Kerusuhan Aksi 22 Mei Tekan Pasar Modal, Reksadana Ini Masih Untung

Bareksa • 23 May 2019

an image
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Jakarta, Selasa (14/5/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Reksadana saham yang membukukan return positif dalam 1 hari terakhir dan 1 bulan terakhir

Bareksa.com - Sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil rekapitulasi pemilihan presiden dan pemilihan legislatif pada Selasa dini hari, aksi demonstrasi berlangsung terus-menerus hingga 22 Mei 2019 yang menimbulkan korban luka-luka dan korban jiwa.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang setelah pengumuman rekapitulasi tersebut sempat menguat 0,75 persen ke 5.952,37, harus kembali terperosok 0,2 persen ke level 5.939,64 pada 22 Mei.

Direktur PT Panin Aset Manajemen Rudiyanto menjelaskan kericuhan yang terjadi dalam dua hari terakhir hanya bersifat sementara dan tidak akan berdampak signifikan terhadap IHSG.

"Efek seperti ini kecuali berkepanjangan, biasanya tidak berdampak (signifikan) terhadap IHSG karena sifatnya hanya sementara saja," ujar dia kepada Bareksa.com, Kamis (23/5).

Apalagi, aparat polisi dan TNI menangani hal ini dengan baik sehingga efek lanjutan dari kericuhan ini tidak akan berkepanjangan.

Kiwoom Sekuritas dalam risetnya juga menilai masih adanya kekhawatiran investor asing terhadap pasar Indonesia akibat aksi demonstrasi yang berlangsung dalam 2 hari terakhir. Aksi ini sebelumnya sempat menekan IHSG karena menurunnya aktivitas perdagangan di pasar modal.

Chief Economist and Director PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengungkapkan investor memang masih tahap wait and see terhadap pasar Indonesia. Selain mengantisipasi risiko rusuh, investor juga menunggu info reshuffle kabinet yang akan mendukung daya saing dan foreign direct investment.

Hal ini menyebabkan, valuasi saham menjadi minus alias menjadi murah sehingga reli akan terjadi di obligasi terlebih dahulu baru di saham.

Melemahnya IHSG ini tentunya berdampak signifikan terhadap kinerja reksadana saham. Berdasarkan data Bareksa, IHSG dalam sebulan terakhir merosot sekitar 7,4 persen.

Hal ini menyebabkan 36 reksadana saham yang terdapat di Bareksa membukukan return yang lebih rendah di bawah IHSG, bahkan ada yang minus hingga 13,34 persen.

Namun, masih ada 3 reksadana saham yang masih membukukan imbal hasil positif dalam sebulan terakhir, yakni Sucorinvest Sharia Equity Fund, Sucorinvest Maxi Fund dan Narada Saham Indonesia. Ketiga reksadana saham ini membukukan imbal hasil masing-masing 3,47 persen, 0,29 persen dan 0,06 persen.


Sumber Bareksa

Adapun dalam perdagangan sehari kemarin, ketika aksi massa tolak hasil pilpres sedang ricuh dan IHSG ditutup tertekan 0,2 persen, reksadana yang berhasil mencetak return teringgi di antaranya reksadana campuran Syailendra Balanced Opportunity return 2,09 persen, reksadana saham Aurora Dana Ekuitas 1,55 persen, dan reksadana campuran Cipta Dinamika 0,99 persen.


Sumber : Bareksa

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.