Pelaku Industri Sistem Pembayaran Bergeser, OVO Pimpin Pasar Uang Elektronik di 2019
BCA masih jadi pemimpin pangsar industri sistem pembayaran dengan market share 23 persen
BCA masih jadi pemimpin pangsar industri sistem pembayaran dengan market share 23 persen
Bareksa.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng menyatakan terjadi pergeseran pelaku usaha sistem pembayaran di Indonesia sejak industri financial technology mulai marak di Indonesia. Jika pada 2015, pemimpin pasar sistem pembayaran didominasi oleh perbankan. Namun pada 2019, fintech dompet digital mulai menggeser dan berada di jajaran teratas.
Dalam materi paparan Sugeng terungkap. secara berurutan urutan pertama hingga kelima ditempati BCA, Bank BRI, Bank Mandiri, BNI dan CIMB Niaga menguasasi sistem pembayaran menggunakan kartu anjungan tunai mandiri (ATM). Posisi ini sama untuk tahun 2015 dan 2019. Untuk transaksi kartu kredit pada 2015 dikuasai oleh BCA, Citibank, Bank Mandiri Bank Mega dan Bank BNI. Pada 2019, posisinya sedikit bergeser, di mana BCA masih di urutan pertama, kemudian disusul Bank Mandiri. CIMB Niaga, BNI dan Bank Mega.
Pelaku Industri Sistem Pembayaran
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : materi paparan Deputi Gubernur BI, Sugeng
Pergeseran mencolok di segmen uang elektronik. Pada 2015, pasar uang elektronik diukasai Bank Mandiri dengan share 20 persen, kemudian disusul BCA dan XL Axiata yang masing-masing menggenggam pangsa 19 persen, serta Bank BRI dan Telkomsel yang masih masing-masing memegang market share 10 persen.
Kemudian pada 2019, OVO jadi pemimpin pasar uang elektronik dengan share 20 persen. Kemudian di posisi kedua Bank Mandiri dan Gopay di posisi ketiga dengan masing-masing share 19 persen. Di posisi empat dan lima ada Dana dan BCA dengan market share masing-masing 10 persen.
Secara total market share sistem pembayaran Indonesia baik untuk ATM, kartu kredit dan uang elektronik pada 2015 dikuasai oleh BCA dengan market share 30 persen, disusul Bank BRI (22,2 persen), Bank Mandiri (19,8 persen), BNI (9,5 persen) CIMB Niaga (1,6 persen). Permata Bank (1,1 persen), XL Axiata dan OCBC NISP (0,9 persen), serta Bank Mega dan Bank Danamon masing-masing 0,8 persen.
Namun pada akhir 2019, peta pelaku industri sistem pembayaran berubah. BCA masih jadi pemimpin pangsar dengan share 23 persen, disusul Bank Mandiri dan BRI yang masing-masing menguasai market share 16 persen. Di posisi empat ditempati OVO dengan share 9 persen, kemudian Gopay di urutan kelima dengan share 8,4 persen. Keenam hingga 10 ditempati BNI (8 persen), Dana (4,6 persen), LinkAja (2,5 persen), Shopee (1,6 persen) dan CIMB Niaga (0,9 persen).
Pelaku Industri Sistem Pembayaran
Sumber : materi paparan Deputi Gubernur BI, Sugeng
"Pada tahun 2015 kita lihat, bank masih mendominasi. Tapi pada akhir 2019, peranan non bank sudah muncul, jadi perkembangannya luar biasa," ujar Sugeng saat berbicara dalam acara peluncuran Indonesia Fintech Society (IFSoc) secara virtual di Jakarta (9/11/2020).
Di sisi lain, kata Sugeng, bank-bank di Indonesia juga cenderung ketinggalan dalam melakukan tranformasi digital. Hal ini tercermin dari survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada awal tahun lalu. Di mana mayoritas perbankan masih berada di kuadran I yakni di pengembangan teknologi informasi. Hanya sebagian kecil yang sudah merambah kuadran II atau digital 1.0, utamanya untuk bank BUKU 3 dan BUKU 4, adapaun untuk kuadran III atau digital 2.0, belum ada bank di Indonesia yang merambahnya.
Sumber : materi paparan Deputi Gubernur BI, Sugeng
"Kuadran I itu seperti kanal ATM, EDC, sedangkan kuadran seperti internet banking dan mobile banking. Namun itu awal tahun lalu, dan saat ini kondisinya sudah banyak berubah. Bank-bank sudah menyadari pentingnya melakukan transformasi digital," Sugeng menjelaskan.
Hal itu terlihat dari inisiatif berbagai bank dalam menawarkan layanan digital banking. Sugeng mencontohkan seperti pada tiga bank besar di Indonesia, transaksi mobile banking tumbuh sangat pesat.
Sumber : materi paparan Deputi Gubernur BI, Sugeng
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.