Suku Bunga Acuan BI Turun, Pilih Reksadana Saham atau Pendapatan Tetap?
Ketika suku bunga acuan turun, maka secara teori akan berdampak positif bagi instrumen obligasi dan saham
Ketika suku bunga acuan turun, maka secara teori akan berdampak positif bagi instrumen obligasi dan saham
Bareksa.com - Setelah bertahan selama kurang lebih 8 bulan, Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan pada tanggal 17-18 Juli 2019 akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan dari level 6 persen ke level 5,75 persen.
Sehubungan dengan hal tersebut, kira-kira mana instrumen investasi yang lebih menarik bagi investor? Pilih reksadana berbasis saham atau reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi?
Sekadar informasi, suku bunga acuan atau secara akademis dikenal dengan istilah risk free (Rf) alias imbal hasil bebas risiko, di mana jika Rf mengalami penurunan, maka secara teori akan berdampak positif bagi instrumen obligasi dan saham.
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk obligasi, berlaku teori dimana jika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik. Kemudian sebaliknya jika suku bunga naik,maka harga obligasi akan turun.
Sedangkan untuk saham, suku bunga biasanya digunakan sebagai komponen untuk menghitung valuasi harga wajar dalam perhitungan faktor pendiskon yang menggunakan capital asset pricing model (CAPM).
Semakin rendah Rf, maka harga wajar suatu saham akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi Rf, maka valuasi harga wajar suatu saham akan semakin rendah.
Jadi secara teori, dapat disimpulkan bahwa penurunan suku bunga acuan oleh BI akan berdampak positif baik bagi reksa dana saham maupun reksadana pendapatan tetap. Meskipun demikian, dalam prakteknya terkadang tidak selalu sejalan.
Sebagai contoh, sejak suku bunga diumumkan turun pada tanggal 18 Juli yang lalu hingga tanggal 25 Juli 2019, IHSG nyaris tidak berubah dengan minus 0,03 persen dan Indeks Obligasi turun sekitar 0,27 persen.
Suku bunga acuan memang menjadi salah satu faktor, tapi bukan satu-satunya faktor, masih banyak faktor lain yang menggerakkan pasar saham maupun obligasi.
Untuk obligasi, bisa dikatakan suku bunga acuan merupakan faktor yang dominan, sebab obligasi memiliki waktu jatuh tempo dan besaran kupon yang sudah pasti.
Sedangkan untuk saham agak berbeda. Saham merupakan instrumen yang tidak memiliki waktu jatuh tempo, besaran dividennya juga bervariasi tergantung laba perusahaan dan kebijakan pemegang saham mayoritas.
Di luar faktor suku bunga, harga saham juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti fundamental kinerja perusahaan, prospek bisnis ke depan, dan sentimen dari investor lokal dan asing. Karena dipengaruhi sentimen, terkadang yang namanya saham juga bisa salah harga. Jika sentimen terlalu positif, maka harga saham naik terlalu tinggi di atas harga wajarnya.
Sebaliknya jika sentimen terlalu negatif, maka harga saham bisa turun jauh di bawah harga wajarnya. Baik untuk reksa dana saham ataupun reksadana pendapatan tetap, idealnya investasi dilakukan ketika harga atau valuasinya masih murah atau target returnnya masih belum tercapai.
Pilihan Reksadana
Dalam konteks pemilihan reksadana setelah suku bunga acuan diumumkan turun, faktor valuasi yang menarik bisa dilihat dari kinerja historis dari reksa dananya. Sejak awal tahun hingga 25 Juli 2019, indeks reksadana pendapatan tetap Bareksa mencatatkan kenaikan 6,95 persen year to date (YtD).
Sementara indeks reksadana saham Bareksa justru masih negatif 0,05 persen YtD, dan IHSG yang merupakan representasi dari pasar saham Indonesia baru mencatatkan kenaikan 3,56 persen YtD.
Menurut analisis Bareksa, untuk tahun 2019 reksadana pendapatan tetap berpeluang memberikan tingkat return dalam kisaran 8 - 10 persen. Dibandingkan kinerja yang sudah terjadi, masih terdapat peluang untuk naik antara 1,05 persen hingga 4,7 persen.
Sedangkan untuk IHSG, harga wajar tahun 2019 diperkirakan dalam kisaran 7.000 – 7.200. Per tanggal 25 Juli 2019, IHSG berada di level 6.401 sehingga masih berpeluang memberikan kenaikan antara 9,36 – 12,48 persen.
Berdasarkan informasi di atas, walaupun suku bunga bukan merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap kinerja reksadana saham, mengingat potensi kenaikan pada tahun 2019 lebih tinggi, reksadana saham juga dapat dipertimbangkan sebagai pilihan instrumen investasi yang menarik.
Tentu, investasi reksadana juga mengandung risiko. Kinerja masa lalu juga tidak menjamin akan terulang pada masa yang akan datang. Investor perlu memahami hal tersebut ketika memutuskan untuk berinvestasi di reksadana.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Mau tahu lebih lanjut mengenai reksadana pendapatan tetap? Yuk langsung saja buka Bareksa.com atau kunjungi channel Youtube kami di sini.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.