IHSG Naik Didorong Sentimen Brexit, Namun Asing Terbanyak Lepas 5 Saham Ini
IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatannya
IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatannya
Bareksa.com - Setelah mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu, pasar saham Indonesia berhasil melanjutkan momentum positifnya dengan kembali berakhir di zona hijau serta berakhir di atas level psikologis 6.400 pada perdagangan kemarin.
Performa bursa saham Tanah Air senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga berakhir di zona hijau. Indeks Hang Seng (Hong Kong) menguat 0,15 persen, Indeks Straits Times (Singapura) naik tipis 0,08 persen, dan Indeks Kospi (Korea) bertambah 0,34 persen. Sementara itu, Indeks Shanghai (China) anjlok 1,2 persen dan Indeks Nikkei (Jepang) terkoreksi 0,02 persen.
Sentimen positif yang datang dari Inggris berhasil memicu aksi beli di bursa saham regional. Pada Rabu (13/03/2019) waktu setempat, parlemen Inggris menolak opsi No-Deal Brexit. Dalam pemungutan suara, sebanyak 321 anggota parlemen menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut, sementara sebanyak 278 memberikan dukungannya.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada perdagangan sehari sebelumnya, pelaku pasar saham kawasan Asia dibuat bermain defensif sambil menantikan hasil pemungutan suara tersebut. Hal ini sejatinya wajar. No-Deal Brexit akan membuat aktivitas ekspor-impor Negeri Ratu Elizabeth menjadi tertekan lantaran akan terkena tarif yang lebih mahal.
Sebelumnya, Bank of England yang merupakan bank sentral Inggris telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi. Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Mengingat Inggris merupakan salah satu negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentulah resesi di Inggris akan secara signifikan menekan laju perekonomian dunia.
Memang, ada langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris seandainya No-Deal Brexit terjadi. Melalui kebijakan yang diumumkan kemarin dengan nama "Temporary Tariff Regime", Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal tersebut dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Melalui kebijakan ini, sebanyak 87 persen dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0 persen.
Namun, seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan saja. Jika terjadi, dampak dari No-Deal Brexit tetap akan besar.
Di sisi lain, data ekonomi China yang dirilis kemarin membatasi penguatan bursa saham Benua Kuning. Bahkan, Indeks Shanghai dibuat anjlok karenanya.
Memang, investasi riil China periode Januari hingga Februari 2019 diumumkan tumbuh 6,1 persen jika dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu, seperti dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari konsensus 6 persen.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel periode Januari hingga Februari 2019 tumbuh sebesar 8,2 persen YoY, di atas konsensus 8,1 persen YoY.
Namun, data yang menjadi masalah adalah produksi industri. Sepanjang Januari hingga Februari 2019, produksi industri Negeri Tirai Bambu tercatat hanya tumbuh 5,3 persen YoY, lebih rendah dari konsensus 5,5 persen. Pertumbuhan tersebut menjadi yang terlambat dalam 17 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Lemahnya produksi industri lantas semakin memberi indikasi bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini. Rilis data ekonomi pada hari-hari sebelumnya memang sudah terlebih dulu mengindikasikan hal tersebut.
Kamis, 14 Maret 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,56 persen dengan berakhir di level 6.413,27. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cukup ramai, di mana tercatat 17,25miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi yang hanya Rp9,31 triliun.
Secara sektoral,hampir seluruhnya berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, kecuali hanya sektor konsumer dan perdagangan yang masing-masing melemah 0,51 persen dan 0,1 persen.
Sementara itu, tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni industri dasar (2,03 persen), aneka industri (2,02 persen), dan keuangan (0,91 persen)
Beberapa saham yang menopang kenaikan IHSG kemarin :
1. Saham BMRI (3 persen)
2. Saham BBRI (1,8 persen)
3. Saham ASII (2,5 persen)
4. Saham CPIN (3,4 persen)
5. Saham BBNI (1,7 persen)
Sebanyak 221 saham menguat, 179 saham melemah, dan 139 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp313,44miliar.
Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :
1. Saham TLKM (Rp146,12 miliar)
2. Saham BBCA (Rp90,61 miliar)
3. Saham UNTR (Rp88,74 miliar)
4. Saham JPFA (Rp52,84 miliar)
5. Saham ASII (Rp41,08 miliar)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle yang disertai short lower shadow.
Kondisi tersebut menggambarkan pergerakan IHSG sangat positif karena mampu berakhir di level tertingginya meskipun sempat turun sedikit di bawah level pembukaannya.
Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah berada pada zona hijau sejak awal perdagangan dan cenderung stabil sepanjang sesi pertama meskipun dengan kenaikan yang terbatas,
Memasuki sesi kedua, pergerakan IHSG langsung beranjak naik cukup signifikan hingga akhirnya mampu untuk berakhir pada level tertingginya.
Indikator relative strength index (RSI) terpantau secara perlahan terus bergerak naik, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang sedang berlangsung. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi melanjutkan kenaikannya,
Namun di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup bervariatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan kemarin diharapkan tidak menjadi sentimen negatif yang menghambat laju IHSG pada perdagangan hari ini.
Indeks Dow Jones naik tipis 0,03 persen, kemudian S&P 500 berkurang 0,09 persen, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,16 persen.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.