Mengenali Karakter Profil Risiko Konservatif : Investor yang Tak Suka Risiko
Profil risiko investor juga harus disesuaikan dengan jenis reksadana untuk kenyamanan berinvestasi
Profil risiko investor juga harus disesuaikan dengan jenis reksadana untuk kenyamanan berinvestasi
Bareksa.com - Sebagai seorang investor maupun calon investor, mengenali profil risiko adalah hal penting yang harus diketahui sebelum melakukan investasi. Mengapa? Sebab profil risiko ini akan sangat menentukan produk investasi yang paling sesuai untuk kita pilih, berdasarkan tingkat imbal hasil (return) yang diharapkan dengan seberapa besar toleransi tingkat risiko yang dapat kita tanggung.
Sesuai dengan prinsip investasi, tingkat risiko yang berani kita ambil ini akan berbanding lurus dengan potensi return yang diharapkan, atau istilah umumnya “high risk, high return.” Istilah itu bermakna apabila semakin tinggi risiko yang dapat ditanggung oleh seseorang, maka akan semakin besar pula keuntungan yang diharapkannya.
Memahami profil risiko sangat penting untuk investasi reksadana. Seperti diketahui, reksadana terdiri dari berbagai jenis aset di dalam portofolionya. Aset-aset tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dari sisi keuntungan maupun risikonya. Maka dari itu, jenis reksadana sangat bergantung pada isi asetnya. Profil risiko investor juga harus disesuaikan dengan jenis reksadana untuk kenyamanan berinvestasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Mengenal Investor Konservatif
Salah satu jenis profil risiko yang ada yaitu investor dengan kategori konservatif, yakni yang memiliki tingkat penerimaan risiko paling rendah, atau bahkan ada yang menyebutnya sebagai risk averse investor alias investor yang tidak senang risiko.
Risiko berinvestasi sering dimaknai sebagai adanya potensi kerugian. Namun sejatinya, risiko investasi berkaitan dengan ketidakpastian imbal hasil.
Mengapa investor konservatif menyukai investasi pada deposito dan tidak menyukai investasi pada saham?
Karena imbal hasil deposito sudah dapat dipastikan (dijamin) dan diketahui di awal, semisal sekian persen. Sementara investasi saham tidak bisa dipastikan imbal hasilnya, karena memang sifatnya yang tidak pasti. Hal itu karena adanya fluktuasi harga saham yang bisa naik turun setiap saat. Ketidakpastian akibat fluktuasi harga inilah yang memungkinkan seorang mengalami potensi kerugian.
Bagi investor konservatif, tujuan utama berinvestasi umumnya ada dua. Pertama, untuk menjaga keamanan modal yang ditanamkan. Mereka tidak masalah dengan imbal hasil yang rendah, asal tidak sampai merugi.
Kedua, mereka lebih mengutamakan pendapatan (income) yang tetap daripada peningkatan nilai investasi. Pendapatan yang tetap seperti bunga deposito atau kupon obligasi yang dibayarkan secara berkala, menjadi pertimbangan utama mereka dalam memilih investasi.
Investor konservatif biasanya terdiri dari mereka yang memiliki akumulasi kekayaan dan ingin melindungi nilai kekayaan tersebut agar tidak berkurang. Kelompok lain, mereka yang harus memanfaatkan pendapatan berkala (hasil bunga atau bagi hasil deposito/obligasi) dari akumulasi dana yang sudah ditempatkan, misalnya dari pesangon atau dana pensiun, untuk biaya hidup.
Seseorang bisa juga masuk dalam kategori investor konservatif karena kurang pengetahuan tentang konsep profil potensi imbal hasil dan risiko investasi serta karakteristik suatu instrumen investasi.
Banyak kasus ketika seseorang mau belajar lebih banyak dan bisa memahami tentang karakteristik setiap instrumen investasi, maka tingkat penerimaan risiko mereka meningkat. Tapi, bukan berarti setiap orang harus belajar meningkatkan kategorinya, karena menjadi investor konservatif juga sebuah pilihan, terlepas dari tingkat pengetahuan seseorang.
Adapun instrumen investasi yang cocok untuk investor dengan profil ini seperti tabungan, deposito dan reksadana pasar uang.
Instrumen lain seperti reksadana pendapatan tetap atau obligasi pemerintah juga dapat menjadi alternatif pilihan investor berprofil risiko ini. Sebab, kedua aset tersebut berpotensi menghasilkan imbal hasil lebih tinggi dengan risiko yang relatif rendah dalam jangka menengah hingga panjang.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,01 | 0,33% | 4,11% | 7,65% | 8,53% | 19,56% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,34 | 0,43% | 4,30% | 7,08% | 7,44% | 3,35% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.081,79 | 0,60% | 4,03% | 7,28% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.848,01 | 0,56% | 3,87% | 6,86% | 7,41% | 17,86% | 40,92% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.277,12 | 0,87% | 3,97% | 6,86% | 7,35% | 20,27% | 35,71% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.