapat dibatasi, didukung oleh respons pemerintah global yang cepat, terkoordinasi, serta edukasi pada publik untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Andrian mengatakan, setiap epidemi selalu mengikuti tiga tahap, yaitu eskalasi (jumlah kasus meningkat tajam), stabilisasi (jumlah peningkatan kasus stabil dan mulai menurun) dan de-eskalasi (jumlah kasus menurun tajam).
Menurut dia, positifnya adalah saat ini jumlah kasus di China sudah berkurang, mengindikasikan dengan proses karantina yang efektif dan terorganisir penyebaran virus dapat dibendung.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.