Saham SKRN Melonjak di Batas Auto Reject, Bagaimana Kinerja Bisnis Superkrane?
Saham SKRN kembali melonjak 50 persen dengan ditutup di level Rp1.310 per saham pada Jumat pekan lalu
Saham SKRN kembali melonjak 50 persen dengan ditutup di level Rp1.310 per saham pada Jumat pekan lalu
Bareksa.com - Harga saham PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) kembali ditutup pada batas auto reject dengan menguat 24,76 persen ditutup di level Rp1.310 per saham pada perdagangan Jumat 12 Oktober 2018.
Kenaikan harga tersebut merupakan kedua kalinya saham SKRN ditutup pada batas auto reject pasca saham ini listing di bursa pada Kamis 11 Oktober 2018. Di mana pada hari itu saham SKRN melonjak 50 persen dengan ditutup di level Rp1.050 per saham.
Emiten yang bergerak dalam bidang jasa penyewaan crane dan alat-alat pendukung heavylifting tersebut menjadi emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) ke 607 dan ke 45 pada tahun 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham SKRN mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) 991 persen atau hampir 11 kali. Hal tersebut menunjukkan tingginya animo investor terhadap saham perseroan.
Direktur Utama Superkrane Mitra Utama, Yafin Tandiono Tan, menyebutkan dalam melaksanakan IPO, perseroan melepas sebanyak-banyaknya 300 juta saham atau 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor, dengan harga pelaksanaan Rp700 per saham. Dengan demikian, perseroan meraup dana Rp210 miliar.
Kegiatan Usaha
Perseroan memiliki kegiatan usaha utama yaitu:
a. Sewa alat berat spesialisasi heavy lifting equipment atau alat angkat terutama mobile crane. Sistem layanan jasa sewa yang diterapkan perseroan disebut dengan istilah wet lease yaitu kerjasama penyewaan alat berat yang dibutuhkan berdasarkan tipe dan kapasitas yang dibutuhkan berikut dengan operator yang bertanggung jawab mengoperasikan alat tersebut.
Alat-alat berat yang disewakan berupa : mobile crane, manlift, scissor lift, forklift, dan alat berat pendukung lainnya seperti multi axle, telehandler serta alat berat lainnya.
Alat-alat tersebut biasanya banyak digunakan untuk mendukung proyek konstruksi pembangunan pabrik, jalan tol ataupun infrastruktur lainnya.
Berdasarkan kapasitasnya, kategori crane yang dimiliki perseroan dapat dikelompokan sebagai berikut :
? Basic lifting crane dengan kapasitas ≤ 100 ton.
? Heavy lifting crane dengan kapasitas 101 – 199 ton.
? Critical lifting cranes dengan kapasitas ≥ 200 ton.
b. Heavy lifting & maintenance yaitu suatu layanan jasa terpadu yang memberikan layanan mulai dari perencanaan, analisa dan perhitungan proyek, penggunaan alat berat yang tepat serta realisasi pekerjaan hingga selesai terpasang di tempatnya.
Misalnya proyek perseroan untuk pemasangan tiang girder, pembangunan jembatan dan windmill.
c. Jasa konstruksi untuk pekerjaan yang berhubungan dengan lifting yang memakai alat-alat berat perseroan, seperti pembangunan plant building, serta jasa konstruksi lainnya.
Rencana Penggunaan Dana
Penggunaan dana yang diperoleh dari hasil IPO, setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi efek akan digunakan untuk :
a. Sekitar 50 persen untuk pembayaran uang muka pembelian alat berat/crane, sedangkan pelunasan sisa pembayaran untuk pembelian alat tersebut akan diajukan dari pinjaman pihak ketiga baik perbankan maupun leasing.
b. Sekitar 25 persen untuk pelunasan utang bank dan leasing termasuk pembayaran biaya pinalti pelunasan utang tersebut.
c. Sekitar 25 persen untuk modal kerja dalam memenuhi kebutuhan operasional, di antaranya untuk biaya gaji dan tunjangan karyawan, biaya pemeliharaan, keperluan kantor, asuransi dan mobilisasi-demobilisasi alat berat/crane dari dan menuju lokasi pelanggan.
Kinerja Keuangan
Terkait kinerja keuangannya, SKRN mencatatkan kinerja yang terbilang cukup solid. Mengutip dari prospektus perseroan, pada kuartal I 2018,pendapatan perseroan tercatat Rp153,21miliar, naik 34,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang sebesar Rp113,91miliar.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh 75 persen peningkatan pendapatan dari sewa crane. Kenaikan pendapatan perseroan secara signifikan dipengaruhi oleh peningkatkan volume pendapatan jasa sewa alat berat yang berasal dari pelanggan baru maupun pelanggan eksisting.
Kenaikan peningkatan volume dari jasa sewa alat berat juga menimbulkan peningkatan biaya operasional secara nominal tetapi margin operasional perseroan tidak mengalami perubahan yang material.
Penyebab kenaikan volume adalah peningkatan pesanan dari sektor infrastruktur seperti proyek LRT dan jalan tol juga pembangunan pembangkit listrik yang meningkat sejak akhir 2016 sesuai dengan program pembangunan infrastruktur pemerintah.
Namun di sisi lain, laba tahun berjalan perseroan justru sedikit turun 6,05persen dari sebelumnya Rp30,59 miliar pada periode Januari hingga Maret 2017, menjadi Rp28,74 miliar pada periode yang sama tahun 2018.
Hal tersebut terjadi akibat perseroan mencatat adanya manfaat pajak penghasilan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2017 yang sebesar Rp513 juta, sedangkan di periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2018 perseroan mencatat adanya beban pajak penghasilan sebesar Rp8.97 miliar.
Dari laba sebelum pajak penghasilan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2018 masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode tiga bulan tahun sebelumnya.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.