IHSG Menguat Tipis, Reksadana Berbasis Saham Dominasi Return Harian

Bareksa • 12 Feb 2020

an image
Pekerja berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020). Pada awal perdagangan pertama tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,22 persen atau 13,59 poin di level 6.313,13. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Kinerja bursa saham domestik masih dihantui sentimen dampak virus corona

Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air mengalami pergerakan yang cukup mengecewakan pada perdagangan kemarin. Meskipun bisa selamat dari zona merah, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup hanya dengan penguatan tipis 0,04 persen ke level 5.954,4 pada perdagangan Selasa (11/02/2020).

Padahal, kemarin IHSG sempat menguat hingga 0,46 persen di level tertinggi hariannya, sebelum akhirnya berangsur-angsur turun hingga sempat merasakan zona merah, namun akhirnya masih mampu menempatkan diri di zona hijau.

Kinerja bursa saham domestik masih dihantui sentimen dampak virus corona yang membuat IHSG belum mampu bergerak banyak. Melansir CNBC International, hingga Senin (10/02/2020) sebanyak 1.016 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 42.000.

Hasil riset Standard & Poor's (S&P) menyebutkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6 persen, maka virus corona akan memangkasnya menjadi 4,8 persen saja.

Untuk diketahui, pada 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh 6,1 persen, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6 persen pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

Bahkan teranyar, Pemerintah China telah melarang operasi pabrik otomotif di Wuhan hingga Senin (17/2/2020) karena wabah virus corona yang semakin banyak memakan korban jiwa.

Hal ini berpotensi membuat rantai pasok industri otomotif di dunia menjadi tersendat. Sejumlah pabrikan otomotif yang terdampak langsung dari kebijakan tersebut karena operasinya yang ada di kota Wuhan yakni: General Motors (GM), Nissan, Renault, Honda, dan PSA Grup (Peugeot).

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada hari ini Selasa (11/02/2020) mengumumkan penjualan eceran (retail sales) pada bulan Desember turun 0,5 persen.

Pada kuartal IV 2019, penjualan ritel tumbuh 1,5 persen YoY, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 1,4 persen YoY. Peningkatan pertumbuhan itu ditopang oleh penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, serta kelompok suku cadang dan aksesori yang tetap tinggi.

"Tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam enam bulan mendatang (Juni 2020) diprakirakan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 6 bulan yang akan datang sebesar 166, lebih rendah dari 177,8 pada bulan sebelumnya. Menurunnya harga pada bulan Juni diprakirakan karena kembali normalnya harga pasca Ramadan dan HBKN Idul Fitri," lanjut keterangan BI.

Reksadana Berbasiskan Saham Dominasi Imbal Hasil Harian

Di sisi lain, kondisi IHSG yang hanya mampu menguat tipis nyatanya turut berdampak positif terhadap kinerja reksadana yang berbasiskan saham dalam portofolionya.


Sumber: Bareksa

Berdasarkan data reksadana yang dijual di Bareksa, 10 besar reksadana dengan imbal hasil (return) harian tertinggi dihuni oleh produk jenis reksadana saham dan campuran, dengan return berkisar 0,39 persen hingga 0,94 persen.

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut, nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.

Jenis reksadana yang dipilih, bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker, atau low-risk taker. Jika kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.

Sementara jika cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Jika cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).

Perlu diketahui soal reksadana, selain aman karena diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana juga berpotensi memberikan imbal hasil optimal, bukan objek pajak, serta sangat berpeluang bisa mengalahkan angka inflasi.

Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu ya.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.