Pasar Naik Turun, Ini Cara Tetap Untung Investasi Reksadana
Syailendra menilai dollar cost averaging (DCA) adalah solusi investasi yang elegan
Syailendra menilai dollar cost averaging (DCA) adalah solusi investasi yang elegan
Bareksa.com - Dalam berinvestasi di pasar modal, investor mau tidak mau memperhatikan pergerakan pasar saham yang bisa naik turun dalam waktu cepat alias volatil. Dollar cost averaging (DCA) adalah strategi paling optimal untuk meraih keuntungan (return) dalam investasi saham dan berbasis saham, seperti reksadana saham, meski harus menghadapi volatilitas pasar.
Syailendra Capital menjelaskan bahwa Dollar Cost Averaging (DCA) adalah strategi investasi jangka panjang dengan cara berinvestasi secara berkala atau rutin. DCA mengandalkan pengoptimalan biaya (cost) rata-rata investasi dalam jangka panjang, berbeda dengan strategi timing the market yang mengutamakan keahlian investor menentukan bottom (titik terbawah) pergerakan pasar dan masuk dalam jumlah besar. Strategi DCA juga cocok untuk investor yang memiliki modal sedikit tetapi rutin berinvestasi.
"DCA sangat cocok digunakan untuk strategi investasi jangka panjang yang mengutamakan objektif akhir investasi dan bukan keuntungan jangka pendek," tulis Syailendra dalam Market Insight 8 Desember 2020.
Promo Terbaru di Bareksa
Berdasarkan riset Syailendra, investasi dengan DCA memberikan kinerja yang cenderung lebih baik dibandingkan melakukan timing pasar (sekali masuk jumlah besar) dalam jangka panjang. Hal ini terutama disebabkan oleh sulitnya mencari waktu ketika pasar di level terendah atau melakukan bottom timing (strategi buy dip) di pasar saham.
Dalam risetnya, Syailendra membuat simulasi dengan tiga model yaitu DCA, Buy Dip Sell 3 Months dan Buy Dip Sell when Positive. Dalam model DCA, investasi senilai Rp1 juta ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 3 persen lebih dalam sebulan, dan Rp5 juta ketika IHSG turun 5 persen lebih dalam sebulan.
Kemudian, dalam model Buy Dip Sell 3 Months, investasi dilakukan ketika IHSG turun dalam 1 bulan dan jual 3 bulan setelahnya. Sedangkan dalam model Buy Dip Sell when Positive, investasi ketika IHSG turun dalam 1 bulan dan jual pada bulan terdekat ketika mencatatkan untung.
"Dari simulasi tiga model tersebut, strategi DCA cenderung memberikan hasil investasi dan posisi NAV yang lebih baik dibandingkan dua strategi timing the market dalam 10 tahun terakhir," tulis Syailendra.
Strategi DCA menjamin investor reksadana dapat menikmati hari-hari terbaik pasar tanpa perlu khawatir memikirkan waktu terbaik untuk beli dan jual. Hari-hari di mana IHSG mencatatkan kinerja lebih dari 3 persen jarang terjadi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun demikian, tanpa hari-hari ini IHSG akan mencatatkan kinerja negatif.
Berkaitan dengan biaya, Syailendra juga menunjukkan bahwa strategi timing the market sangatlah mahal. Melakukan timing the market dapat menyebabkan investor membayar mahal untuk subscription dan redemption fees untuk reksadana.
"Dalam simulasi 10 tahun kami, biaya sub-redeem dapat mengurangi 21-23 persen kinerja investasi dengan melakukan strategi buy dip, sementara fee hanya mengurangi 1 persen dari kinerja DCA," kata Syailendra.
Sebagai informasi, IHSG menjadi acuan untuk investasi berbasis saham seperti reksadana saham dan reksadana indeks saham. Investasi di pasar saham disarankan untuk investor agresif dengan tujuan investasi jangka panjang.
(Hanum Kusuma Dewi)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.