Tantangan dan Peluang BEI Mengejar Market Cap Rp10.000 Triliun dalam Dua Tahun
Target Rp10.000 triliun merupakan cara BEI mengejar ketertinggalan dari bursa efek Malaysia, Thailand, dan Singapura
Target Rp10.000 triliun merupakan cara BEI mengejar ketertinggalan dari bursa efek Malaysia, Thailand, dan Singapura
Bareksa.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) punya ambisi besar dalam dua tahun ke depan. Ambisi ini terkait dengan pencapaian nilai kapitalisasi pasar alias market cap yang ditargetkan mencapai Rp10.000 triliun, dari posisi per 27 Desember 2017 yang sebesar Rp6.952 triliun.
Ambisi ini pun bukan isapan jempol belaka. Target Rp10.000 triliun merupakan cara BEI mengejar ketertinggalan dari bursa efek regional seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan Singapura. (Baca : 32 Saham Tersangkut di Level Gocap? BEI akan Lakukan Upaya Ini)
Salah satu poin perhatian BEI adalah nilai kapitalisasi pasar bursa terhadap produk domestik bruto (PDB). Per akhir 2016 market cap bursa Indonesia terhadap PDB baru mencapai 47 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
“Bahkan, dengan Rp10.000 triliun saja baru mencapai 67 persen,” ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Kamis, 28 Desember 2017. (Lihat : KSEI Siapkan Buka Rekening Efek Tanpa Tatap Muka)
Coba bandingkan dengan market cap terhadap PDB negara Malaysia yang sudah mencapai 123 persen, Thailand 107 persen, Jepang 102 persen dan Singapura 219 persen. Maka Tito bilang, target market cap Rp10.000 triliun lebih kepada mengejar ketertinggalan dari negara-negara tersebut.
Meski masih jauh panggang dari api, Tito cukup optimis dengan target itu. Terlebih, Indonesia masih memiliki banyak potensi dari calon perusahaan-perusahaan yang akan melepas sahamnya ke publik. Tahun depan saja, Tito yakin BEI bisa mencatatkan lebih dari 35 emiten baru. (Baca : Realisasi IPO 2017 Tertinggi Sejak 1998, Namun Nilai Emisi Hanya Rp9,5 Triliun)
Grafik: Market Cap to GDP Ratio 2016
Sumber: BEI
Tito menyebut masih ada beberapa anak usaha badan usaha milik negara (BUMN) yang akan melepas sahamnya pada tahun depan.
“Selain itu juga kami harapkan perusahaan teknologi besar seperti Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak untuk ikut masuk ke pasar saham,” imbuh dia.
Tito menilai, perusahaan seperti Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak perlu untuk berkontribusi terhadap pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham. (Baca : Fitch Naikkan Rating Jadi BBB, Investasi di Indonesia Paling Menarik di ASEAN)
Pertumbuhan Kinerja Emiten
Sambil mengejar ketertinggalan dari bursa saham dunia, BEI juga punya senjata dari emiten-emiten eksisting selama ini. Terutama berasal dari emiten yang sahamnya masuk dalam kategori indeks LQ45.
Tito menjelaskan, pertumbuhan pendapatan emiten LQ45 pada kuartal III 2017 tumbuh 14,03 persen dari US$76 miliar menjadi US$87 miliar. Catatan ini mengungguli emiten-emiten unggulan dari bursa dunia seperti Hang Seng yang hanya naik 11,67 persen, SET50 10,53 persen, KOSPI 9,55 persen. (Lihat : Bersama Pefindo, BEI Rilis Tiga Indeks Acuan Baru)
Bahkan, laba bersih emiten LQ45 pada kuartal III 2017 melonjak 18,17 persen dari Rp155,58 triliun menjadi Rp183,84 triliun. Adapun dari 517 emiten dari 563 total emiten di bursa mencatat pertumbuhan pendapatan 12,53 persen dengan laba bersih naik 19,48 persen.
Tabel: Pertumbuhan Kinerja Emiten di BEI per Q3 2017
Sumber: BEI
Tito melihat tahun 2018 akan memunculkan banyak tantangan baik domestik maupun global. Di dalam negeri sendiri, Indonesia akan menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak, lalu ada Asian Games, hingga persiapan pemilihan presiden 2019. (Lihat : OJK dan BEI Siapkan Aturan Baru Perluas Distribusi Saham IPO)
“Tantangan cukup besar, karena kita tidak punya pengalaman akan terjadi seperti di tahun depan. Tapi semua dalam kondisi baik, emiten baik, produk baik,” ujar Tito. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.